Kania yang mendengar ucapan ayah Rey dari telfon itu langsung syok karna tidak menyangka, ternyata selama ini Rey menderita sama sepertinya karna ayah nya tidak peduli dengan nya.
Kania sangat merinding ketakutan setelah mendengar ucapan Rey yang berteriak dari dalam ruangan. Kania yang saat ini masih berada di depan pintu itu mendengar suara pecahan kaca di susul dengan suara benda yang seperti di banting dengan keras.
Tubuh Kania terus gemetaran setelah mendengar langsung Rey yang memecahkan dan membanting beberapa barang itu. Kania pun memutuskan untuk terus berada di luar ruangan sampai keadaan Rey mulai membaik.
Setelah tidak terdengar lagi suara barang yang di banting maupun suara pecahan kaca, Kania akhirnya memberanikan diri dan masuk ke dalam ruangan Rey.
"Tu.. tuan maaf, sa.. saya tadi tidak sengaja mendengar anda" kata Kania sambil membuka pintu perlahan.
Kania mendekati Rey perlahan dengan air mata yang berjatuhan di pipinya satu demi satu. Rey yang biasanya marah setelah tau ada orang yang menguping nya pun sekarang malah tak bisa berkutik saat melihat Kania yang menangis.
Sebenarnya masih belum cukup tadi saat Rey mengamuk, rasanya semua perasaan kesal dan amarahnya masih belum reda bahkan setelah ia melampiaskan semuanya dengan membanting barang barang.
Kini Rey hanya diam terpaku seolah seluruh dunia terhenti karna nya. Penampilan Rey kini sangat berantakan, Rambutnya yang biasa tersisir dengan rapi kini pun terlihat berantakan.
Dasi nya yang semula terpasang rapi di kerah kemeja nya pun kini terlepas. Banyaknya pecahan kaca dari vas bunga tersebar di lantai, kertas kertas yang semula tersusun dengan rapi pun kini tergeletak di lantai.
Dengan hati hati, Kania melewati pecahan kaca itu dan menghampiri Rey. Rey hanya diam saat Kania menggenggam tangan nya dengan halus.
"Sa... saya tau apa yang anda rasakan saat ini, pas.. pasti sakit sekali ya? di banding bandingkan seperti itu. Tapi tolong jangan menyakiti diri anda sendiri" ucap Kania sesenggukan sambil menggenggam tangan Rey yang penuh darah akibat pecahan kaca.
Seketika tangisan Kania pecah, Kania pun jadi menangis tersedu sedu melihat kondisi tangan Rey yang terluka.
"Ta..tapi kenapa anda tidak cerita pada saya? apa anda tidak percaya dengan saya? kenapa anda selalu menyembunyikan semua ini dan bersikap seolah hidup tanpa pernah mengalami masalah?" tanya Kania dengan air mata nya yang terus mengalir.
"Terkadang, tidak masalah jika anda memperlihatkan sisi lemah anda sesekali. Bahkan orang yang kuat pun pasti pernah merasakan sedih seperti ini, kedepannya saya harap anda bisa bercerita pada saya jika ada masalah" ujar Kania meredakan amarah Rey.
Rey terlarut dalam perkataan Kania, ia sangat terharu karna baru pertama kali melihat ada orang yang benar benar tulus peduli dengannya.
Bukannya merasa kasihan, justru rey melihat ketulusan yang mendalam di mata Kania. Tidak seperti orang orang lain yang hanya mendekat padanya dan menatapnya dengan kasihan.
Tiba tiba Rey memeluk Kania dengan sangat erat, meskipun tidak menangis ataupun menunjukkan kesedihannya. Kania sangat tau dengan jelas apa yang di alami Rey saat ini.
Perasaan saat orang yang kita anggap berharga justru tidak peduli dengan kita, rasa ketika di abaikan dan malah di banding bandingkan dengan orang lain. Karna apa yang di alami Rey kurang lebih pernah di rasakan Kania juga.
Satu satunya orang yang kamu miliki, yang kamu cintai berubah tanpa alasan yang jelas. Kania pun membalas pelukan hangat Rey.
Keduanya terhanyut dalam pelukan masing masing. Hingga tak terasa, mereka berdua pun tertidur hingga sore karna kelelahan di pojokan ruangan dengan posisi masih saling berpelukan.
****
Setelah tertidur sangat lama, Rey yang menyadari hari semakin gelap itu pun langsung terbangun. Setelah membuka mata pun Rey masih kaget saat melihat Kania yang tertidur dengan pulas di dalam pelukan nya.Lalu Rey mengingat kejadian tadi pagi dan tidak menyangka jika dirinya bisa sampai tertidur hingga saat ini. Rey tertawa sambil melihat wajah Kania yang sembab akibat kebanyakan menangis.
