Ahra terkejut setengah mati melihat foto yang berisi gambaran dirinya tidak mengenakan satu helai benang pun.
Secepat kilat dia bergerak maju mengambil foto tersebut dan kembali pada posisi semula. Memberi jarak aman antara dirinya dan Javier.
“Ini pelecehan. Aku bisa melaporkan mu,” pekik Ahra
Tawa Javier semakin terdengar geli. Tak ada takutnya sama sekali, mungkin dia menganggap punya kekuasaan lebih di sini sehingga Ahra tidak mungkin bisa melawannya.
“Kenapa kau tertawa? Apa kau pikir itu tidak mungkin?”
“Memangnya orang biasa seperti mu bisa melawan CEO sepertiku?” Javier balik bertanya, nada suaranya terdengar meremehkan.
“Aku memang melamar sebagai pekerja kantoran di sini. Tapi jangan salah sangka, ayahku adalah pemilik salah satu firma hukum terbesar di negara ini.”
“Aku tahu. Aku menyelidiki semua tentang mu,” jawab Javier, “aku juga tahu sisi mengenaskan mu, di mana kau dibuang oleh ayahmu sendiri, setelah ayahmu bercerai dengan ibumu, karena dia memiliki wanita simpanan. Itu mengapa saat SMA, kau kerja paruh waktu untuk membantu mendiang ibumu agar bisa bertahan hidup dan melanjutkan pendidikan. Aku tidak takut sama sekali jika kau membawa nama ayahmu hanya untuk menakutiku.”
Ahra menelan ludah. Pikirannya kalut. Pria ini pasti tahu lebih banyak lagi.
“Dan aku juga tahu, seberapa brengseknya kau. Yang menjebak tiap pria yang kau ajak one night stand. Berpura-pura sebagai korban pemerkosaan kemudian memeras uang mereka.”
“Stop,” wajah cantik wanita itu memucat.
“Selama ini kau bisa aman karena kau dilindungi oleh Celine dan Jake, kedua orang itu adalah sahabatmu. Yang aku lihat, orang yang menutupi tindakan criminal mu itu tidak lebih hebat dariku. Aku bisa dengan mudah menjebloskan kedua sahabatmu ini ke penjara terlebih dahulu.”
“Jangan mengusik mereka,” balas Ahra dingin.
Selama ibunya tidak ada. Hanya dua sahabatnya yang menemaninya dan selalu menjadi tempat Ahra pulang. Wadah berkeluh kesah dari pada pun yang di alaminya.
“Kalau kau,” Javier sepertinya tidak mendengarkan, “terlalu bagus untuk masuk penjara. Bocah preman seperti mu, pasti di hari pertama dengan mudahnya menjadi pemimpin lapas.”
“Hei! Kau paham tidak kalau aku bilang berhenti?”
Javier seakan tuli. Masa bodo dengan Ahra, dia terus menucapkan kata yang membuat emosi Ahra memuncak. “Kau harus berterima kasih padaku karena aku hanya berniat untuk membawa dua sahabatmu ke penjara.”
“Kau ‘kan bukan salah satu korbanku. Kenapa kau sampai segininya denganku?” tanya Ahra tak mengerti.
“Karena kau mengganggu salah satu orang terdekatku. Kau mengusiknya berarti kau juga berurusan denganku.”
Ahra mendengus geli. Dia tersenyum miring. “Aku hanya mengganggu pria brengsek. Pria yang sering memainkan wanita saja yang aku peras uangnya. Berarti orang terdekat yang kau usik itu, adalah orang yang brengsek juga.”
Tangan Javier terkepal kuat di sisi tubuhnya. Sebelum mengambil ponsel yang berada di sakunya. “Aku akan menghubungi polisi sekarang.”
BRAK!
“Kau mau apa, sialan?”
Ahra menggebrak meja di sampingnya, wajahnya memerah kesal setengah mati.
