"Kau mau ke mana Ace?" Sonya terbangun saat pria bertato itu tengah bersiap-siap di jam lima pagi.
"Aku harus menemani Allen. Hari ini dia ada pertandingan," sahut Ace memakai dasi.
"Kemarilah…," panggil Sonya menepuk sisi ranjang.
Ace dengan patuh berjalan mendekati wanitanya yang masih berbaring dengan selimut tebal.
Setelah pergulatan panas keduanya semalam, Sonya akhirnya mau menerima dia. Wanita hamil itu bahkan meminta jatah beberapa kali hingga mereka sama-sama lemas, tertidur tanpa busana di atas ranjang.
Mungkin benar karena pengaruh hormon hamil, Sonya terlihat sangat bersemangat hingga membuat Ace menyerah tadi malam.
"Apa kau hanya punya satu dasi Ace?"
"Kenapa memangnya?"
"Warnanya tidak cocok dengan kulitmu, aku rasa warna coklat tanah akan terlihat lebih baik untukmu." Sonya berbicara
Terima kasih untuk kalian yang masih setia disini 🥰
"Halo…." Rose mengangkat teleponnya dari nomor tidak dikenal."Rose," sahut suara seorang wanita dari ujung sana."Sonya?" kagetnya."Iya, aku Sonya, Rose.""Astaga, Sonya … kau kemana saja? Ini nomor barumu?""Iya, maaf aku tidak menghubungimu selama ini.""Kau di mana sekarang, So? Aku begitu mengkhawatirkanmu, apa kau baik-baik saja?"Sonya terdengar membuang nafas panjang. "Aku baik-baik saja Rose. Tolong jangan marah padaku karena meninggalkanmu di saat kau sedang koma waktu itu.""Tidak apa-apa, aku mengerti posisimu, Sonya. Daddy sudah menceritakan semuanya padaku. Kau ada di mana? Dari siapa kau tau kalau aku sudah sadar?" tanya Rose penasaran."Aku bertemu dengan Ace.""Ace?""Iya, aku ada di Mexico seka
Memasuki arena pertandingan, Allen sudah memakai sarung tinju berwarna biru. Kakinya dibungkus sepatu berwarna senada, yang memiliki sol atau alas bawah terbuat dari karet. Semua petinju diwajibkan untuk memakai sepatu seperti itu, untuk menghindari terpeleset di atas ring tinju nantinya. Ditemani asisten kepercayaannya Ace, Allen naik ke atas ring tinju dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter. Pria berjambang itu duduk di ujung kanan ring, sembari bersiap-siap memakai pelindung gigi. Edward duduk di ujung kiri sambil memperhatikan Bos Mafia di depannya. Pria itu tersenyum licik dengan segala macam rencana di kepalanya. "Serang dia di perut kanannya, Tuan. Aku dengar kalau kelemahannya ada di sana," bisik salah seorang anak buah Edward. Pria itu mengangguk tanpa melepaskan pandangan tajamnya dari Allen. Dalam durasi waktu selama tiga menit dala
"Nona Rose, silahkan ikuti kami…." Seorang pria memakai pakaian serba hitam dan kacamata berwarna senada mendekati Rose.Wanita itu baru saja keluar dari pintu kedatangan penumpang pesawat yang baru landing."Kau siapa?!" sentak Rose merasa risih."Saya anggota dari bos Allen. Beliau meminta saya untuk menjemput Nona disini.""Allen? Dia tahu darimana aku datang?""Saya tidak tahu Nona, saya hanya diperintahkan untuk menjemput Nona sekarang."Rose diam, menatap menyelidik pria di depannya. Dia hanya takut jika orang ini berpura-pura menjadi suruhan Allen dan berkata ingin menjemput dia disini."Nona tidak perlu khawatir, saya anggota Blue Fire. Ini identitas saya…." Pria itu menunjukkan tato di punggung tangannya, dan sebuah cincin khas keanggotan mereka pada Rose.Rose baru percaya saat melihat bu
