Share

Bos dan Putri Konglomerat Rahasia
Bos dan Putri Konglomerat Rahasia
Penulis: Winhao96

1. Bos dan Makan Malam Keluarga

“Jadi, putri kedua keluarga Sidartha yang gak pernah diungkap ke media itu kamu, Dara?”

Bagaikan petir yang bersambar tepat di atas kepalanya, wanita yang dipanggil dengan nama Dara itu hanya bisa terdiam tertegun. Tidak lupa juga dengan matanya yang membelalak seperti habis melihat setan di siang bolong.

Dara berusaha untuk terlihat tenang walaupun ia hampir kesulitan bernafas karena tanpa aba-aba, pria yang merupakan bosnya ini datang ke rumah membawa orang tuanya.

“Iya, Pak…,” jawab Dara lemah.

Hanya dalam sekejap, hidupnya sebagai putri rahasia keluarga sidharta atau keluarga konglomerat ternama selama 27 tahun sirna begitu saja karena identitasnya baru saja terkuak oleh bosnya sendiri, Sagara.

“Anak-anak! Ayo ke meja makan! Makanannya udah siap!” Teriakan Mama Dara dari ruang makan membuat Dara dan Sagara yang sedang berada di balkon langsung beranjak pergi ke ruang makan untuk berkumpul bersama.

Dara menghela nafasnya pasrah. Entah bagaimana bisa ia bertemu dengan bosnya di sini. Wanita itu tidak dapat memakan makanannya dengan tenang. Ia terus melirik ke arah Sagara yang sedang berbincang dengan kedua orang tuanya.

“Itu beneran bos lu?” tanya Gavin, saudara kembar Dara yang sedang duduk di samping Dara.

Dara mengangguk perlahan. “Canggung banget sumpah. Mampus aja gue! Alamat gak bisa kerja lagi di sana,” bisik Dara dengan nada panik.

“Ternyata Dara kerja di tempat kamu toh!” ucap Papa Dara kepada Sagara dengan suara lantang. Seolah sengaja agar anak perempuan keduanya itu mendengar ucapannya dengan jelas.

Dara mendengus kesal. Ia tahu bahwa Papanya yang mati-matian menghentikannya untuk bekerja di bidang penerbitan itu sedang menyinggungnya.

“Iya, Pak. Saya juga gak tahu kalau Dara ternyata bagian dari keluarga Sidartha,” jawab Sagara dengan ramah.

Papa dan Mama Dara serta kedua orang Sagara hanya tertawa untuk formalitas.

“Saya tadinya gak mau dia kerja di tempat lain. Pengennya supaya dia nerusin perusahaan Papanya, tapi karena dia kerja di perusahaan kamu, ya sudah, saya biarkan saja,” jelas Papa Dara yang lagi-lagi hanya ucapan manis karena Dara tahu bahwa Papanya itu tidak akan dengan mudah melepaskan putrinya menjadi pegawai di perusahaan lain untuk selamanya.

“Oh, iya, gak usah panggil saya ‘Pak’ atau ‘Bapak’, sebentar lagi kita akan jadi keluarga, gak usah terlalu formal,” lanjut Papa Dara yang berhasil membuat seluruh orang yang berada di meja makan tersebut mengalihkan perhatiannya ke pria paruh baya tersebut.

Sagara yang kebingungan dengan ucapan Papa Dara pun hanya terkekeh. “Maksudnya, Pak?”

Kini bergantian Papa Sagara yang berbicara. Pria itu menepuk bahu anak laki-laki semata wayangnya. “Sebenarnya, kedatangan kita ke rumah Pak Sidharta ini untuk ngenalin kamu sama salah satu putri mereka. Papa sama Pak Sidharta sudah berteman lama dan partner bisnis yang baik, gak ada salahnya dong kalau kita bisa jadi keluarga?” ucap Papa Sagara, sang pemilik Darwis Group.

Dara dan Gavin saling berpandangan. Keduanya kebingungan dengan adegan perjodohan antara keluarga konglomerat yang biasanya hanya bisa mereka lihat di dalam drama korea.

Gavin menyenggol bahu Dara dengan cukup kencang sehingga hampir membuat gadis itu terjatuh. “Lo mau dijodohin?” tanya Gavin dengan suara cukup kencang. Saudara kembarnya itu memang tidak bisa mengontrol dirinya jika sedang terkejut.

Dara tentu saja membalas pertanyaan tersebut dengan gelengan kepala yang kuat. Wanita itu sekilas melihat raut wajah Sagara yang sama bingungnya dengan dirinya.