Javier duduk di sofa terdekat dengan satu kaki bertumpu di atas lulut, tangan melipat di dada dengan bersandar pada sandaran sofa. Gesture yang menekankan posisinya lebih tinggi dari Ahra.
Demi apa pun Ahra ingin sekali menarik kerah pria itu dan memberikan tinju tepat di sisi wajahnya.
“Padahal aku menunggu kata-kata itu keluar dari mulut mu. Aku muak berada di satu ruangan yang sama dengan penipu seperti mu.”
Ahra menghela napas kasar. Apa lagi yang Ahra harapkan dari pria yang sudah tahu tabiat buruknya?
Dia mengambil tas jinjing yang jatuh ke lantai akibat ulah Javier yang menggendongnya tiba-tiba.
“Aku tahu otak licikmu. Kau pasti tidak akan menerimaku bekerja di perusahaan mu dan membuatku tidak diterima kerja di perusahaan mana pun dengan koneksimu. Aku tidak peduli!”
Javier mendengus geli. “Aku tidak selicik itu.” Kemudian dia ikut berdiri, “tapi aku lebih licik dari pada yang kau pikirkan. Enak sekali kau berkeliaran bebas di luar sana. Kau harus bekerja di sini, dan akan aku buat neraka untukmu. Sebagai balasan kau mengusik orang yang berharga untukku.”
Ahra mengerjapkan matanya, dia mengacak rambutnya frustasi. Pria ini lebih gila dari pada dugaannya.
“Kalau begitu. Akan aku buat kau terjebak dalam neraka yang kau buat untukku.”
***
“Mohon bantuannya.”
Ahra sedikit menundukan badannya ketika menyapa anggota departemennya.
Tadinya, rasa gugupnya hilang digantikan nafas lega karena mendapati Celine yang juga berada di tim yang sama dengannya. Tapi melihat anggota lainnya termasuk Celine tampak kebingungan dengan kehadirannya. Ahra jadi bertanya-tanya, apa seharusnya dirinya tak berada di sini?
Perempuan dengan gaya nyentrik, layaknya pick me itu bertanya, “kau akan menggantikan Bu Erica? Sebagai sekretaris utama Pak Javier?”
Jika ada embel-embel ‘bu’ di depan nama. Pasti itu adalah posisi tinggi. Ahra menggeleng.
“Lalu kenapa kau bisa masuk ke tim senior?” Perempuan yang tadi bertanya padanya itu menganga tak percaya. “Wah, kau jangan-jangan ditaksir Pak Tua, HR tak kompeten yang hanya mau menerima calon karyawati cantik.”
Dalam sekali lirikan pun, bahkan ekhm pernah berada di ranjang yang sama. Ahra tidak sebuta itu untuk menilai bahwa Javier adalah pria tua. Walau benci mengakuinya, untuk wajah seukuran Javier, itu terbilang sangat tampan.
Ah, dan Ahra masih ingat jabatan Javier di Leo Blue Company.
“Saya di terima langsung atas rekomendasi dari Pak Javier.”
“Ma-maksudmu, Pak Javier CEO kita?” tanya wanita itu memperjelas.
Ahra mengangguk. “Iya benar.”
Wanita nyentrik itu menutup mulutnya yang menganga lebar. Sementara pegawai yang lain, membelalak tak percaya dan bisik-bisik pun mulai terdengar.
Ya… omongan mereka semua terdengar negative di telinga Ahra. Tidak jauh dari pembahasan bahwa Ahra adalah simpanan CEO.
Sialan. Mereka tidak tahu saja, Ahra setengah mati ingin keluar dari pria tampan gila bernama Javier.
Celine menepuk dahinya, wanita itu berdehem sebentar sebelum menjelaskan. “Anna,” pangil Celine pada wanita nyentrik itu.
Oh, jadi namanya Anna. Ahra menggumam dalam hati.
