Share

Berita Pertunangan Suami

Lara mengeliat dalam tidur pulasnya, dia menjadikan lengan Xander sebagai bantal. Nyaman. Hanya itu yang terbersit di dalam pikiran Lara. Sama sekali belum sadar sepenuhnya siapa yang memeluk tubuhnya ketika dia tidur malam ini. 

Xander hanya menyunggingkan senyum tipis. Wajah istrinya sangat manis dan polos ketika ia tidur. Menenangkan. Hingga tidak ingin dia beranjak dari tempat tidur ketika melihat Lara. Tapi, ada pekerjaan besar yang menunggunya hari ini. Lelaki itu perlahan melepaskan diri dari Lara kemudian beranjak dan bersiap untuk ke kantor. 

Setelah persiapannya selesai, Xander melihat istrinya lagi. Masih belum bangun. Tangannya terulur membelai wajah ayu Lara. "Aku tinggal kerja dulu, Sugar." Dikecupnya kening wanita yang masih meringkuk di dalam selimut. 

Sugar. Panggilan yang Xander berikan untuk gadis itu. Gadis kecil berusia dua belas tahun yang wajahnya tidak membosankan jika dilihat. Manis seperti gula. Gadis pertama yang membuat hatinya kembali hidup dan memiliki impian untuk maju, meski keluarganya sama sekali tidak menginginkan Xander. 

Sekarang, gadis itu sudah menjadi istrinya. Meski dengan cara yang sedikit tidak biasa. Xander hanya ingin menjadikan Lara miliknya seorang, tidak berhak orang lain memilikinya apalagi sampai menyiksa Lara seperti yang dilakukan keluarga Lara. 

Mereka sama-sama berasal dari keluarga yang di luar tampak bagus, tapi di dalam hancur. 

"Jaga Nyonya! Penuhi permintaannya!" Xander memerintahkan anak buahnya untuk terus mengawasi Lara. Karena mulai hari ini, dia tahu akan ada banyak masalah yang menghampiri gadis itu, apa lagi sampai media dan masyarakat tahu tentang pernikahan mereka. 

"Baik, Tuan." Salah satu anak buahnya mengangguk. Dia siap berjaga di depan pintu apartemen Lara. 

Selang beberapa saat setelah kepergian Xander, Lara membuka mata pelan-pelan. Dia mencari lengan yang semalam suntuk memeluk hangat tubuhnya. 

"Stupid!" Lara seketika bangkit bangun dan duduk sambil memukul kepalanya. "Kenapa sampai aku mencari lelaki itu sih. Dasar Lara!" Dia merasakan tubuhnya dingin. Pangangannya menatap ke bawah. "Aaaa." Lara lupa jika dirinya belum berpakaian setelah pertempuran semalam. 

"Bodoh banget sih kamu Lara! Harusnya kamu tidak menyerahkan diri begitu saja sama laki-laki arogan itu. Ish, mana pakai acaran nambah lagi." Lara masih mengutuk dirinya sendiri. Ada malu, bahagia dan kesal yang dirasakan kepada Xander. 

Gadis itu menunduk lemas. "Sepertinya hidupku akan menjadi alat lagi. Lepas dari mulut macan masuk ke mulut singa jantan." 

Ponselnya berbunyi, Lara melirik ke atas nakas di mana android itu berada. Dengan malas, ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya. 

Sania.

Ish, mau apa lagi sih kakak tiri jahat itu? Belum puas apa mereka menjualnya dan menjadikan dia boneka Xander. Eh, bukanya setahu mereka ia menikah dengan Pak Harjunot yang botak dan buncit itu? 

"Apa?" Lara mengangkat ponselnya. Suara bisik-bisik di seberang terdengar. 

"Halo adik kesayangan aku. Gimana malam pertama sama lelaki tua itu? Berapa ronde?" Suara tawa mengejek terdengar dari seberang. 

Lara mencengkeram arat selimut yang menutupi tubuhnya setelah mendengar pertanyaan merendahkan dari Sania. Apa lagi mama tirinya semakin menghina dan mengatainya dengan tanpa dosa. 

"Sekarang kamu udah menjadi orang kaya, jadi ubah tuh penampilan gembel kamu." Susan berkata sambil tertawa. 

