Share

Bab 5

"Nggak mungkin Rania interview sama Pak Bos. Tahu sendiri bos kita kayak gimana," sahut Listy.

Rania mengingat-ingat kembali proses perekrutan panjang yang harus ia lewati sampai dirinya berhasil menjadi Junior Staff CEO. Rania memang mengikuti serangkaian wawancara dengan beberapa orang, tapi seingat Rania dia tidak diberi kesempatan untuk berbincang dengan CEO yang akan menjadi atasannya.

"Aku nggak ada sesi interview sama CEO, sih. Terakhir aku interview sama jajaran direksi, dan nggak ada CEO di sana," terang Rania.

"Tapi kamu tahu 'kan, bos kita itu siapa?" tanya Vira.

Rania menggeleng. Meskipun perusahaan tempatnya bekerja saat ini merupakan salah satu perusahaan yang cukup terkenal, tapi Rania sendiri tidak menggali banyak informasi mengenai pimpinan perusahaan itu.

"Emang CEO-nya nggak mau interview sama kita? Bukannya interview sama CEO itu yang paling penting, ya? Kan kita nantinya akan kerja sama dengan beliau?" tanya Rania penasaran.

Vira dan Listy hanya bisa tersenyum. Sepertinya hal ini sudah menjadi ciri khas dari bos mereka. Atasan mereka tidak terlalu menggubris proses perekrutan dan menyerahkan semuanya pada jajaran direksi yang lain.

"Bos kita emang kayak gitu, Ran. Beliau terlalu sibuk dan biasanya selalu nolak kalau diminta untuk mengurus interview. Jadi untuk interview biasanya diurus sama para direktur, sementara bos kita tinggal terima beresnya aja," terang Vira.

“Oh, gitu. Iya juga, sih. Namanya CEO pasti sibuk banget, ya?”

“Iya. Ada banyak hal yang lebih penting yang harus diurus sama bos kita. Makanya soal perekrutan, biasanya Pak Bos melimpahkan tugasnya ke direktur dan general manager yang lain,” jelas Vira.

Rania manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari rekannya. Wanita itu pun mulai dibuat penasaran dengan atasan yang akan ia layani nanti.

"Terus CEO kita itu orangnya kayak gimana? Apa dia galak, atau dia justru ramah ke karyawannya?" tanya Rania penasaran.

Vira dan Listy saling pandang. Kedua wanita itu tampaknya sedikit kesulitan untuk memberikan penjelasan kepada Rania buat mendeskripsikan bos mereka.

"Kamu bisa nilai sendiri setelah kamu ketemu sama bos kita nanti," ujar Vira yang menurut Rania penuh teka-teki.

Rania menelan ludah kasar. Jawaban dari temannya itu mulai membuat dada Rania berdegup kencang. Rania benar-benar cemas.

"Apa jangan-jangan bos aku orangnya galak, ya? Apa dia orang yang kasar dan suka bertingkah semena-mena?" batin Rania tak tenang.

Wajah gelisah Rania tertangkap jelas oleh Vira dan Listy. Perkataan Vira berhasil membuat Rania sedikit khawatir.

"Nggak perlu tegang gitu," tegur Vira. "CEO kita orangnya baik, kok. Beliau juga cukup royal dan adil. Pokoknya bos kita tuh pemimpin yang baik dan sangat mengayomi," sambungnya.

"Benar kata Vira. Bos kita bukan cuma baik sifatnya aja, tapi umur beliau juga masih cukup muda, lho! Umurnya masih 30 tahunan. Dengan umur semuda itu beliau udah berhasil menjadi pimpinan perusahaan. Keren banget, ‘kan?” imbuh Listy yang ikut menimpali perkataan Vira.

Vira dan Listy terlihat bersemangat memuji bos mereka. Kekhawatiran Rania pun langsung lenyap begitu saja saat ia mendengar banyaknya kebaikan yang disebutkan oleh Vira dan Listy tentang CEO mereka.

"Kayaknya aku nggak salah masuk perusahaan ini. Aku pasti bisa betah kerja di sini," batin Rania meyakinkan dirinya.

Setelah menghabiskan makan siang, Rania dan kedua temannya segera kembali ke meja mereka masing-masing. Tepat setelah Rania kembali, para direksi dan karyawan yang lain diminta untuk menghadap bos mereka.

"Rania, kita ada meeting sekarang sama bos. Ayo buruan!" ajak Vira pada Rania dengan terburu-buru

Rania segera menyusul Vira yang sudah masuk ke ruang meeting lebih dulu. Sudah ada beberapa staff senior dan sekretaris CEO di ruangan tersebut. Rania segera mencari tempat duduk dan menunggu kedatangan bos mereka.

"Kira-kira Bos di sini orangnya kayak apa, ya? " batin Rania penasaran.

Tap Tap Tap

Rania seketika langsung menatap ke arah pintu saat terdengar suara langkah kaki. Tak lama kemudian pintu ruang meeting pun terbuka dan menampakkan sosok seorang pria bertubuh tegap nan gagah muncul dari balik pintu. Pria itu tak lain adalah CEO yang akan bekerjasama dengan Rania.

Rania langsung berdiri dengan mata terbelalak lebar begitu ia melihat orang yang berdiri di ambang pintu saat ini. "Orang ini … bosnya?" jerit Rania dalam hati.

***

Beberapa jam sebelumnya.

"Maaf, Pak. Saya benar-benar minta maaf." Entah sudah berapa kali Reynald meminta maaf pada client-nya yang tengah mengomel kepadanya melalui panggilan telepon.

Karena insiden yang tak terduga di cafe tadi, Reynald jadi terlambat datang mendatangi client hingga membuat dirinya terancam kehilangan projek besar. Client yang menunggu dirinya pun sudah meninggalkan tempat janji temu dan membatalkan rencana kerjasama dengan Reynald.

Reynald sudah berusaha membujuk client itu, tapi sayangnya ia sudah terlanjur membuat client-nya kecewa. Reynald dimaki-maki dan meeting dengan client pun gagal total karena insiden saat bertemu dengan Rania tadi.

"Tika, kamu ini gimana, sih! Saya kan sudah kasih arahan ke kamu untuk mengurus client selama saya masih di jalan, kenapa kamu malah biarin client itu pergi? Memangnya kamu nggak bisa cari alasan dulu? Kamu juga tahu soal project ini. Harusnya kamu bisa mengulur waktu sampai saya datang!"

Setelah pertemuannya dengan client berantakan, Reynald langsung mengamuk pada karyawannya. Salah satunya pada sekretaris yang datang bersamanya, yakni Tika. Wanita bertubuh tinggi semampai itu hanya bisa menunduk dan menerima omelan dari atasannya.

Jika saja Reynald tidak terlambat, pria itu tidak akan kehilangan client besar. Setelah mendapatkan reputasi buruk dari client yang kecewa, Reynald harus menghadapi tekanan dari dewan komisaris atas gagalnya project ini.

"Sial! Kenapa semuanya jadi berantakan begini? Aku yakin kalau aku tadi bisa datang tepat waktu, tapi kenapa client nggak mau nunggu, sih!" gerutu Reynald yang merasa kesal bukan main pada dirinya sendiri, dan tentunya juga pada Rania.

"Ini semua gara-gara perempuan itu. Kalau dia nggak bikin ulah, aku pasti bisa menyelamatkan project ini!" batin Reynald.

"Aku harus cari perempuan itu sampai dapat!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status