Share

Bab 4

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-24 09:37:09

Dua orang karyawan yang akan menjadi rekan kerja Rania tiba-tiba datang menghampiri Rania dan menyapa Rania. Meski penampilan Rania agak acak-acakan, untungnya masih ada karyawan yang mau menyambut kedatangan Rania dengan baik. Wanita bernama Vira itu menyapa Rania dengan ramah.

“Hai,” sapa Rania balik.

"Kamu staff junior CEO yang baru, ya?" tanya Vira pada Rania.

Rania mengangguk, kemudian memperlihatkan senyum lebarnya pada dua wanita yang baru saja menyapanya itu. Rania lantas menyodorkan telapak tangannya untuk berjabat tangan, dan Rania mulai memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, nama saya Rania. Ini hari pertama saya bekerja," ucap Rania antusias.

Saat Vira akan menerima jabatan tangan Rania, Listy—sahabat Vira justru lebih dulu mengambil tangan Rania dan memperkenalkan dirinya kepada Rania.

"Selamat datang, Rania. Kenalkan aku Listy, dan ini sahabatku, Vira,” ucap Listy penuh semangat.

Vira mencubit pergelangan tangan Listy karena selalu bertingkah usil dan membuatnya kesal, sedangkan Rania yang melihatnya tingkah lucu mereka pun spontan tertawa.

“Aku staff junior CEO sepertimu, dan Listy sebagai manager produksi di kantor ini,” jelas Vira.

"Kamu udah ambil ID card belum?" tanya Listy. "Terus kamu udah briefing sama HRD, kan?”

Rania mengangguk. Wanita itu tampak sedikit kikuk saat berinteraksi dengan karyawan di tempat kerjaan barunya. Sebenarnya Rania mudah berbaur, hanya saja dia masih sedikit grogi karena ini adalah hari pertamanya bekerja. Rania takut nanti ia melakukan kesalahan yang akan membuatnya malu di hadapan karyawan lainnya.

“Oh iya, karena bos belum datang, aku akan memberitahukan apa saja yang harus kamu lakukan nantinya, karena aku juga bertanggung jawab penuh untuk membantu kamu di sini,” ungkap Vira.

Dilihat dari penampilannya, Vira dan Listy terlihat sangat ramah. Rania berharap rekan-rekan kerjanya saat ini dapat membantu dirinya agar betah dengan posisinya sekarang.

"Jadi untuk hari pertama, aku akan jelaskan dulu soal job desk kamu, ya. Kebetulan hari ini bos sepertinya tidak datang, dan kita juga lagi nggak banyak pekerjaan, jadi aku bisa memberitahumu," ucap Vira.

Vira segera menunjukkan meja kerja Rania. Setelah itu kedua karyawan lama itu pun mengajak Rania berkeliling sejenak dan menjelaskan secara rinci tugas-tugas yang akan diurus oleh Rania ke depannya.

"Kalau ada yang mau ditanyakan, jangan sungkan-sungkan, ya? Langsung aja tanya sama aku atau karyawan lain yang lebih paham," ujar Vira.

"Rania sudah ngerti tugas-tugasmu belum?" tanya Listy.

“Sudah,” jawab Rania sambil tersenyum. “Nanti kalau ada yang saya tidak mengerti, saya akan menanyakannya langsung ke kalian atau ke karyawan lain,” lanjut Rania.

Rania memang sudah mengerti sebagian besar tugas-tugas yang harus ia kerjakan sebagai staff support CEO. Rania akan bekerja secara tim bersama dengan senior staff CEO yang lain, dan juga sekretaris serta asisten CEO.

Rania benar-benar antusias mempelajari tugas-tugas barunya. Wanita itu cukup bangga dengan pencapaiannya setelah ia berhasil lolos menjadi staf khusus pimpinan perusahaan. Pekerjaan ini merupakan jabatan tertinggi yang berhasil diraih oleh wanita berusia 25 tahun itu.

"Ini langkah awal kamu, Rania! Pokoknya kamu nggak boleh mengacaukan pekerjaanmu. Jabatan ini bisa jadi batu loncatan buat kamu. Kamu harus bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik!” batin Rania yang justru sibuk berpidato pada dirinya sendiri.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Kak Vira. Mohon kerjasamanya untuk ke depannya, ya," ucap Rania tersenyum manis.

“Emm … saya perlu panggil Bu Vira atau Kak Vira, nih?” tanya Rania.

“Panggil Vira aja gak apa-apa,” sahut Vira cepat.

“Tapi kan kalau di tempat kerja biasanya panggil Ibu Bapak, ‘kan?”

“Tidak apa, panggil saya Vira aja biar lebih akrab,” jawab Vira seraya menampilkan senyumnya.

