Share

Boss's Secrets Wife
Boss's Secrets Wife
Author: Miss Halu

Dijual Mama Tiri

“Gak mau, Ma. Lara gak mau nikah sama laki-laki tua itu.” Seorang gadis tengah menangis memeluk tubuhnya ketika sang mama mengatakan akan menyerahkan Lara pada Harjunot. 

“Gak usah nangis! Sudah bersyukur ada yang menikahi kamu. Gadis kumal seperti kamu siapa lagi yang mau kalau tidak laki-laki tua itu.” Mamanya menarik tangan Lara untuk di dandani agar telihat lebih cantik. “Atau kamu mau kakak kamu menjadi perawan tua kalau kamu tidak mau menikah sama lelaki itu? Iya, hah?” 

Lara menggeleng. Meminta tolong pun percuma, tidak ada orang di rumah ini selain mereka bertiga. Ayahnya kerja di luar pulau dan pulang sebulan sekali. Lara benar-benar sendiri. Ingin mengadukan pada sang ayah juga percuma, pasti mama tirinya akan memutar balikkan fakta yang ada. 

“Selamat menikah Lara, tenang saja kalau laki-laki tua itu mati, kamu akan mendapat warisan yang banyak dan bisa kamu gunakan untuk menikah lagi dengan yang lebih muda.” Sania sang kakak tertawa puas melihat adik tirinya menderita. 

“Kalian jahat!” Lara menatap tajam dua wanita di depannya. Rahangnya mengeras. 

“Memang. Dan karena kamu anak baik, tolong jangan nolak penikahan ini.” Sanie menarik lengan Lara dan membawanya di depan meja rias. “Diam! Kalau kamu nangis terus make up akan luntur. Ngerti gak!” Gadis itu mulai menyapukan kapas pembersih di wajah Lara. 

“Cepat, Sania. Pak Harjunot sudah mengirimkan alamat tempatnya.” Susan mengambl baju pengantin murahan yang ia beli di pasar khusus untuk Lara hari ini. Meski bugdet yang diberkan Pak Harjunot lumayan, tapi sayang aja kalau semua untuk Lara. Mending ia pakai untuk membeli perhiasan dan perawatan ke salon supaya nanti ketika bertemu besan terlihat cantik. 

Lara di make up sedemikian rupa oleh kakak tirinya, gadis dua puluh satu tahun tersebut hanya diam dan pasrah meratapi nasibnya. Dalam hati berjanji, kelak jika ia bisa bangkit dan menjadi Lara yang baru, akan dibalasnya orang-orang yang menyakitinya. Termasuk mama dan kakak tiri. 

Setelah semuanya selesai. Lara memakai gaun pengantin berwarna putih sederhana degan bahan panas dan sangat tidak nyaman di kulit. Dilihatnya kedua wanita setan itu tertawa puas melihat Lara menderita.

“Berangkat, Ma? Coba lihat alamat tempatnya.” Sania membaca sebuah alamat hotel sederhana di pusat kota. Ia tahu tempat ini, karena sering menginap di sana bersama sang pacar. “Ya udah ayo berangkat.” Ia mendorong Lara masuk ke mobil dan membiarkan gadis itu menangisi nasibnya. 

“Kita hanya bertugas mengantarkan sampai lobi lalu menerima uang pelunasan, untuk selanjutnya pihak Pak Harjunot yang akan mengurus gadis gembel itu.” Susan melirik anak tirinya. “Kalau dilihat-lihat kamu lumayan cantik, setidaknya gak rugi-rugi amat Pak Harjunot membeli kamu 200jt.” Mereka tertawa puas. 

Lara diam. Tidak berniat menimpali dan juga membela diri karena ia tahu semua akan sia-sia. Sesampainya di hotel tempat mereka bertransaksi untuk menjualnya, Lara turun diapit dua wanita itu. Ia berdoa semoga nanti suaminya yang mereka sebut lelaki tua tersebut tidak menyiksanya seperti yang sering Lara lihat di sinetron. 

“Saya mau ketemu dengan Pak Harjunot.” Susan langsung mengatakan tujuannya ke sana. 

Lara yang berada di sampingnya hanya menunduk. 

Satpam di lobi berbisik satu sama lain. Setelah itu salah satu dari mereka masuk ke dalam dan memanggil seseorang. Tiga lelaki berpakaian rapi dengan kaca mata hitam menjemput Lara. 

“Bu Susan.” Lelaki paling tua memanggil nama mamanya Lara.