“Dia itu sahabatku dari SMA, dan aku yang membawa dia untuk bekerja di sini.”
Kalimat dari Celine, sekejap membuat pandangan heran dari orang-orang tersebut berubah, tak lagi fokus menatap Ahra dari ujung rambut hingga ujung kaki seolah menerka apa alasan Javier bisa menerima Ahra sebagai tim marketing khusus.
“Selamat bergabung ya.” Seorang wanita cantik dengan fasion elegan, melangkah mendekatinya dan menjabat tangan Ahra. “Saya Jenni, salah satu bagian dari departemen ini juga. Kalau ada perlu apa-apa bisa tanya langsung ke saya atau anggota departemen yang lain.”
Ahra menghembuskan napas lega, karena sapaan dari Jenni membuatnya merasa diterima dengan baik begitu juga dengan yang lainnya, ikut menyapanya dengan ramah.
Tatapan mereka semua hangat. Kecuali Celine yang menuntut penjelasan dari Ahra.
“Aku kira kau lupa denganku.” Jake masih terus menyindirnya karena perdebatan pria itu dengan Javier yang ingin mengantar Ahra pulang. Walaupun Ahra sudah memilih untuk pulang bersama Jake. Ahra berdecak. “Masih saja dibahas.” “Aku akan membahas terus jika aku mengingat hari ini,” timpal Jake, “aku menunggmu lama sekali. Dan aku tidak bisa masuk ke restoran tersebut karena katanya sedang di sewa. Aku tak menyangka ternyata Javier yang menyewanya hanya untuk makan malam bersama mu.” “Sudah kubilang bukan begitu.” “Nyatanya yang aku lihat begitu. Kau mau alasan seperti apa lagi?” Pria itu masih merajuk, seperti seorang kekasih yang memergoki wanitanya tengah kencan dengan pria lain. Hapal dengan perangai Jake. Ahra jadi sama sekali tidak ingin meluruskan apa pun. Wanita itu mengibaskan tangannya masa bodo, “terserah kau saja ingin berpikiran seperti apa.”
"Hei. Ada karyawanmu yang menyebalkan, sepertinya dia tidak tahu aku adalah teman dekatmu. Kau sebagai atasannya-" "Stop," potong Javier. Pria itu melepas kacamatanya, menaruh dokumen yang dia pegang di atas meja kerjanya. Alis Ares bertaut, menunjukan kebingungannya. “Ada yang salah dengan bicaraku?” “Ya,” balas Javier, dia menunjuk sahabatnya yang baru-baru ini datang lagi ke kantornya, setelah tanpa rasa bersalah meninggalkan Javier dan Ahra berdua di restoran. “Berhenti menyebut statusku di kantor ini sebagai atasan.” “Hah?” Javier mengedikan bahu. “Belakangan ini aku tidak suka kata-kata itu. Terkesan sombong.” “Kau bicara apa sih, gila?” Ares semakin tidak mengerti, “padahal kau mati-matian merebut posisi sebagai CEO di perusahaan ini.” Javier tidak menanggapi celotehan Ares. Dia kembali mengecek berkas yang harus dia tanda tangani. Terlihat tenang dari luar. Tidak seperti dengan isi kepalanya yang berisik. Ucapan Ares kembali membuatnya mengingat kejadi
Ares : Kado dariku tahun ini. Ku undang wanita yang kau incar itu di acara muAres : Aku tidak ingin mengganggumu. Jadi selamat menikmati waktumu dengannyaAres beruntung karena terlalu lelah Javier sedang tidak bernafsu untuk memaki sahabatnya itu karena mendatangkan Ahra ke tempat ini dan meninggalkan dirinya berdua saja dengan Ahra.Javier menyimpan ponselnya di saku celana.Dia memperhatikan wanita itu dari jauh. Wanita yang tengah melihat lukisan di dinding seolah mengabaikan Javier yang melangkah mendekatinya.Ahra tampak rapih dengan dress navy yang kontras dengan kulit porselennya. Wanita itu tidak mungkin pulang ke rumah lebih dulu untuk berpenampilan serapih itu. Ini pasti ulah sahabatnya. Pantas saja Ares memilih menetap di kantor Javier sampai sore, ternyata untuk membawa Ahra ke sini."Hei," panggil Javier.Ahra masih tidak menoleh, tapi dia membalas dengan ucapan pedasnya seperti biasa, "siapa yang kau panggil itu? Aku punya nama."Javier berdecak sebelum memanggil ulang