“Tapi saya ngerasa nggak enak, Kak. Sebaiknya saya panggil Bu Vira saja saat kita sedang bekerja ya, Kak?”

“Boleh. Senyamannya kamu aja kalau gitu,” jawab Vira. Masih dengan senyuman yang melekat di wajahnya.

“Kalau sama aku kamu cukup panggil nama aku aja ya, Rania. Gak usah panggil kakak atau ibu. Aku kan bawahan kamu,” celetuk Listy tersenyum sumringah.

“Kalau masih di waktu kerja masa iya panggil nama, Lis? Kurang etis gak, sih?”

“Gak apa-apa. Aku lebih nyaman dipanggil nama aja,” jawab Listy cepat.

Rania mengangguk. “Baiklah.”

***

Setelah melewati pagi yang panjang, akhirnya Rania dapat menjalani hari pertamanya di kantor baru dengan lancar. Untungnya Rania mendapatkan rekan kerja yang baik seperti Vira dan Listy, meskipun Listy berbeda jabatannya dengan Rania. Usia mereka yang tidak terlalu jauh membuat ketiga wanita itu bisa cepat akrab hanya dalam waktu singkat.

"Rania, ayo kita makan bareng di kantin!" ajak Vira pada Rania. "Makanan di kantin kita enak-enak, lho! Harganya juga nggak terlalu mahal, kok."

"Kamu pasti suka deh sama makanan di kantin kantor kita. Kantor ini cukup terkenal sama makanan kantinnya yang enak dan murah, lho!" timpal Listy.

Rania merasa tidak enak jika menolak ajakan rekan barunya. Akhirnya wanita itu pun mengiyakan ajakan teman-temannya. “Boleh,” jawab Rania tersenyum tipis. “Semoga uang aku cukup,” batin Rania miris.

Ketiga wanita itu segera mencari bangku yang kosong dan memesan makanan yang mereka inginkan. Setelah pesanan mereka datang, Rania dan kedua rekan kerjanya itu pun segera melahap makan siang mereka masing-masing seraya bercengkrama bersama.

"Waktu interview kemarin, kamu interview sama Bos juga nggak, Ran?" tanya Vira pada Rania.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 67

    Rania yang terkejut mendengar suara beling pecah pun lantas menoleh ke arah bosnya dan melihat telapak tangan Reynald yang mengeluarkan darah.Rania lantas bergegas mengambil sapu tangan di tasnya dan berlari ke meja Reynald. Mengelap telapak tangan Reynald yang penuh dengan darah. “Ya ampun, Pak! Kenapa bisa gini?” panik Rania. Namun, Reynald hanya diam membisu dengan tatapan kosongnya. Terlihat jelas mata pria itu yang tenah memancarkan emosi.Rania kemudian berlari mengambil betadine dan kain kasa guna membelitkan luka di tangan Reynald. Dengan pelan dan telaten, Rania mengobati luka itu. Setelah selesai mengobati tangan Reynald, Rania segera membersihkan beling-beling yang berceceran di lantai.Tatapan Reynald masih terpaku pada pikirannya. Pria itu bahkan tak sadar jika Rania sudah mengobati luka di tangannya, dan Rania juga yang membersihkan pecahan-pecahan beling itu.Rania lantas kembali ke mejanya setelah selesai membersihkan pecahan-pecahan gelas kaca itu. Namun, belum sampa

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 66

    “Udah lama kerja sama Reynald?” tanya Irene seraya berdiri di samping Rania dan merapikan penampilannya.“Lumayan, Mbak!” jawab Rania. Wanita itu terpaksa harus berbohong sebab Rania melihat Irene ini agak sedikit sombong.“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulut Irene.“Mbaknya udah kenal sama Pak Reynald?” tanya Rania yang sengaja memancing Irene.“Ya. Kami sudah kenal cukup lama. Sangat lama, dan sangat kenal,” jawab Irene sombong.“Oh.” Rania mengangguk.“Reynald belum punya pacar, kan?” tanya Irene.“Kalau itu saya tidak tahu, Mbak. Karena itu bukan wewenang saya untuk mengurus hidup orang lain,” ujar Rania yang mampu merubah ekspresi wajah Irene.Wanita itu tampak kesal mendengar jawaban dari mulut Rania. Rania seolah seperti sedang menyindir Irene. Rania kemudian pamit untuk kembali ke ruangan Indira, sedangkan Irene justru mengepalkan tangannya seraya menatap punggung Rania yang semakin menjauh.***Setelah dari toilet Reynald memutuskan untuk kembali ke kantor bersama Rania. Pr

