Satu bulan telah berlalu, di mana hari ini seluruh karyawan perusahaan Wijaya telah menerima gaji. Zeira dengan semangat berlari ke mesin ATM yang berada di depan kantor untuk melihat gajinya."Ya Tuhan, apa ini tidak salah ?" Tanya Zeira kepada dirinya sendiri. Ia semakin membulatkan mata untuk memperjelas angka yang tertera di layar monitor ATM."Ha... banyak sekali" keluhnya dengan wajah yang bingung. "Mungkin bagian keuangan salah transfer" lanjutnya.Zeira menekan cancel lalu mengambil kartu atmnya dan kembali ke kantor. Ia masuk ke dalam lift menuju ruangan bagian keuangan yang berada di lantai 39.Tok....tok...tok...."Silahkan masuk" suara lembut dari dalam."Selamat sore buk Irene" sapa Zeira sambil menjulurkan kepala dari balik pintu dengan senyum tulus."Sore mbak Zeira" balas Irene dengan lembut dan tersenyum. "Silahkan duduk" lanjutnya untuk mempersilahkan Zeira duduk di kursi yang ada di hadapannya."Terima kasih buk" jawab Zeira. Ia menjatuhkan bokongnya di atas kursi.
Warning : Di bab ini sedikit panas dan hot. Jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini khusus 18 tahun ke atas. Terima kasih atas pengertian kakak kakak semua. ..................Setelah dua jam sibuk dengan pikirannya sendiri ! Akhirnya Zeira bangkit dari tempatnya dan ke luar dari kamar. Kaki mungilnya melangkah dengan ragu-ragu menuju kamar Anjas.Zeira hanya mondar mandir di depan kamar Anjas hingga sepuluh menit berlalu, dan akhirnya Zeira memberanikan diri untuk mengangkat tangan dan mengetuk pintu.Tok....tok...tok....Tok....tok....tok.... Zeira kembali mengetuk pintu karena sudah 5 menit tidak ada jawaban.Saat wanita cantik itu mengangkat tangan untuk mengetuknya lagi ! Tiba-tiba pintu terbuka yang membuat Zeira terkejut, apalagi tatapannya langsung bertemu dengan tatapan Anjas."Azka sudah tidur, bukankah dia sudah menemui kamu ?" Anjas berpikir kalau Zeira datang ke sana untuk melihat putranya.Zeira gugup, ia ragu-ragu untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya."
"mama, papah" suara tangisan Azka dari lantai dua membuat Zeira bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan Anjas bergegas mengutip pakainya yang berceceran di atas lantai lalu mengenakannya dan turun ke lantai dua untuk menemui putranya."Iya sayang" sahut Anjas yang sedang melangkah menuruni anak tangga. Ia meraih Azka dari tangan Riana lalu menggendongnya."Anak papah sudah bangun ya ?" Ucap Anjas sambil menggendong Azka melangkah menuju kamar.Sementara itu Zeira yang baru selesai mandi langsung menuruni anak tangga. Wanita cantik itu tiba-tiba gugup saat melihat Riana menatapnya dari bawah sana sambil tersenyum seribu arti. "Apa kamu sedang mengejar target sehingga tidak mendengar putramu menagis ?" Tanya Riana saat Zeira akan melewatinya."Maaf nyonya, aku lihat Azka dulu" hanya itu yang ke luar dari mulut Zeira."Sungguh hina dirimu sebagai wanita pemuas nafsu, dan betapa malangnya anak yang lahir dari rahimmu tanpa status ya
"aku tidak apa-apa" jawab Zeira."Ayo, kita bicara di atas" ajak Armel dengan nada yang lembut.Zeira dan Armel melangkah menaiki anak tangga menuju ruang tamu yang ada di lantai dua. Di sana mereka duduk sambil berbincang-bincang dan menikmati secangkir kopi buatan pelayan."Kamu kenapa ?" Tanya Armel, karena Zeira dari tadi melirik ke arah kamar Anjas."Oh tidak apa-apa, aku hanya tidak mendengar suara Azka sejak tadi" jawab Zeira sambil tersenyum paksa."Ow... Azka dan kak Anjas sedang ke luar, kalau tidak salah ! Mereka jalan-jalan ke taman safari" jawab Armel.Memang benar, saat Zeira meninggalkan kediaman Wijaya pukul 1 siang, Azka dan Anjas juga meninggalkan kediaman Wijaya. Saat itu Armel sedang duduk di kursi santai yang ada di teras dan mendengarkan Azka mengatakan taman safari."Oh...pantas saja suara Azka tidak terdengar" ucap Zeira."Oh iya Zeira, aku bisa minta tolong gak ?" Tanya Armel."Minta tolong apa ?""Itu, kemeja aku kancingnya ada yang lepas. Kamu bisa gak bantu
Riana kembali ke meja makan, tetapi bukan untuk makan malam melainkan untuk protes kepada Anjas. Tetapi sebelum wanita paruh baya itu membuka mulut ! Anjas sudah terlebih dahulu berbicara."Jika kamu tidak terima dengan perlakuanku terhadap putramu ! Silahkan pergi dari rumah ini" ucap pria tampan itu tanpa melihat Riana.Hehehe, Riana terkekeh palsu. "Bukan begitu sayang, ibu tahu kamu memiliki alasan untuk memukul adikmu. Kamu tidak mungkin marah jika adikmu tidak melakukan kesalahan" ucapnya.Anjas memutar kepala untuk melihat Riana, setelah itu ia bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan meja makan."Antar makanan ke kamar Zeira" ucap Anjas sebelum pergi."Baik tuan" sahut pelayan dengan hormat."Wanita jalang itu bukan hanya menghancurkan harapanku, tetapi ia juga mencelakakan putraku. Aku harus membuat perhitungan dengannya" ucap Riana dalam hati."Sini biar aku yang antar" Riana meraih nampan berisi makanan dari tangan pelayan, lalu membawanya ke kamar Zeira.Tok....tok....