Rey jadi tidak tega untuk membangunkan Kania, Rey pun berdiri sambil menggendong Kania dan membaringkannya di sofa panjang.
Saat ini Rey kebingungan bagaimana cara agar dirinya dan Kania keluar dari ruangan tanpa menarik perhatian. Apalagi dia dan Kania seharian ini terus bersama di dalam ruangannua berdua saja, tentu semua orang akan berfikir yang tidak tidak saat tau ia dan Kania keluar dari ruangan.
Setelah melihat jam, ternyata tinggal sebentar lagi sudah memasuki jam pulang kerja. Rey pun segera menelfon anak buahnya untuk menyiapkan mobilnya ke pintu keluar halaman belakang kantor saat karyawan sudah mulai pulang.
Sekarang rey hanya tinggal menunggu semua orang pulang dan segera mengantar Kania pulang.
Setelah menunggu hampir 1 jam, akhirnya semua karyawan sudah pulang. Kini hanya tinggal Rey dan Kania yang masih berada di kantor.
Rey langsung menggendong Kania yang anehnya masih tertidur menuju halaman belakang untuk naik ke mobil yang sudah di siapkan. Rey membaringkan Kania di kursi belakang lalu menutup pintu mobilnya.
Rey bergegas menuju rumah David. Setelah sampai, Rey langsung masuk ke dalam melewati pintu yang tidak terkunci lalu masuk ke kamarnya dan membaringkan Kania di kasurnya.
Karna dulunya Rey pernah ke rumah David, jadi Rey tau betul kamar yang di pakai Kania adalah kamar utama di lantai 2. Saat hendak membaringkan Kania di kasur, tiba tiba Kania mengigau dan memeluk Rey dengan erat.
Kania bersikap seolah tidak ingin jika Rey pergi meninggalkannya. Melihat Kania yang sangat manis itu Rey pun jadi tidak tega untuk meninggalkannya sendirian.
Apalagi sekarang ini tidak ada David dan Riko yang biasa berjaga di depan. Terlalu bahaya untuk Kania jika tinggal sendiri di dalam rumah seluas ini.
Entah perasaan apa yang Rey rasakan saat ini, yang Rey tau hanyalah saat ini ia tidak mau berpisah dengan Kania. Apalagi Rey sangat senang saat Kania menunjukkan sisi manja nya seperti ini.
Tidak seperti Kania yang biasa ia temui di kantor. Kania yang berbicara formal, bersikap hati hati dan dewasa, Rey lebih menyukai Kania yang bermanja manja dengannya seperti ini.
Biar bagaimanapun Kania hanyalah anak biasa yang merindukan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Apalagi Kania bahkan tidak ingat bagaimana wajah ayahnya, jadi wajar saja jika Kania seperti ini.
*Dukung author dengan cara memberikan vote, like dan juga riview novel ini.
Rey pun tersenyum, merasa penasaran dengan bukti apa yang Arden telah siapkan untuk hari ini, karna melihat wajahnya yang kini tampak penuh percaya diri. "Melihatmu yang begitu percaya diri seperti ini, tampaknya bukti yang kamu bawa cukup untuk membebaskanmu dari tuduhan tersangka, ya." Ucap Rey yang terus membuat suasana semakin panas. "Tentu saja. Karna hanya dengan bukti yang ku bawa ini, aku merasa yakin bahwa aku akan terlepas dari tuduhan pelaku." Kata Arden yang menanggapi ucapan Rey padanya barusan dengan penuh percaya diri. Kini, mereka berempat tengah berada di kantor polisi, untuk membuktikan, siapakah pihak yang salah dan siapakah pihak yang hanya di manfaatkan di peristiwa buruk yang sempat terjadi pada Kania kemarin. Rey datang dengan para anak buahnya, yaitu David, Ellena dan juga Jeffrey yang merupakan tangan kanannya selama ini. Sementara Arden hanya datang seorang diri, tanpa membawa pengacara di sisinya karna ia sudah
Rey pun tersenyum, merasa penasaran dengan bukti apa yang Arden telah siapkan untuk hari ini, karna melihat wajahnya yang kini tampak penuh percaya diri. "Melihatmu yang begitu percaya diri seperti ini, tampaknya bukti yang kamu bawa cukup untuk membebaskanmu dari tuduhan tersangka, ya." Ucap Rey yang terus membuat suasana semakin panas. "Tentu saja. Karna hanya dengan bukti yang ku bawa ini, aku merasa yakin bahwa aku akan terlepas dari tuduhan pelaku." Kata Arden yang menanggapi ucapan Rey padanya barusan dengan penuh percaya diri. Kini, mereka berempat tengah berada di kantor polisi, untuk membuktikan, siapakah pihak yang salah dan siapakah pihak yang hanya di manfaatkan di peristiwa buruk yang sempat terjadi pada Kania kemarin. Rey datang dengan para anak buahnya, yaitu David, Ellena dan juga Jeffrey yang merupakan tangan kanannya selama ini. Sementara Arden hanya datang seorang diri, tanpa membawa pengacara di sisinya karna ia sudah
