Bertempat di sebuah ujung tebing jauh dari kota Miami, Adam beserta kelompok stempel tato kuda telah menunggu kedatangan Allen bersama ayahnya Robert.
Rose diikat dalam mobil yang dijaga ketat oleh kelompoknya bersama Juliet yang ikut berdiri di dekat sana berjaga-jaga.
Dia tidak ingin menunjukkan diri pada Allen sekarang, Juliet akan memperhatikan pria yang dia cinta itu dari jauh.
Lima mobil mewah berwarna hitam dengan satu mobil box berada di tengah, tiba di sana setelah Adam menunggu hampir setengah jam lamanya.
Membuang dan menginjak cerutu yang dia hisap, Adam maju beberapa langkah dengan dua tangan berada di saku celana.
Mata tajamnya asik memindai banyaknya anggota Blue Fire yang datang bersama Allen. Tidak mungkin pria yang dikenal punya banyak anggota hanya membawa pasukannya tidak sampai setengah. Adam harus berhati-hati jika pertukaran ini gagal atau terganggu n
Sabar menanti up yah guys... Terima kasih 🌹
"Tapi Bos….""Jangan membantah Ace, Rose tidak punya banyak waktu lagi! Cepat bawa dia ke rumah sakit sekarang!"Allen bersikeras meminta asistennya membawa wanita yang sudah terkapar tidak sadarkan diri di depan mereka. Walau bagaimanapun keadaan Rose lebih penting dibanding dirinya sendiri."Untuk seorang pria kejam, kau ternyata masih punya hati!" sinis Adam dengan nafas yang naik turun.Dua orang itu sudah sama-sama kelelahan karena terus saling menyerang tanpa henti sejak tadi."Itu sebabnya kau butuh dibesarkan oleh seorang wanita dan bukan oleh seorang pria tidak punya hati!" sahut Allen sengaja membuat sepupunya meradang."Brengsek!"Adam kembali maju melayangkan pukulan dan tendangannya ke arah Allen, dia tidak terima dengan ucapan pria berjambang ini.Sejak dulu Adam memang selalu diledek
Hampir lima jam menunggu di depan ruang bedah dimana Rose tengah di operasi oleh tim dokter, Allen duduk dengan gelisah.Entah sudah berapa kali perawat keluar masuk dari ruangan itu sambil membawa kantong darah yang tak terhitung jumlahnya.Tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana, Allen makin khawatir melihat sudah selama ini menunggu dan tidak ada tanda-tanda lampu operasi akan padam."Aku membawakanmu baju ganti Bos." Ace menghampiri Allen sambil membawa tas kecil di tangan"Taruh saja disitu.""Apa Bos tidak akan ganti baju dulu?""Tidak. Aku akan menunggu Liam keluar dulu dari ruang operasi!"Ace mengangguk dan meletakkan tas kecil yang dia bawa ke dekat bosnya. Mengerti dengan perasaan pria itu, dia juga sama khawatirnya dengan Allen. Semoga saja Rose tidak apa-apa, pikirnya."Ap
"Kenapa kau masih disini?!"Alex keluar dari ruang ICU mendapati pria yang menyebabkan anaknya terluka masih ada disana menunggunya."Apa lagi yang kau mau?!" sambung Alex menatap tajam pria berjambang itu.Allen tiba-tiba berlutut di depan Alex dan tertunduk. Ace sampai kaget melihat bosnya bersikap tidak biasa seperti ini."Bos…." panggilnya tidak rela.Selama mengikuti Allen bertahun-tahun, Bos Mafia itu tidak pernah sekalipun merendah ataupun sampai berlutut begini di depan orang lain. Ace sungguh tidak menyangka bosnya akan berbuat sampai sejauh ini."Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau berlutut begini padaku?!" sentak Alex tidak suka."Aku ingin meminta maaf Tuan…." sahut Allen dengan wajah tertunduk."Ini semua memang salahku karena sudah membuat Rose terluka. Hukum aku dengan berat jika Tua
