"Tuan Adam…."
"Ada apa?"
"Ada berita tentang tuan Robert, Tuan." sahut anggota kepercayaannya di kelompok stempel tato kuda.
"Kenapa dengan Daddy?" tanya Adam masih asik menghisap cerutu di tangan.
"Tuan Robert ditangkap sepupumu Tuan…." sahutnya menunduk takut.
"Apa?!" kaget Adam menggebrak meja. "Bagaimana mungkin dia bisa tertangkap? Apa Allen tidak datang ke pulau pribadi kita?"
"Menurut informasi yang sengaja di sebar oleh Blue Fire, tuan Robert bersama dua orang yang menyerang markas mereka berhasil ditangkap oleh tuan Allen yang ternyata ada disana."
"Brengsek!" pekik Adam membuang cerutunya.
Pria itu sengaja sudah pergi dari pulau pribadi untuk mengelabui Allen. Dia ikut membawa Rose bersamanya agar Allen tidak bisa mendapatkan apa-apa disana.
Tapi siapa san
Terima kasih untuk kalian yang masih setia disini yahh 🤗
"Baik Bos, semuanya sudah siap untuk besok. Kita berangkat pukul tujuh pagi dari markas, anggota kita juga sudah siap lebih dulu disana. Kita pasti bisa membawa Rose pulang nanti."Ace mengakhiri panggilan telepon itu setelah Allen memastikan tentang pertukaran tawanan mereka besok pagi bersama sepupunya.Semua sudah siap, Adam sudah mengirimkan dimana tempat pertemuan mereka. Anggota Blue Fire yang lain sudah lebih dulu berangkat untuk mengecek lokasi secara sembunyi-sembunyi.Mereka yakin kalau kelompok stempel tato kuda juga ada disana untuk memastikan kelancaran pertukaran besok hari.Baik Ace maupun Allen sangat yakin kalau besok akan menjadi hari penuh darah, dengan salah satu diantara mereka yang akan kalah.Allen tidak ingin asal dalam merencanakan pertukaran besok, karena walau bagaimanapun juga kelompok milik paman dan sepupunya itu bisa terbilang cukup kuat.
Bertempat di sebuah ujung tebing jauh dari kota Miami, Adam beserta kelompok stempel tato kuda telah menunggu kedatangan Allen bersama ayahnya Robert.Rose diikat dalam mobil yang dijaga ketat oleh kelompoknya bersama Juliet yang ikut berdiri di dekat sana berjaga-jaga.Dia tidak ingin menunjukkan diri pada Allen sekarang, Juliet akan memperhatikan pria yang dia cinta itu dari jauh.Lima mobil mewah berwarna hitam dengan satu mobil box berada di tengah, tiba di sana setelah Adam menunggu hampir setengah jam lamanya.Membuang dan menginjak cerutu yang dia hisap, Adam maju beberapa langkah dengan dua tangan berada di saku celana.Mata tajamnya asik memindai banyaknya anggota Blue Fire yang datang bersama Allen. Tidak mungkin pria yang dikenal punya banyak anggota hanya membawa pasukannya tidak sampai setengah. Adam harus berhati-hati jika pertukaran ini gagal atau terganggu n
"Tapi Bos….""Jangan membantah Ace, Rose tidak punya banyak waktu lagi! Cepat bawa dia ke rumah sakit sekarang!"Allen bersikeras meminta asistennya membawa wanita yang sudah terkapar tidak sadarkan diri di depan mereka. Walau bagaimanapun keadaan Rose lebih penting dibanding dirinya sendiri."Untuk seorang pria kejam, kau ternyata masih punya hati!" sinis Adam dengan nafas yang naik turun.Dua orang itu sudah sama-sama kelelahan karena terus saling menyerang tanpa henti sejak tadi."Itu sebabnya kau butuh dibesarkan oleh seorang wanita dan bukan oleh seorang pria tidak punya hati!" sahut Allen sengaja membuat sepupunya meradang."Brengsek!"Adam kembali maju melayangkan pukulan dan tendangannya ke arah Allen, dia tidak terima dengan ucapan pria berjambang ini.Sejak dulu Adam memang selalu diledek