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 65

    Saat ketiga orang itu sedang fokus membicarakan perkembangan bisnis kain di perusahaan Reynald, tiba-tiba seorang wanita misterius datang dan mengetuk pintu ruangan Indira.“Masuk!” seru Indira mempersilakan.Wanita misterius itu pun masuk ke dalam ruangan Indira dengan langkah percaya dirinya bersama dengan seorang office girl yang kebetulan juga berada di depan pintu ruangan Indira. Rania menoleh sesaat untuk melihat orang yang datang tersebut, kemudian kembali fokus pada percakapan antara Reynald dan Indira.Wanita misterius itu tampak berjalan beriringan bersama dengan office girl tersebut, kemudian office girl itu meletakkan kopi yang ia buat di meja yang ada di depan ketiga orang itu, sedangkan Irene berdiri di samping office girl itu.Pembicaraan spontan terhenti saat office girl tersebut mempersilakan para tamu untuk meminum kopi yang telah ia buat. “Silakan diminum, Pak, Bu!” ucap office girl itu dengan ramah.Reynold menoleh menatap depan. Di mana office girl itu berdiri dan

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 64

    Sesampainya di tempat yang telah ditentukan, Reynald dan Rania segera turun dari mobil. Keduanya berjalan beriringan menuju meja tempat bertemu dengan klien. Baru saja keduanya duduk di bangku yang telah dipesan oleh Reynald, klien itu datang. Reynald dan Rania sontak kembali berdiri dan menyambut klien mereka. “Selamat pagi, Pak Reynald. Bagaimana kabarnya?” sapa klien Reynald.“Baik. Sangat baik. Silakan duduk, Pak.” “Ini sekretaris barunya atau calon Pak Reynald, nih?” tanya klien itu saat bersalaman dengan Rania.Rania yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh klien itu pun mencoba menyanggahnya. Takut jika Reynald tersinggung. “Ah, saya–” Belum selesai Rania berbicara, Reynald lebih dulu memotongnya. “Dia sekretaris pribadi saya,” ucap Reynald tersenyum.“Oh, pantes. Hahahaha. Ya ya ya, saya mengerti.” Klien itu spontan tertawa. Mengerti maksud dari ucapan Reynald, sedangkan Rania justru mengerutkan keningnya merasa bingung kenapa orang itu tertawa.****“Udah dari tadi

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 63

    Tak lama mobil Reynald berhenti di sebuah toko. Reynald segera keluar dari mobilnya, sedangkan Rania yang bingung pun hanya diam membeku di dalam mobil. Reynald yang melihat Rania hanya diam pun memberikan kode lewat gerakan kepalanya agar Rania keluar dari kendaraan itu.“Pilihkan sepatu yang bagus untuk dia,” titah Reynald seraya menunjuk Rania yang masih berada di belakangnya. “Baik, Pak!” patuh pelayan itu.“Ukuran sepatunya nomor berapa, Kak?” tanya pelayan itu pada Rania yang kini menatapnya bingung.“Hah? Saya?” tanya Rania bingung.“Iya, Kak. Ukuran kaki kakak nomor berapa?” “Tiga puluh delapan. Kenapa, Mbak?”“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar ya, saya carikan dulu,” ujar pelayan itu yang kemudian mengambil beberapa wedges dan high heels yang bagus dan cocok untuk Rania.Rania hanya diam berdiri menatap bos dan pelayan toko itu dengan bingung. Beberapa saat kemudian pelayan toko itu pun datang dengan membawa beberapa kardus yang isi di dalamnya adalah model sandal dan sepatu yan

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 62

    “Pagi, Pak!” sapa Rania pada satpam penjaga kantor.“Pagi juga, Bu Rania,” balas satpam tersebut.Rania melangkah masuk ke dalam kantor. Tak lama disusul oleh seorang pria berbadan tegap yang juga baru datang.“Pagi, Pak!” siapa para satpam pada Reynald.“Pagi,” jawab Reynald.Rania yang sedang menatap layar teleponnya sedikit terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang berjalan di sampingnya. Wanita itu sontak menoleh dan melihat siapa orang yang berada di sampingnya. Ternyata orang itu adalah bosnya.“Eh, Bapak,” nyengir Rania. “Pagi, Pak!” sambung wanita itu.“Segera bersiap. Sebentar lagi kita berangkat,” ujar Reynald tanpa menjawab sapaan dari Rania.“Baik, Pak.” Keduanya lantas menuju ke meja kerja mereka masing-masing. Namun, tiba-tiba Reynald memanggil Rania.***Seorang wanita memasuki gedung perusahaan besar dengan langkah anggun bak model ternama papan atas. Kacamata yang bertengger di hidungnya ia naikkan hingga di atas kepala. Semua mata tertuju padanya. Dengan angkuhnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status