Rania mematung menatap pria tampan dengan kulit putih yang berdiri di hadapannya. "Ini bosnya? Ganteng juga," batin Rania.
Rania terus memperlihatkan senyuman ke arah bosnya yang rupawan. Namun, senyum ramah Rania justru dibalas dengan tatapan sinis oleh Reynald."Kenapa dia bisa ada di sini?" batin Reynald saat melihat Rania.Ya, Reynald ternyata adalah bos Rania. CEO di tempat kerja baru Rania saat ini. Berkas yang kotor karena tumpahan kopi Rania sebelumnya adalah berkas bahan meeting yang akan dibawa oleh Reynald bertemu dengan client pentingnya.Namun, sepertinya Rania tidak mengenali Reynald. Reynald tentu masih ingat jelas pada Rania, tapi Rania justru tak tahu kalau Reynald adalah orang yang ia tumpahkan kopi saat di cafe tadi.Rania tidak ingat wajah pria yang ia jumpai di cafe tadi karena kacamata hitam yang Reynald kenakan, sehingga Rania tidak dapat melihat wajah Reynald dengan jelas. Ditambah lagi warna kemeja dan jas Reynald juga sudah ganti, sehingga Rania benar-benar tidak mengenali Reynald. Wanita itu tidak sadar kalau atasan barunya adalah orang yang ia buat marah pagi tadi."Itu bos kita, Ran. Gimana menurut kamu? Orangnya ganteng, ‘kan?" bisik Listy yang duduk di sebelah kiri Rania."Lumayan cakep," sahut Rania yang juga ikut berbisik.Reynald terus menatap Rania tanpa berkedip, begitu pula dengan Rania yang cukup antusias saat bertemu dengan bos barunya.Baru saja Reynald hendak mencari Rania, pria itu justru sudah lebih dulu dipertemukan dengan Rania tanpa harus bersusah payah mencarinya. Ini kesempatan bagus bagi Reynald untuk membalas dendam pada Rania yang sudah mengacaukan harinya.Harapan Rania untuk betah di tempat kerja pun nampaknya akan pupus. Dengan adanya Reynald, sudah dapat dipastikan tempat kerja Rania yang baru hanya akan menjadi neraka penyiksaan bagi Rania."Tamat riwayat kamu! Jangan harap kamu bisa mendapatkan hari tenang selama kamu bekerja di sini!" batin Reynald seraya melirik ke arah Rania dengan senyum licik.Sepertinya pria itu sudah menyiapkan segudang rencana untuk memberikan pelajaran pada wanita yang sudah membuatnya rugi besar itu. Reynald Austin Mahendra, pria blasteran yang memiliki hati sebaik pangeran. Namun, masa lalu bersama sang mantan membuatnya berubah."Selamat siang, Bos!" sapa para karyawan Reynald di ruangan meeting itu."Kalau bosnya setampan ini mah sudah pasti aku jadi makin semangat bekerja di sini," batin Rania seraya memandangi Reynald tanpa berkedip.Nampaknya Rania sudah terpesona pada orang yang salah. Tak lama lagi Rania akan mendapatkan kejutan tak terduga dari bos tampan yang ia puja itu."Rania, kenapa kamu diam aja? Bos manggil kamu dari tadi!" tegur Vira yang duduk di sebelah kanan Rania.Rania bahkan sampai tidak mendengar suara Reynald yang tengah memanggil dirinya karena sibuk menatap wajah tampan bosnya. Wanita itu pun segera menoleh ke arah Reynald dengan panik, dan berusaha memperlihatkan sikap sopan pada atasannya."Kamu siapa?" tanya Reynald pada Rania dengan tatapan dingin. "Orang luar tidak diperbolehkan masuk sembarangan ke ruang meeting!" tegas Reynald.Rania terkesiap. Wanita itu agak terkejut saat mendengar bentakan dari Reynald."Kenapa dia galak sekali? Bukannya kata Vira dan Listy dia bos yang baik?" batin Rania.Dengan sedikit terbata-bata Rania mencoba memperkenalkan dirinya pada Reynald. "Mohon maaf sebelumnya, Pak. Perkenalkan nama saya Rania. Saya Junior Staff CEO yang baru. Ini hari pertama saya masuk bekerja," terang Rania takut-takut."Junior staff CEO? Memangnya ada staff baru?" sinis Reynald. "Kamu interview sama siapa aja? Siapa yang lolosin kamu?" tanya Reynald dengan aura yang cukup mengintimidasi.Suasana ruang meeting pun berubah menjadi tegang. Tidak biasanya