Share

Devil CEO 2

                “Aku menuntut penjelasan mu, sekarang,” ucap Celine penuh penekanan pada akhir kalimatnya.

                Mereka berada di rooftop lantai dua setelah membeli makanan di cafeteria kantor, menumpukan tangan mereka pada batasan rooftop. Seharusnya, Anna yang mengantar Ahra untuk keliling kantor pada hari pertama. Namun, Celine menawarkan diri menggantikan Anna.

                Tentu saja bukan tanpa alasan Celine menggantikan Anna. Celine ingin tahu detail mengapa Ahra bisa langsung lolos tanpa interview.

                Meski dirinya pun berpikir hal konyol yang kemungkinan kecil terjadi. Temannya yang bodoh ini, merayu CEO Javier yang dingin itu dengan tubuhnya.

                “Penjelasan yang mana?” tanya Ahra tampak tak berminat. Dia mengulum es krim vanilla yang tersisa separuh dari cup kecil.

                “Kenapa kau bisa diterima langsung atas rekomendasi Pak Javier? Kemudian ditempatkan di departemen sekretaris tim utama. Aku saja bisa masuk ke tim ini setelah 3 tahun bekerja di sini, itu pun setelah dipromosikan oleh Jenni,” cecar Celine, “tidak mungkin ‘kan kau tidur dengan Pak Javier sehingga dia memberikan keistimewaan khusus untuk mu?” Kemudian dia menghela napas pelan, dan mengetuk kepalanya sendiri, “maafkan aku sudah langsung menuduhmu. Pak Javier ‘kan tidak menyukai wanita, mana mungkin kau tidur dengannya.”

                Ahra menghela napas panjang. Dia meringis ketika menjawab, “sialnya, tebakan mu itu benar. Aku sudah tidur dengan dia.”

                “Hah?!” teriak Celine tak percaya, membuat orang-orang yang juga berada di rooftop melirik ke arah mereka sesaat.

                “Kubunuh kau jika berbicara dengan lantang lagi,” ancam Ahra dengan berbisik.

                “Kau saja baru bertemu dengan Javier sekali, itu pun tadi. Bagaimana bisa kau tidur dengannya? Jangan bilang, kalau kau datang ke ruangnnya dan menggodanya seperti kau menggoda pria brengsek yang sering mau temui?”

                “Kau kira aku semurahan itu hanya untuk dapat pekerjaan?” geram Ahra tanpa sadar, bahwa hampir tiap hari dirinya datang ke club malam, menawarkan one night stand –meski untuk menjebak- hanya untuk mendapatkan uang dengan cara cepat. “Kalau hanya untuk mendapat pekerjaan di tempat bergengsi, itu mudah bagiku. Kau tahu kan aku punya banyak pengalaman kerja.”

                “Kalau begitu cepat jelaskan. Jangan bertele-tele dan membuat orang lain penasaran.”

                “Kau ingat tidak sehari sebelum aku interview di sini, aku sempat ke club malam untuk menipu seorang pria?”

                Celine mengangguk. “Aku ingat pria pintar itu. Bukannya terkena godaan mu. Malah menjebakmu kembali.”

                Ahra menyenderkan kepalanya pada besi pembatas seolah pasrah dengan keadaan. “Pria di club malam itu, ternyata adalah CEO kita. Dan aku baru mengetahuinya saat interview.”

                “Gila!” pekik Celine, untungnya kali ini tidak ada yang memperhatikan mereka meski Celine menjawab ucapannya yang responsive. “Ini kebetulan yang sangat konyol! Aku tak menyangka ternyata pria yang kau temui adalah CEO kita.”

                “Aku juga tidak menyangka, Celine,” Ahra berdecak, “aku pernah dengar bahwa dunia hanya selebar daun kelor. Aku tak menyangka, aku mempercayai ucapan itu di kondisi seperti ini.”

                “Aku kenal kau. Kau adalah orang yang paling malas menghadapi masalah. Lantas, kenapa kau masih mau bekerja di sini?”

                “Kau kira aku mau begitu saja?” Ahra memasang wajah kesal. Sebab mengingat kejadian di ruangan Javier, “dengan wajah iblisnya, dia berkata ingin menahanku di Leo Blue Company.”

                “Supaya kau bisa terus memuaskannya?”

                Ahra mendelik kesal. “Dia ingin membuat kehidupanku layaknya di neraka. Dia bilang aku mengusik seseorang yang penting untuknya, ya… kurang lebih begitu.”

                Celine menepuk pundak Ahra. “Dia tidak main-main dengan ucapannya. Setelah dia menggantikan mendiang ibunya sebagai CEO. Perusahaan benar-benar seperti penjara karena kepemimpinannya yang otoriter. Ya, meskipun karenanya, perusahaan semakin maju dan membuat dirinya masuk ke 30 forbes under 30.”