“Bukan kamu! Gak usah ge-er!” ucap Papa Dara yang mematahkan semua imajinasi-imajinasi Dara mengenai menikahi bosnya dan menjalankan hubungan rahasia antar pegawai dan bos.

Wanita itu tanpa sadar menghela napasnya lega. Ia belum mau melepas usia lajangnya sebelum dirinya bisa menjadi editor in chief di sebuah perusahaan penerbit dengan penjualan nomor satu yang saat ini sedang menjadi tempat bekerja nya, Darwis Publishing.

Sagara masih tidak bisa mengeluarkan ekspresi lega. Pria itu bahkan lebih panik dari sebelumnya setelah tahu bahwa bukan kolega kerjanya, Dara, yang menjadi pemeran utama dalam perjodohan serba tiba-tiba ini.

Hanya tersisa satu anak perempuan di keluarga Sidharta, yakni Carissa, anak sulung perempuan dari keluarga Sidharta. Carissa yang sepertinya sudah menebak bahwa perjodohan ini adalah untuknya hanya bisa mendesah pasrah.

“Kamu dan Carissa kan sudah menginjak usia 30-an, sudah seharusnya punya pasangan. Betul, kan, Pa?” tanya Mama Sagara dengan nada lembut.

“Ma…Kenapa dadakan gini sih?” tanya Sagara tidak terima.

Michael Darwis, Papa Sagara, hanya bisa tersenyum kecil melihat putra semata wayangnya yang terkejut. Itu adalah reaksi yang wajar. Siapa pula yang mau dinikahkan secara tiba-tiba dengan orang asing.

“Gak dadakan kok. Kami juga gak minta kalian untuk menikah sekarang. Kalian bisa kenalan dulu,” ucap Papa Sagara.

Dara menikmati drama perjodohan keluarga yang sedang tampil tepat di depan matanya dengan saksama. Selain identitasnya terbongkar, ia juga sebentar lagi akan menjadi adik ipar dari bosnya sendiri. Dara tidak yakin bahwa ia bisa bekerja dengan tenang mengingat bahwa ada calon kakak iparnya yang akan selalu mengawasi dirinya saat bekerja.

Acara makan malam yang penuh dengan kejutan itu pun ahirnya selesai. Orang tua Sagara dan orang tua Carissa,Dara, serta Gavin sedang berbincang dengan semangat mengenai pernikahan kedua anak sulung mereka. Dara sendiri hanya duduk melamun menatap air di kolam renang.

Saudara kembarnya harus pergi terlebih dahulu karena suatu urusan. Dara dan Kakaknya, Carissa, memiliki hubungan yang cukup renggang karena Dara tidak mau menjadi pewaris di perusahaan keluarga mereka. Jadi, wanita itu tidak memiliki teman mengobrol saat ini. Ia sebenarnya mempunyai satu adik laki-laki, Rasta, tetapi hubungan mereka juga sedang tidak baik-baik saja. Ditambah bahwa adiknya sedang kuliah di luar kota membuat mereka semakin jauh.

Entah yang keberapa kalinya hari ini, Dara menghela napasnya dengan pasrah. Ia sedang berpikir bagaimana caranya meminta Sagara untuk tidak membeberkan identitas rahasianya sebagai putri dari keluarga Sidharta yang sudah ia tutup seumur hidupnya.

“Lega banget kayaknya kamu tadi. Memang gak mau banget dijodohin sama saya?”

Suara pria berat yang tiba tiba muncul dari belakang punggung Dara membuat wanita itu hampir melompat dari tempat duduknya. Pemilik suara itu tentunya adalah Sagara. Pria itu langsung duduk di sebelah Dara yang membuatnya secara otomatis menggeserkan posisi duduknya agar sedikit menjauh.

“Hehe, bukan gitu, Pak, maksud saya. Saya belum mau nikah,” jawab Dara berusaha meminimalisir kerusakan hubungan antara atasan dan bawahan karena reaksinya tadi di meja makan.

Sagara mendengus sembari tersenyum kecil mendengar jawaban Dara. Wanita itu cukup terkejut karena ia jarang melihat bosnya itu tersenyum. Sagara bukan tipikal bos yang menyeramkan atau selalu memasang wajah masam, tetapi bukan berarti pria itu murah senyum.

“Kamu pikir, saya sudah mau nikah?” balas Sagara yang membuat Dara terdiam.

Sagara menatap Dara yang sedang menunduk karena kebingungan bagaimana cara merespons ucapannya. Pria itu kembali tersenyum. “Tapi kalo emang harus nikah, saya sih mending sama kamu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status