Menurut Kania, ucapan Nick ada benarnya juga. Karna dengan menjadi sekretaris Nick , tentunya tidak akan ada yang berani mempertanyakan dirinya yang masih tetap pergi ke kantor. Hanya inilah satu satunya cara yang tersisa, agar ia masih bisa melihat Rey dari dekat. “Apa yang anda inginkan jika membantu saya?” Tanya Kania. Nick pun dengan jujur menjawabnya. “Aku ingin kamu menyelamatkanku.” Ucap Nick dengan terang terangan menunjukkan niatnya yang dari tadi ia sembunyikan. Kania pun sedikit terkejut di buatnya. Tentunya Kania langsung mengerti, jika apa yang barusan Nick katakan adalah mengenai niat Rey yang ingin menjebloskannya ke penjara. Yang membuat Kania merasa kaget adalah, bagaimana Nick bisa mengetahui nya.Dengan terbata bata, Kania pun bertanya. “A, apa yang anda maksud?” Tanyanya. “Kamu pikir aku tidak tau jika kamu dan bosmu itu berniat memasukkan ku ke dalam penjara? Tidak penting aku m
“Iya, apa yang kamu dengar itu benar.” Ucap Nick dengan nada bicaranya yang meremehkan, seperti dirinya yang biasanya. Kania merasa curiga, dengan Nick yang tiba-tiba menelfonnya. “Ada apa anda menelfon saya?” Tanya Kania penasaran dengan motif dari Nick yang secara mendadak menelfonnya. Meskipun Kania jadi semakin membenci Nick setelah melakukan hal buruk padanya, Kania tetap mendengarkan Nick sampai akhir untuk mengetahui tujuannya. Nick pun langsung bersikap seperti dirinya yang biasanya. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan yang Kania berikan untuknya dan malah bergurau. “Duh, padahal sudah lama sekali sejak terakhir kali kita berkomunikasi lewat ponsel, tapi sepertinya kamu tidak terdengar rindu padaku, ya?” Tutur Nick tanpa tau malu. Padahal Nick sudah melakukan hal yang buruk pada Kania, namun ia dengan tidak tau malunya tetap berani untuk menghubungi Kania duluan. Rasa tidak tau malu yang di miliki Nick inilah yang membuat Kania merasa geram
"Ba.. baik, tuan" kata Paul setelah menelan ludah.Paul pun segera pergi dan menjalankan perintah Nick untuk mencarikan nomor Kania sekaligus ponsel yang ada pulsanya dalam waktu 2 menit.Setelah Paul pergi, Nick pun langsung merebahkan dirinya dikasur untuk menenangkan dirinya."Sial, kenapa aku selalu dikelilingi orang orang lamban. Tidak seperti Rey, dia punya orang orang berkompeten seperti Ellena dan David di sisinya. Apalagi jika ditambah Jeffrey, Rey pasti akan jadi lawanku yang tak mudah kukalahkan. Untung saja Jeffrey sedang tidak ada di sini, dengan begitu akan lebih mudah bagiku untuk melawan Rey" batin Nick."Pokoknya aku harus lebih dulu menghubungi Kania sebelum Arden mengrim bukti tadi pada Rey. Ini gara gara si tua bangka itu, kenapa dia lama sekali sih" gumam Nick kesal."Tok tok tok" suara ketukan pintu dari luar."Saya sudah kembali, tuan" kata Paul dari balik pintu."Apa yang kamu lakukan? dasar tua bangka, i
"Yah, aku tidak peduli dengan apa dan bagaimana kamu mencarinya, yang terpenting saat ini adalah kamu berhasil mendapatkannya" kata Arden sambil menatap laptop dengan puas."Dengan ini, aku bisa bebas dari tuduhan dan posisiku sebagai pewaris juga aman. Lihat saja Nick, akan kubuat kamu menyesal karna telah membuatku jadi kambing hitam" ujar Arden yang tidak sabar."Coba kita lihat, hm.. bagaimana reaksinya ya saat tau dirinya dalam bahaya" ucap Arden sambil bermain dengan ponselnya.****"Tring" suara pesan masuk dari ponsel milik Nick."Siapa yang mengirim pesan malam malam begini sih?" kata Nick dengan heran sambil meraih ponselnya."Akh, rupanya pesan dari si bodoh itu. Coba kulihat, kali ini dia mau mengeluh apalagi padaku, apa mungkin Rey sudah mematahkan kedua tangannya atau apa ya?" kata Nick sambil merebahkan d