"Bos, kita sudah sampai." Ace membangunkan pria yang tertidur di kursi belakang mobil.Allen tidur dengan sangat pulas hingga tidak sadar kalau mereka sudah sampai di markas Blue Fire. Bos mafia itu keluar dari dalam mobil mewahnya, berjalan masuk bersama Ace."Aku sudah meminta chef menyiapkan makanan untukmu Bos."Allen mengangguk, duduk di ruang istirahatnya. "Pergilah, aku ingin istirahat sebentar sebelum menemui dua bedebah itu.""Baik Bos." Ace membungkuk dan keluar menutup pintu dengan pelan.Kurang lebih empat jam Allen tidur setelah mengisi perutnya, pria itu terlihat jauh lebih segar setelah beristirahat."Apa ada kabar dari Liam?""Belum ada Bos."Allen terus berjalan menuju ruang eksekusi dimana Robert dan sepupunya Adam di sekap. Dua orang itu diikat dengan rantai tanpa diberi maka
"Apa yang terjadi Liam?"Allen tiba di rumah sakit saat dokter tampan itu terlihat khawatir keluar dari ruangannya."Aku harus memeriksa Rose sekarang, perawat mengatakan kalau kondisinya menurun.""A-apa?" sahut Allen kaget."Kau bisa menunggu di ruanganku dulu." Liam segera beranjak dari sana berlari menuju ruang ICU."Bos, kau mau kemana?" tahan Ace."Aku harus memastikan keadaan Rose, jangan menahanku Ace!""Tapi ada tuan Alex disana Bos, dia tidak ingin bertemu dengan Bos. Tuan Alex pasti akan lebih marah jika melihat Bos ada disana."Allen terdiam dan membuang nafas kasar, dia lupa kalau pria paruh baya itu sedang marah padanya. Alex pasti akan lebih membencinya jika mendengar keadaan Rose saat ini."Shit!" maki Bos Mafia itu menendang kursi tunggu di depan ruangan Li
"Kau tidak pulang?" Allen menggeleng. "Ini sudah larut Al, lebih baik kau pulang dan beristirahat. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu."Allen hanya diam duduk bersandar di kursi sofa ruangan Liam sambil memejamkan mata. Setelah puas menangis menumpahkan rasa sesak di hatinya, pria itu hanya berdiam diri disana dengan pikiran dan hati yang kemelut."Kau bisa sakit jika terus seperti ini Al, pulanglah bersama Ace. Dia menunggumu sejak tadi di luar.""Aku akan menginap disini. Katakan pada Ace untuk menyiapkan satu ruangan yang dekat dengan ruangan Rose di rawat!" sahut Bos Mafia itu masih dengan mata terpejam."Kau serius?" tanya Liam memastikan."Pergi dan katakan padanya! Aku tidak ingin diganggu!"Liam hanya bisa membuang nafas panjang dan keluar dari ruang kerjanya. Pria itu kalau sudah memberikan perintah, tidak ada yang bisa dil
"Kau disini Sonya?""Selamat malam Uncle…," sapa wanita berlesung pipit itu."Maaf aku baru bisa datang kemari menemuimu," sambung Sonya duduk di kursi tunggu samping Alex."Tidak apa-apa, kau datang hari ini saja sudah membuatku senang." Pria paruh baya itu tersenyum tulus, Sonya sudah seperti anak kandungnya sendiri."Bagaimana keadaan Rose, Uncle?"Alex menghembuskan nafas panjang, mengingat Rose yang masih terbaring tidak berdaya di dalam sana membuat hatinya sangat sedih."Uncle…." panggil Sonya lagi."Entahlah So, aku juga tidak tahu. Tadi kondisi Rose sempat turun, tapi menurut dokter keadaannya sudah stabil kembali. Entah sampai kapan Rose akan tertidur seperti itu."Wajah Alex seketika menjadi sendu, anak perempuannya masih berjuang sendirian di dalam sana. Setiap detik b
"Apa ada perubahan pada anakku, Dokter?""Sejauh ini belum ada perubahan yang berarti Tuan, kita berdoa saja agar Rose secepatnya bisa sadar."Alex lagi-lagi harus menelan kekecewaan setelah mendengar ucapan dokter Liam. Hari ini terhitung sudah seminggu lamanya Rose masih belum juga mau membuka mata.Wanita itu masih setia tidur lelap di balik alat dan selang yang menempel di tubuhnya."Dokter….!" Seorang perawat berteriak memanggil Liam dari dalam ruang ICU dimana Rose di rawat.Seorang perawat yang lain terlihat membuka pintu ruangan dengan wajah panik."Dok…," ujarnya menunjuk kedalam ruangan ICU.Mengerti dengan apa yang dimaksud oleh perawat itu, Liam buru-buru masuk meninggalkan Alex yang sontak merasa ada yang tidak beres.Alex hanya bisa menunggu sembari berjalan kesana kemari