Reynald bersikap seperti ini pada karyawan barunya. Biasanya Reynald akan selalu mengabaikan karyawan baru dan tidak terlalu menggubris orang-orang yang baru masuk ke timnya.Akan tetapi karena karyawan baru kali ini adalah orang yang sudah membuat kekacauan, Reynald tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membantai Rania."Mukanya Bos nyeremin banget. Lagi ada masalah, ya?" tanya seorang staff pada Tika."Ada project yang gagal. Bos tadi telat nemuin klien, dan aku juga gagal bujuk klien. Bos marah-marah terus dari tadi," jawab Tika, sekretaris dari Reynald."Kenapa nggak ada yang bilang sama saya kalau ada staff baru yang masuk? Siapa yang nyuruh staff ini ikut meeting?" sentak Reynald pada seluruh staf yang ada di ruangan tersebut.Semua orang yang ada di dalam ruang meeting serentak menundukkan kepalanya. Mereka benar-benar takut melihat kemarahan dari bosnya itu. Hal yang tidak pernah Reynald lakukan selama ia menjadi CEO di perusahaan R.A.M company, tapi kini amarahnya benar-benar tidak bisa Reynald tahan akibat melihat wajah Rania lagi.Namun, meskipun Reynald berbicara lantang kepada semua karyawan yang ada di ruangan meeting itu, pria bernama lengkap Reynald Austin Mahendra itu hanya mencecar Rania seorang. Nampaknya pria itu akan meluapkan seluruh kekesalannya pada Rania karena sudah berhasil menghancurkan project yang ia tangani itu."Hari ini semuanya lembur! Terutama karyawan baru!" seru Reynald sembari menatap tajam ke arah Rania."Salah satu project kita gagal sebab saya terlambat datang ke tempat klien, dan itu karena ulah seseorang," ucap Reynald melirik sekilas ke arah Rania. Sudah jelas jika maksud dari perkataan Reynald ditujukan pada Rania."Ada perempuan nggak tahu malu yang udah ngerusak berkas klien dan bikin saya terlambat datang ke tempat pertemuan dengan klien kita. Akibat ulah wanita itu saya jadi kehilangan project besar," sambung Reynald."Kamu, Tika. Saya nggak mau hal seperti ini terjadi lagi di masa depan. Urus klien jika saya belum datang!" tegas Reynald, dan dijawab anggukan oleh Tika. "Jika hal seperti ini terulang kembali, akan saya pastikan kamu angkat kaki dari perusahaan ini!" ancam Reynald tak main-main.Rania cukup shock mendapatkan sambutan yang cukup ekstrim dari sang atasan di hari pertamanya bekerja. Wanita itu tidak sadar jika Reynald dari tadi sedang menyindir dirinya.“Saya gak mau tahu, pokoknya hari ini semuanya harus lembur!” pungkas Reynald tak bisa dibantah.Semua karyawan yang ada di ruang meeting hanya bisa mengangguk dan mematuhi perintah dari bosnya. Lebih baik mereka menuruti perintah bosnya untuk lembur, daripada mereka dipecat dan kehilangan pekerjaan mereka."Muka ganteng, sih, tapi galaknya nyaingin singa," gerutu Rania dalam hati.Selama meeting berlangsung, Reynald terus berteriak pada Rania dan membentak-bentak wanita itu di depan semua staf. Staf yang ada di ruangan itu pun mulai dibuat was-was karena Reynald yang sejak tadi terus mengamuk tidak jelas."Kamu karyawan baru, jangan lupa susun notulen meeting hari ini dan langsung kasih ke meja saya!" perintah Reynald pada Rania sebelum mengakhiri meeting.Rania mengangguk dengan wajah pucat. Setelah Reynald meninggalkan ruangan meeting, barulah Rania bisa bernapas dengan lancar."Rania, kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Listy dengan iba menatap wajah pucat Rania.Listy dan Vira merasa kasihan pada Rania yang sejak tadi menjadi target incaran Reynald sepanjang meeting berlangsung."Aku merasa sesak nafas," ucap Rania dengan suara lemas. "Orang itu kenapa marah-marah ke aku terus, sih! Apa dia memang suka ngerjain karyawan baru?" tanya Rania heran."Pak Reynald nggak pernah kaya gini lho sebelumnya. Biasanya dia selalu cuek sama karyawan baru," ungkap Vira. "Tapi nggak tahu kenapa hari ini beliau nyeremin banget. Nggak cuma kamu aja yang lemas, kita semua di sini juga sama tegangnya kayak kamu. Kita juga takut,” sambung Vira.Seluruh staf nampak heboh menggosipkan sikap Reynald hari ini. Memang di saat ada masalah, tak jarang mereka akan dimaki-maki oleh atasan mereka. Hanya saja, mereka tidak menyangka kalau bos mereka akan memaki-maki ka