"Bodo amat. Kalau gak penting mau aku matiin. Bye, wanita setan!" Lara mematikan ponselnya lalu membanting kasar ke ranjang. 

Sania kembali menghubunginya setelah beberapa menit. Lara hanya melihat layar ponsel tanpa berniat mengangkat. Dia masih sakit hati dan tidak terima ketika harga dirinya dijual seenak jidat oleh kedua wanita itu. 

"Awas saja kalian, aku akan datang dan balas dendam atas semua kesakitan yang sudah kalian beri!" Lara berjanji pada dirinya sendiri. 

Tak lama ponselnya kembali berdering, Lara yang masih emosi dan kesal mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya. "Apa? Mau ngehina aku lagi? Puas sekarang kalian? Dasar wanita set ...."

"Ngigau kamu?" Suara serak maskulin terdengar dari balik ponsel Lara. 

"Eh, Tu ... Tuan." Lara menutup mulutnya dengan telapak tangan. Dia malu karena tidak melihat dulu siapa yang menghubunginya. 

"Sudah bangun, heh? Di atas meja rias ada kartu kredit dan kunci atm. Kalau mau belanja baju pakai itu dulu. Gak usah ambil barang-barang lama kamu. Dan gak perlu pulang ke rumah jelek itu lagi. Ngerti?!" 

Lara ingin melontarkan kata-kata menyakitkan untuk Xander, tapi mengingat memang rumahnya yang tidak ada apa-apanya dibanding apartmenen ini dia mengurungkannya. "Ya," jawab Lara singkat. 

"Ya udah, cuma mau bilang itu. Nanti malam kita lanjutkan lagi olah raga di atas ranjang. Persiapkan diri kamu. " Tawa Xander bergema. Ia mematikan ponselnya sebelum mendengar umpatan Lara yang kadang tidak ada jeda. 

"Kampret! Daras omes! Xander kampret!" Lara mengatai ponselnya yang masih ia genggam. Menyebalkan rasanya melihat lelaki itu menang hanya karena dia terpesona dan menyerahkan diri di kebersamaan mereka yang baru beberapa jam. 

Dengan masih dalam keadaan tanpa busana, Lara berjalan ke arah meja rias dan mengambil barang yang ditinggalkan Xander. Ada kartu kredit, kunci dan beberapa uang lembar. 

Untuk istriku yang galak, makanan sudah saya siapkan di atas meja. Kalau mau sarapan tinggal menghangatkan saja.

Lara tersenyum. Bisa romantis juga cowok itu. Ia kira Xander seperti yang diberitakan di media, dingin tak tersentuh juga sama sekali tidak punya hati. Ternyata berbeda, meski kadang sifatnya menjengkelkan, tapi ada sisi baiknya juga. 

Gadis itu berpikir kalau mungkin saja media yang memberitakan Xander orang yang tidak punya hati a.k.a kejam adalah wanita yang mempungai dendam pribadi kepada Xander. Ditolak misalnya. 

"Yuhuu, selamat datang hidup enak. Eh, tapi kenapa Xander harus menyuruh anak buahnya untuk membeli aku? Bukankah kalau dia sendiri yang melamar ke rumah pasti akan langsung diterima?" Lara tampak berpikir. "Bodo amat, ah. Nanti biar aku tanyakan langsung." 

Gadis itu berjalan mengambil ponselnya kembali, ia ingin memberi kabar kepada sahabatnya di tempat kerja kalau hari ini izin tidak berangkat dulu. Ya kali jam sepuluh mau masuk kerja, bisa kena SP atasan nanti. 

[Sy, aku gak enak badan. Izinin, ya!] Send. 

Setelah mengirim pesan, lara membuka situs berita online tanpa terlebih dahulu mandi. Dia pemasaran dengan tagar patah hati nasional yang trending di twitter per pagi ini. 

Pengusaha Muda yang Sukses Akan Melaksanakan Pertunangannya Nanti Malam, Xander Wiryaguna

Ponsel meluncur jatuh ke bawah tanpa sempat Lara cegah. Xander akan bertunangan nanti malam? Apa maksudnya ini? Lalu kenapa lelaki itu menikahinya kemarin? 

Judul berita online yang beredar pagi ini tidak jauh dari pertunangan Xander nanti malam.

Seketika hati Lara hancur kembali. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status