“Pak Harjunot.” Susan tampak girang. Sebentar lagi ia akan menerima uang bernilai puluhan juta untuk pelulansan Lara.

Lara mengangkat wajah. Ia menelan ludah kasar ketika melihat calon suaminya. Perutnya buncit, kepala botak dan pandangannya tidak mengenakan seolah menelanjanginya. Lara ingin berontak dan lari dari tempat itu, tapi cekalan tangan Sania di lengannya membuat ia tidak bisa berkutik. 

“Ini pelunasannya. Sembilan puluh juta.” Pak Harjunot menyerahkan koper besar kepada mama tiri Lara. 

“Terima kasih, Pak Harjunot. Kami permisi. Titip anak saya, Pak.” Susan berpura-pura sedih.

Wajahnya sendu. Benar-benar akting yang bagus sampai harus meneteskan air mata seolah menyayangi putri tirinya setulus hati. “Kamu baik-baik sama suami kamu, ya. Mama pulang dulu.” Susan memeluk tubuh Lara. “Awas kalau sampai kamu kabur,” ancamnya di telinga Lara.

Lara ingin berteriak. Hatinya sakit ketika dirinya benar-benar seperti barang yang diperjual belikan seenaknya. ‘Tidak. Aku harus kuat agar bisa membalas dua wanita setan itu,’ bisiknya dalam hati mencoba menguatkan diri. 

Pintu lift tertutup. Ia bersama tiga lelaki asing berada di dalam dan terjebak dalam kebisuan. Lara juga tidak berniat membuka percakapan. Setelah sampai di lantai sepuluh, mereka keluar. Tiga lelaki itu membawanya masuk ke sebuah gedung pertemuan yang dihias sedemiakian rupa seolah memang akan ada pernikahan. 

Dan itu adalah pernikahannya dengan lelaki tua berperut buncit. Lara bergidik membayangkan dirinya bersama laki-laki itu nanti malam. 

“Tuan, Nona Lara sudah datang.” Pak Harjunot menunduk di depan seorang pria muda yang tengah memainkan ponsel. 

Xander mengangkat wajah. Tatapannya bertemu dengan mata bening milik Lara yang berkaca-kaca. 

Senyum tersungging dari bibir tipis lelaki itu. “Benar-benar mata duitan mereka, Dua puluh juta hanya dibelikan gaun seperti ini?” Ia berdiri dan memegang gaun pengantin Lara. “Cari gaun yang lebih mahal di butik Sasa. Ganti gaunnya! Panggil MUA paling bagus di kota ini! Saya mau pengantinku terlihat cantik hari ini.” Xander menatap satu per satu anak buahnya. 

Lalu dalam seperskian detik mereka membubarkan diri untuk melaksanakan perintah Xander. 

Lara yang masih belum mengerti dengan kejadian yang dialaminya hanya bengong ,menatap Xander. Jadi dirinya tidak menikah dengan lelaki tua gendut itu? Tapi dengan lelaki gagah dan tampan di depannya.  

Oh God, mimpi apa ia semalam akan menjadi istri lelaki gagah dan tampan yang ia kagumi. Lara sering membaca berita tentang bisnis seorang Xander Wiryaguna, pengusaha dua puluh delapan tahun yang mempunyai bisnis properti terbesar di Negara ini. 

Ia menyunggingkan senyum lega. Setidaknya dirinya bukan menikah dengan laki-laki tua botak tadi. 

“Kamu mau terus berdiri di sana?” Xander bertanya tanpa menatap ke arah Lara. 

Gadis itu buru-buru melangkahkan kaki ke sofa, karena terlalu gugup, kakinya menginjak ujung gaunnya. Lara jatuh tersungkur di lantai. Hidungnya linu karena terbentur lantai. 

Xander ingin tertawa tapi ia tahan. Apa lagi melihat tubuh Lara yang sempoyongan dan melirik malu-malu ke arahnya. Ia kembali memfokuskan diri dengan gagdet miliknya. Tapi pikiran Xander tidak bisa berpaling dari wajah polos Lara. Wanita yang berhasil menduduki hatinya tujuh tahun terakhir. Hanya Lara dan tetap Lara yang membuat malam-malamnya tidak tenang. 

Meski puluhan wanita yang ditiduri Xander, tetap Lara yang ia bayangkan ketika bersama mereka. 

Srikandi Larasati.

 

**

 

Untuk beriteraksi lebih dekat dengan penulis bisa add akun f* Mish Kha Mishhalu. Terima kasih.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status