Perhatian Edward sedikit teralihkan melihat kedatangan dua wanita cantik di dalam ruang pertandingan itu.Salah satu wanita berambut panjang hitam dengan bibir penuh dan tubuh yang—seksi menurut Edward, berjalan mendekati Allen di ujung ring.Wanita itu terlihat sangat mirip dengan Eduardo, pria yang sedang dicari Allen saat ini sampai mau menerima ajakan duelnya di atas ring.Garis wajah dan tatapan mata keduanya pun sangat mirip, Edward jadi penasaran siapa wanita itu."Dia wanitanya Allen, Bos," bisik salah seorang anak buah Edward menjawab rasa penasarannya."Darimana kau tau?""Gosip kedekatan mereka sudah lama beredar, Bos. Makin heboh juga saat wanita itu diculik oleh paman Allen sendiri, yang aku dengar dia hampir mati karenanya."Edward menganggukan kepala mengerti, sepertinya wanita itu punya hubungan yang spesial de
"Kenapa kau lama sekali Liam?!""Tidak perlu marah-marah, wajahmu akan semakin jelek jika kau banyak bicara seperti itu!" sinis dokter pribadi Allen meletakkan tasnya di dekat Bos Mafia itu.Allen mengernyit melihat sikap tidak biasa yang ditunjukkan Liam padanya."Kau kenapa?" tanyanya ingin tahu."Kenapa apanya?""Kau terlihat seperti pria kesepian…," goda Allen tertawa mengejek."Dasar! Kau sama saja seperti asistenmu yang tidak tau diri itu!"Allen mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi ini tentang Ace?""Apa maksudmu?""Kau pasti bertemu dengan Ace diluar bersama Sonya bukan? Kau cemburu melihat asistenku sudah memiliki kekasih sekarang?"Liam berdecih mengeluarkan jarum bersama benang daging untuk menjahit luka robek di dahi Allen,
"Dimana Sonya, Ace?""Aku membawanya kembali ke hotel, Bos."Allen mengernyit. "Kenapa? Disini, kan ada Rose. Dia bisa menemani Sonya nanti.""Maaf, Bos. Tapi udara disini agak tidak baik untuk kandungannya. Aku yang meminta dia pulang dulu ke hotel dan bisa kembali kesini kalau dia mau," sahut Ace tidak enak.Allen berdecak menggelengkan kepala. "Tidak ku sangka kau ternyata bisa lebih protektif dibanding ibu-ibu cerewet di luar sana," ledek Bos Mafia itu.Ace hanya terdiam menunduk, berjalan di samping atasannya. Semenjak tahu Sonya hamil, dia memang lebih posesif dibanding dulu.Pria itu hanya ingin menjaga anak dalam kandungan Sonya dan memastikan dua orang yang dia cintai itu, bisa selalu sehat dan aman hingga tanggal kelahiran Sonya tiba."Di mana Liam?" tanya Allen mengalihkan pembicaraan mereka.&nbs
"Sonya … kau dimana?" Ace baru saja masuk ke kamar hotel presidential suite yang dia sewa selama berada di Mexico.Pria itu terlihat kesana kemari mencari keberadaan wanita yang tengah mengandung itu.Bunyi gemericik air di dalam kamar mandi membuat pandangan Ace teralihkan, sepertinya Sonya sedang mandi pikirnya.Membuka seluruh pakaian yang dia pakai, Ace masuk dengan santai mengikuti Sonya di dalam sana.Tubuh polos wanita itu menyambutnya, Ace ikut masuk ke dalam kamar shower di mana Sonya sedang berdiri memakai sabun ke tubuhnya."Honey," bisik Ace di telinga Sonya."Ace?!" kagetnya berbalik menatap pria yang sama-sama polos di depannya."Kau sudah pulang?" tanya Sonya malu-malu, mengalihkan pandangannya dari sesuatu yang menggantung indah dibawah sana."Ini sudah malam, tidak baik wanita hamil sepertimu m
"Kita mau ke mana, Al?""Kita akan bertemu dengan seseorang," sahut Allen singkat."Siapa?""Kau akan tahu saat kita tiba nanti Baby…."Rose berdecak duduk dengan gelisah di dalam mobil mewah prianya. Wanita itu sudah lama tidak jalan-jalan di kota ini.Kenangan masa kecilnya bersama keluarganya menari indah di pikiran Rose. Ternyata sudah selama ini dia tidak pernah datang lagi kesini, pikirnya."Aku ingin mengunjungi makam ibuku, Al…," ujar Rose tiba-tiba."Tentu saja, kita akan kesana saat kita bertemu dengan orang ini nanti." Allen mengambil tangan Rose menggenggamnya dengan lembut."Aku jadi penasaran dengan siapa orang yang ingin kau temui ini…."Allen tersenyum, semakin menekan pedal gas agar mereka bisa secepatnya tiba di lokasi persembunyian Eduardo