Hampir lima jam menunggu di depan ruang bedah dimana Rose tengah di operasi oleh tim dokter, Allen duduk dengan gelisah.Entah sudah berapa kali perawat keluar masuk dari ruangan itu sambil membawa kantong darah yang tak terhitung jumlahnya.Tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana, Allen makin khawatir melihat sudah selama ini menunggu dan tidak ada tanda-tanda lampu operasi akan padam."Aku membawakanmu baju ganti Bos." Ace menghampiri Allen sambil membawa tas kecil di tangan"Taruh saja disitu.""Apa Bos tidak akan ganti baju dulu?""Tidak. Aku akan menunggu Liam keluar dulu dari ruang operasi!"Ace mengangguk dan meletakkan tas kecil yang dia bawa ke dekat bosnya. Mengerti dengan perasaan pria itu, dia juga sama khawatirnya dengan Allen. Semoga saja Rose tidak apa-apa, pikirnya."Ap
"Kenapa kau masih disini?!"Alex keluar dari ruang ICU mendapati pria yang menyebabkan anaknya terluka masih ada disana menunggunya."Apa lagi yang kau mau?!" sambung Alex menatap tajam pria berjambang itu.Allen tiba-tiba berlutut di depan Alex dan tertunduk. Ace sampai kaget melihat bosnya bersikap tidak biasa seperti ini."Bos…." panggilnya tidak rela.Selama mengikuti Allen bertahun-tahun, Bos Mafia itu tidak pernah sekalipun merendah ataupun sampai berlutut begini di depan orang lain. Ace sungguh tidak menyangka bosnya akan berbuat sampai sejauh ini."Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau berlutut begini padaku?!" sentak Alex tidak suka."Aku ingin meminta maaf Tuan…." sahut Allen dengan wajah tertunduk."Ini semua memang salahku karena sudah membuat Rose terluka. Hukum aku dengan berat jika Tua
"Bos, kita sudah sampai." Ace membangunkan pria yang tertidur di kursi belakang mobil.Allen tidur dengan sangat pulas hingga tidak sadar kalau mereka sudah sampai di markas Blue Fire. Bos mafia itu keluar dari dalam mobil mewahnya, berjalan masuk bersama Ace."Aku sudah meminta chef menyiapkan makanan untukmu Bos."Allen mengangguk, duduk di ruang istirahatnya. "Pergilah, aku ingin istirahat sebentar sebelum menemui dua bedebah itu.""Baik Bos." Ace membungkuk dan keluar menutup pintu dengan pelan.Kurang lebih empat jam Allen tidur setelah mengisi perutnya, pria itu terlihat jauh lebih segar setelah beristirahat."Apa ada kabar dari Liam?""Belum ada Bos."Allen terus berjalan menuju ruang eksekusi dimana Robert dan sepupunya Adam di sekap. Dua orang itu diikat dengan rantai tanpa diberi maka
"Apa yang terjadi Liam?"Allen tiba di rumah sakit saat dokter tampan itu terlihat khawatir keluar dari ruangannya."Aku harus memeriksa Rose sekarang, perawat mengatakan kalau kondisinya menurun.""A-apa?" sahut Allen kaget."Kau bisa menunggu di ruanganku dulu." Liam segera beranjak dari sana berlari menuju ruang ICU."Bos, kau mau kemana?" tahan Ace."Aku harus memastikan keadaan Rose, jangan menahanku Ace!""Tapi ada tuan Alex disana Bos, dia tidak ingin bertemu dengan Bos. Tuan Alex pasti akan lebih marah jika melihat Bos ada disana."Allen terdiam dan membuang nafas kasar, dia lupa kalau pria paruh baya itu sedang marah padanya. Alex pasti akan lebih membencinya jika mendengar keadaan Rose saat ini."Shit!" maki Bos Mafia itu menendang kursi tunggu di depan ruangan Li
"Kau tidak pulang?" Allen menggeleng. "Ini sudah larut Al, lebih baik kau pulang dan beristirahat. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu."Allen hanya diam duduk bersandar di kursi sofa ruangan Liam sambil memejamkan mata. Setelah puas menangis menumpahkan rasa sesak di hatinya, pria itu hanya berdiam diri disana dengan pikiran dan hati yang kemelut."Kau bisa sakit jika terus seperti ini Al, pulanglah bersama Ace. Dia menunggumu sejak tadi di luar.""Aku akan menginap disini. Katakan pada Ace untuk menyiapkan satu ruangan yang dekat dengan ruangan Rose di rawat!" sahut Bos Mafia itu masih dengan mata terpejam."Kau serius?" tanya Liam memastikan."Pergi dan katakan padanya! Aku tidak ingin diganggu!"Liam hanya bisa membuang nafas panjang dan keluar dari ruang kerjanya. Pria itu kalau sudah memberikan perintah, tidak ada yang bisa dil