"Astaga, ini semua harus aku kerjakan sekarang? Udah jam segini mana mungkin semua laporan ini bisa beres?" jerit Rania dalam hati. Wanita itu benar-benar syok saat melihat tumpukan berkas yang menggunung di mejanya."Rania, kamu kenapa ngelamun? Pekerjaanmu nanti nggak selesai, lho!" tegur Vira.Saat ini semua staf yang tergabung dalam tim Rania masih berada di kantor saat hari sudah mulai larut. Di hari pertamanya bekerja, Rania justru sudah mendapatkan begitu banyak tugas dari Reynald dan harus ia selesaikan malam itu juga.Beberapa staf sudah menyelesaikan pekerjaan mereka dan hendak pulang. Untungnya mereka tidak perlu lembur sampai pagi dan bisa menyelesaikan pekerjaannya sebelum tengah malam.Namun, sayangnya Rania bernasib sial. Pekerjaan yang diberikan oleh Reynald pada Rania justru lebih banyak dibandingkan pada staf yang lainnya. Reynald sengaja memberi Rania lebih banyak tugas untuk mengerjai wanita itu. Meskipun menggunakan cara kekanak-kanakan, tapi Reynald cukup puas bis
Setelah beberapa menit Rania mencari taksi, akhirnya masih ada juga taksi yang bisa mengantarkan Rania sampai di rumah. Rania langsung membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum nantinya ia akan tidur, guna mengistirahatkan tubuhnya usai seharian penuh ia bekerja.Jika biasanya Rania bisa beristirahat dengan cukup, kini Rania hanya bisa tidur dalam waktu tiga jam saja. Pagi-pagi sekali Rania sudah mendapatkan telepon dari Reynald untuk segera bersiap-siap berangkat ke kantor. Dalam keadaan mata yang sangat ngantuk dan tubuh yang amat lelah, Rania berjalan ke kamar mandi dan mulai menyegarkan tubuhnya agar rasa kantuk yang menyerang dirinya segera hilang."Loh, kamu sudah mau berangkat lagi, Ran? Bukannya tadi malam kamu lembur?" tanya sang ibu saat melihat Rania sudah dengan pakaian rapinya."Hari ini ada banyak kerjaan, Bu. Aku harus berangkat pagi," jawab Rania dengan malas.Tubuh Rania sebenarnya sangat lelah dan masih membutuhkan istirahat. Namun, perintah dari bosnya itu tidak
Rania mengeraskan rahangnya menahan kesal. Hanya karena masalah kopi saja dirinya diancam akan dipecat. Mau tidak mau Rania harus mematuhi perintah yang diberikan Reynald. Wanita itu kemudian menampilkan senyum yang ia paksakan seraya mengambil gelas kopi yang ada di meja Reynald. "Baik, Pak. Saya buatkan kopinya yang baru lebih dulu." Setelah mengambil gelas kopi itu, wajah Rania seketika berubah menjadi kesal kembali. Rania melangkah menuju pantry dengan perasaan dongkol."Dasar bos kampret! Tinggal minum aja apa susahnya sih! Perlu dicekoki dulu kali ya, biar gak pilih-pilih. Sama-sama kopi aja kok pakai kebanyakan tingkah segala! Gak tahu apa kalau aku banyak kerjaan!" Sepanjang perjalanan menuju pantry, Rania tak henti-hentinya menggerutu. Wanita itu benar-benar dibuat kesal oleh atasannya yang menurutnya terlalu menyebalkan.Saat Rania sampai di pantry, wanita itu mendapatkan tatapan bingung dari beberapa office girl dan office boy yang ada di sana. "Loh, Bu Rania kok balik lag