                “Aku masa bodo dengan semua hal baik atau buruk menyangkut dirinya,” kata Ahra, “yang ingin aku tahu setengah mati, siapa orang terdekatnya yang pernah aku usik. Kau, bisa bantu aku mencari tahunya ‘kan?”

                “Sepertinya cukup sulit,” gumam Celine, “pria yang kita mau selidiki ini adalah CEO Leo Blue Company. Sementara kita adalah karyawannya.”

                “Aku akan menipu lebih banyak pria, dan uangnya akan aku gunakan menyewa detective professional.”

                Celine menjitak kepala Ahra. “Setelah bertemu kasus seperti ini, kau tidak ada kapoknya sama sekali, bodoh.”

                Ahra mengusap kepalanya. “Lalu aku harus apa?”

                “Buat dia jatuh cinta dan selidiki siapa orang yang membuatnya seperti itu.”

                “Itu terdengar leih mustahil,” balas Ahra.

                “Kau benar juga, kita ‘kan tidak hidup di dunia novel romantis,” Celine menghembuskan napas panjang. Menepuk pundak Ahra pelan dan mengusapnya seakan memberikan dukungan. “Akhirnya datang juga saat ini. Kau menerima karma mu, karena mempermainkan pria. Kau bertemu juga dengan lawan yang seimbang.”

                “Lawan yang seimbang katamu?” Ahra tertawa sarkastik. “Tidak semudah itu untuk membuat hidupku seperti di neraka. Aku sudah berpengalaman menghadapi pria brengsek. Dan aku yakin akan mudah sekali menanganinya. Akan aku buat dia terperangkap omongannya sendiri.”

                Ahra meremas kuat cup es krimnya yang tersisa sedikit sehingga menumpahkan isinya yang sudah cair mengenai tangannya. Tangan yang licin dan pengangannya yang tidak menguat, membuat cup es krim tersebut jatuh ke lantai satu.

                Sialnya, bukan jatuh tepat ke lantai, namun tepat mengenai kepala seseorang.

                Celine memukul lengan Ahra. “Apa yang kau lakukan?! Ini hari pertama jangan membuat masalah.”

                “Aku juga tahu.”

                Ahra mengambil tissue yang ada di tangan Celine tanpa meminta izin terlebih dahulu. Kemudian langsung berlari menuju lantai satu menemui orang yang tak sengaja dia jatuhkan cup es krim, tanpa melihat dulu siapa korbannya itu.

                Dalam hati dia mengumpat. Bukan mengumpat karena keteledorannya, namun mengumpat menyumpahi Javier. Bahkan dirinya hanya membicarakan tentang pria itu, dirinya sudah tertimpa ke sialan.

                “Permisi.”

                Ahra menepuk pundak seorang lelaki yang lebih tinggi darinya. Lelaki itu mengenakan kaos polos warna hitam sehingga kontras dengan tumpahan es krim vanilla. Dari pakaiannya, jelas sekali jika orang ini bukan pegawai perusahaan ini.

                “Maaf, saya tidak sengaja.”

                “Iya tidak apa-apa.”

                Pria itu membalikan badan, Ahra meringis kepala pria itu juga terkena oleh sisa es krim milik Ahra. Tangan Ahra terulur hendak membersihkan es krim di kepala pria itu.

                Namun seseorang menahan tangannya dengan kuat hingga tubuh Ahra kini berbalik menghadap orang itu.

                “Apa yang kau lakukan pada sahabatku, Nona Ahra?”

                Bahkan ketika dirinya sudah berdoa dengan khusyu agar tidak bertemu dengan Javier. CEO gila itu tetap tertangkap dalam pengelihatannya.

                Apa jabatan tinggi yang dimilikinya hanya sekadar gelar? Dia pasti tidak memiliki kesibukan apa pun!

                “Maaf, pak,” Ahra mencoba sopan di depan banyak orang, “es krim milik saya jatuh dari lantai dua dan tidak sengaja mengenai-”

                “Ares,” sambung pria itu seraya memperkenalkan diri

                “-Pak Ares, teman anda,” lanjut Ahra.

                “Oh aku paham. Berarti kau membuang sampah ke bawahkan?”

                “Bukan-”

“Kau tahu peraturan di perusahaan ini sangat ketat?” potong Javier, “datang ke ruanganku setelah break time selesai,” cecar Javier sampai tidak sempat membuat Ahra membela dirinya.

                Javier langsung membalikan tubuh, berjalan entah ke mana menjauhi Ahra.

                “Mati saja kau, CEO sialan!” desis Ahra sepelan mungkin, Ahra menunjukan jari tengahnya.

Sementara pria bernama Ares itu tertawa geli melihat Ahra tampak tidak takut terhadap Javier yang notabene adalah CEO tempatnya bekerja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status