Zeira masih bingung dan tidak mengerti saat penghulu berjabat tangan dengan Anjas. Wanita cantik keturunan Sunda itu hanya diam seperti orang bodoh."Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara/ananda Anjas Pratama Wijaya bin Gunawan Wijaya dengan anak saya yang bernama Zeira Kalista dengan mas kawinnya berupa uang 35 juta rupiah , tunai”"Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kalista binti Darto Maryono dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai”"Bagaimana para saksi ?""Sah, sah, sah, sah"Zeira tidak bisa berkata-kata, hanya butiran bening yang bercucuran dari kedua bola mata indahnya. Bahkan ia tidak menyadari kalau Riana dari tadi memanggilnya untuk memasang cincin pernikahan ke jari manis Anjas. Wanita cantik itu bagaikan bermimpi di siang bolong."Silahkan dipasang cincinnya nyonya" ucap pelayan Indri yang membuat Zeira tersadar."Hm....i....i...iya" Zeira gugup. Tangannya gemetar saat akan menyentuh kotak perhiasan."Ya Tuhan, apakah ini mimpi atau nyata ?" Tanya dalam hat
Mata Zeira yang tadinya terpejam tiba-tiba terbuka sempurna saat mendengar Anjas berbisik di telinganya, "aku menikahi kamu bukan untuk memuaskan nafsumu, tetapi aku menikahi kamu karena permintaan putraku Azka"Zeira mematung, kata-kata itu sangatlah menyakitkan seperti kris menancap di dada hingga menembus jantung, yang membuat Zeira lemah dan tak berdaya. Bahkan Anjas sudah 10 menit pergi ke luar dari kamar, tetapi wanita cantik itu masih tetap berbaring di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun.Suara gemuruh dari luar menyadarkan Zeira dari lamunannya, ia bangkit dari tempat tidur melangkah menuju lemari dan meraih piyama untuk ia pakai malam ini."Ya Tuhan, aku ikhlas menerima semua cobaan yang engkau berikan padaku. Tetapi aku mohon kepadamu, berilah aku kekuatan untuk menjalaninya" ucap Zeira dengan nada lembut dan nyaris tidak terdengar.Ia mengusap air mata dari kedua pipi, lalu bergegas meninggalkan kamarnya dan masuk ke kamar Anjas. Sebenarnya Zeira kembali ke kamarnya hanya
Sementara di tempat lain, Anjas sedang duduk bersandar di kursi kerajaannya. Entah mengapa kata-kata Hendrawan berputar-putar di kepalanya seperti baling-baling pesawat. Hati kecilnya tidak terima jika Zeira disebut wanita murahan yang tidak jelas asal usulnya. "Ah, untuk apa aku memikirkan wanita itu. Dia tidak penting bagiku, yang penting itu adalah Azka putra kesayanganku" ucap Anjas untuk menepis pikirannya yang memikirkan Zeira sejak tadi.Berbeda dengan Zeira yang sedang sibuk membantu pelayan memindahkan barang-barangnya ke kamar Anjas. Sebenarnya barang Zeira tidak begitu banyak, hanya beberapa pasang sepatu, tas, pakaian serta peralatan kosmetik."Apa lemarinya tidak perlu dipindahkan paman ?" Tanya Zeira kepada Asep."Tidak perlu nyonya, lemari itu khusus untuk nyonya" jawab Asep sambil menunjuk ke arah lemari yang terletak di samping lemari Anjas. Memang dua hari yang lalu Asep sudah memesan dua lemari untuk Zeira. Satu untuk pakaian dan satu lagi untuk tas."Oh baiklah pa