Reynald menggebrak mejanya dengan kasar hingga membuat Rania tersentak kaget. Wanita itu benar-benar harus menyetok kesabaran ekstra untuk menghadapi bosnya yang menyebalkan ini."Saya gak mau tahu! Bikin yang baru, atau gaji kamu yang akan saya potong sebanyak dua puluh persen!" sentak Reynald menatap Rania dengan tajam.Rania mengepalkan kedua tangannya seraya menghembuskan napas kasar. Wanita itu benar-benar sedang diuji dengan tingkah laku bosnya yang sangat menyebalkan ini. Namun, meskipun hati Rania saat ini sangat dongkol, Rania harus tetap bersabar demi mendapatkan gaji untuk biaya pengobatan dan operasi sang ayah.“Sabar, Rania, sabar! Ini hanya masalah kecil. Kamu pasti kuat, kok! Sabar yuk, demi ayah!” batin Rania menyemangati dirinya sendiri.Setelah menurunkan emosinya, Rania lantas mengambil kopi itu dan membawanya ke pantry kembali. “Baiklah, saya buatkan yang baru dulu ya, Pak!” ucap Rania dengan senyum yang dipaksakan.Rania melangkah kembali ke pantry dengan bibir yan
Rania kembali datang dengan membawa secangkir kopi yang tadi dia buat. Wajah Rania benar-benar terlihat emosi. Jauh berbeda dengan saat Rania pertama dan terakhir ke pantry tadi.Mia, office girl yang baru kembali setelah sebelumnya ia ke toilet terlebih dulu untuk buang air kecil, lantas langsung menghampiri Rania dan mengajak Rania berbicara. “Bagaimana, Bu? Apa kopinya belum sesuai dengan selera Pak Reynald?” tanya Mia sopan.“Iya. Katanya nggak enak!” cetus Rania kesal. “Udah dibilangin saya nggak bisa bikin kopi kok ngeyel banget. Sebenarnya itu orang punya otak atau enggak, sih!” lanjut wanita itu sembari membuang kopi yang ia bikin ke wastafel.“Biar saya yang bikinkan ya, Bu?” Mia menawarkan bantuan pada Rania.“Tapi dianya nggak mau kalau kopi itu bukan bikinan saya! Tadi aja bikinan Pak Joe nggak diminum, kan?” Rasanya Rania ingin menangis memikirkan kerjaannya yang masih menumpuk, tapi kini dirinya justru disuruh membuat kopi. Hal yang belum pernah Rania lakukan selama ini.
Tiba-tiba suara telepon kantor di meja kerja Rania berbunyi kembali. Listy dan Vira spontan langsung terdiam. Baru saja Rania mengangkat panggilan itu, sebuah suara menggema memenuhi rongga telinga Rania.“Buruan ke sini! Ngobrol terus!” bentak Reynald.Rania lantas menjauhkan telepon itu dari telinganya, kemudian mulai mendekatkannya kembali saat Reynald sudah berhenti mengomel. “Iya, Pak, maaf.” Usai mengatakan itu Rania langsung menutup teleponnya dan menuju ke ruangan bosnya.“Aku ke ruangan bos dulu. Udah marah-marah dia,” pamit Riana yang kemudian langsung berlari agar ia cepat sampai di ruangan bosnya.Tok Tok!Rania mengetuk pintu seraya menstabilkan pernapasannya sebelum dirinya masuk.“Masuk!” seru Reynald.Dengan langkah cepat Rania masuk ke dalam ruangan Reynald. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Rania dengan sopan.“Ambilkan berkas warna biru muda di rak itu. Mau saya periksa untuk bertemu client sore ini,” ucap Reynald sembari menunjuk rak yang ia maksud.“Baik, Pak.
Listy. Ya, Listy lah orang yang berteriak memanggil Rania. Kedua teman baru Rania itu melambaikan tangannya agar Rania mendekat ke arah mereka. Melihat itu Rania lantas segera menghampiri meja kedua temannya, dan duduk diantara mereka.“Udah selesai?” tanya Vira dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Rania.Rania kemudian memanggil pelayan kantin untuk memesan makan siang, karena malam ini sepertinya dia akan lembur seperti kemarin. “Mbak, saya pesan Nasi liwet, tapi pakai tahu dan tempe saja, ya?” ucap Rania tersenyum manis.“Oke, Mbak. Saya siapkan dulu, ya!” kata pelayan yang tampak masih sangat muda itu. Sepertinya itu anak dari ibu penjualnya, pikir Rania.Rania membuka sandi layar teleponnya, dan melihat apakah ada chat yang masuk ke dalam ponselnya atau tidak. Ternyata tidak ada pesan yang masuk ke nomor teleponnya, berarti ayahnya baik-baik saja. Ya, ponsel yang Rania pakai selalu ia gunakan untuk menerima kabar sang ayah jika tiba-tiba penyakit ayahnya kambuh. Sesekali Rania