“Pak Javier memintamu ke ruangannya. Katanya dia mau kau yang menemaninya meeting.” Celine mendatangi mejanya, dia menaruh lembaran dokumen di atas meja Ahra. Ahra berdehem kemudian batuk keras beberapa kali. Teman divisinya yang lain sampai menoleh, padahal pagi tadi wanita itu baik-baik saja. “Aku sedang tidak enak badan.” Ahra mengambil tangan Celine, menaruh punggung tangan sahabatnya itu di dahinya. Sambil berdoa dalam hati semoga dahinya terasa panas, hasil dari mendiamkan termos yang sedikit panas di dahinya. “Panas sekali.” Celine menarik tangannya. Wanita itu menaikan sebelah alisnya, “padahal tadi kau baik-baik saja, Ahra.” Ahra mengangkat bahunya. “Sepertinya aku demam, kurang istirahat. Bisa minta tolong gantikan tugasku hari ini?” Celine tetap mengangguk walau memandang sahabatnya itu penuh ke curigaan. “Kau akan pulang lebih cepat?” Ahra
"Kau... semalam benar-benar tidak menyentuhku 'kan?" tanya Ahra penuh dengan nada kecurigaan. Javier mendengus. Pandangannya masih tertuju ke jalan, tanpa melihat Ahra yang duduk di kursi penumpang, dia menjawab, "sudah ketiga kalinya kau menanyakan hal ini. Sudah kubilang kalau kau tidak percaya padaku, lihat saja CCTV rumahku." Ahra tidak mau memalukan dirinya sendiri jika kecurigaan yang dia tuduhkan pada Javier itu salah. Tapi di satu sisi dia sama sekali tidak percaya perkataan pria itu. Saat membersihkan diri tadi, bagian bawahnya terasa sakit dan terdapat sedikit cairan yang lengket. Rasanya tidak mungkin dia masturbasi pada saat mabuk. Pasti ada sesuatu! Dia yakin sekali! Dia butuh sesuatu pemancing yang membuatnya ingat apa yang terjadi saat dirinya mabuk. Ahra memicingkan mata. "Bisakah kau beri tahu kenapa semalam aku bisa sampai berada di rumahmu? Aku butuh sesuatu hal yang membuat aku ingat kejadian semalam." Dengan tiba-tiba Javier menginjak remnya.
Aku yakin kau yang lebih dulu jatuh cinta padanya. Kalimat yang Ares katakan menghantui isi kepalanya. Javier menggelengkan kepalanya pelan mengenyahkan perkataan Ares yang mengusiknya. Tanpa sadar dia berkata dengan mulutnya sendiri. “Tidak. Aku tidak menyukainya.” Sayangnya dia mengatakan hal itu dengan suara agak lantang sehingga penghuni table sebelahnya menoleh bingung. Tapi Javier tidak menyadarinya, karena matanya tertuju pada seorang wanita yang duduk di bartender dengan pakaian minim dan sedang berbincang dengan seorang pria. Yang sangat Javier yakini pria itu bukanlah teman si wanita yang Javier buntuti. Hari ini weekend. Seolah mengenal lama, dia tahu kebiasaan Ahra mengunjungi club malam untuk mencari para korban. Pria yang malam ini menjadi korban wanita mematikan itu, harusnya berterima kasih pada Javier karena Javier hari ini mengikuti Ahra.