Home / Romansa / Bound by Desire / 4. My Cousin

Share

4. My Cousin

last update Last Updated: 2022-11-16 22:52:20

Chapter 4

My Cousin

"Sekarang beri tahu aku," ucap Grace setelah mereka bercinta di dalam mobil.

"Kau yakin ingin mendengarnya?" tanya William dan Grace mengangguk. "Kau akan cemburu jika mendengarnya."

"Kau mau mempermainkan aku lagi?" sungut Grace.

"Cium aku lagi, Sayang." William berbisik tersenyum dengan nakal.

"Tidak!"

"Kalau begitu, aku tidak akan memberikanmu."

"Kau mengatakan akan memberi tahu asal kita bercinta di sini."

Grace menuruti keinginan William untuk meninggalkan kapel tanpa menunggu acara pengambilan sumpah pernikahan Calvin dan Meghan selesai dan ia juga sudah mematuhi seluruh keinginan suaminya itu, tetapi dirinya belum juga mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

William tersenyum dan mengelus sudut bibir Grace dengan lembut. "Beri aku satu ciuman, Sayang."

"Jangan bermain trik." Grace menyipitkan matanya menatap suaminya karena sepertinya mulai menyadari jika William sedang memainkan trik licik.

"Aku tidak suka bermain trik dengan istriku, percayalah." William mengecup pundak Grace dengan lembut. "Aku mencintaimu, Grace."

"Kalau begitu, jangan ada rahasia apa pun di antara kita.

"Tidak ada rahasia, aku akan menjadi suami yang paling jujur di dunia ini, sayangku." William menyusuri kulit leher Grace menggunakan bibirnya dan dengan suara pelan ia berbisik, "berikan seluruh dirimu padaku, cintaku." Lalu William kembali mengecup bibir Grace dengan lembut. "Aku mencintaimu, Grace."

"A-apa cinta pertamamu mematahkan hatimu hingga...." Grace menatap William dengan tatapan mengasihani. Ia mengira jika William pernah mengalami patah hati hingga membuat pria itu sama sekali tidak ingin mengingatnya.

"Jangan menatapku seperti itu," ucap William dengan nada rendah seolah-olah ia membenarkan apa yang sedang Grace pikirkan.

"Oh, Tuhan," desah Grace. "Baiklah, semua orang memiliki masa lalu, aku tidak akan mengungkitnya lagi." Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, tatapannya menunjukkan jika ia merasa bersalah kerena telah mendesak William mengingat masa lalunya.

"Aku mencintaimu, Grace."

William mengucapkan kalimatnya sekali lagi. Itu bukan tipuan maupun trik, ia memang sangat mencintai Grace dengan sepenuh hati. Dengan seluruh jiwanya.

Grace meletakkan kepalanya di dada William. "Aku juga mencintaimu."

William memeluk Grace dengan penuh kasih sayang, bibirnya menyeringai penuh kemenangan. Tetapi, di dalam benaknya, ia merasa tidak habis pikir terhadap wanita yang sedang ia peluk itu. Grace mengenalnya seumur hidup tetapi Grace ternyata sangat mudah diperdaya.

Bagaimana ia menjalani hidup selama berada di luar keluarga Johanson?

Ada rasa marah dan bersalah karena seharusnya ia tidak membiarkan Grace menjalani hidupnya sendiri. Tidak seharusnya di masa lalu ia membiarkan Grace meninggalkan keluarganya.

"Aku tidak akan mengungkitnya lagi," ucap Grace pelan. "Tapi, maukah kau berjanji sesuatu padaku?"

William mengecup puncak kepala Grace. "Aku berjanji."

Grace mendongak menatap William. "Aku belum mengucapkan apa pun."

William tertawa kecil. "Apa pun itu."

"Jika suatu saat ia datang lagi dalam hidupmu, kau tidak boleh berhubungan dengannya."

William ingin tertawa keras-keras. Tetapi, ia hanya mengulum senyumnya. "Aku akan menjaga pernikahan kita, hanya kau, satu dalam hidupku. Selamanya."

"Aku pegang kata-kataku, Tuan Johanson." Grace menjauhkan dirinya dari William lalu melihat dirinya di dalam cermin. "Aku sangat berantakan," ucapnya sambil merapikan rambutnya.

"Kau sangat cantik," ucap William, ia mengecup pundak Grace.

"Apa aku terlihat seperti telah ditiduri?" Grace menilai penampilannya sendiri lalu menatap William.

William yang sedang menatap Grace mengulurkan tangannya untuk mengelus puncak kepala istrinya. "Kau terlihat sangat dicintai."

Beberapa menit kemudian mereka telah berada di pesta pernikahan Calvin dan Meghan, Meghan telah mengganti gaun pengantinnya, kali ini Meghan mengenakan gaun yang lebih sederhana tetapi tidak menghilangkan kesan mewah.

Grace berulang kali mengagumi gaun pengantin yang Meghan kenakan, diam-diam ia juga menginginkan pesta pernikahan yang mewah. Mengenakan gaun pengantin yang indah, dikelilingi keluarga dan sahabat yang silih berganti memberikan doa dan selamat.

William yang berdiri di samping Grace memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celananya, bibirnya mengulas senyum tipis. Ia mencondongkan kepalanya mendekat pada wanita kesayangannya. "Kurasa kita bisa mulai memikirkan konsep pesta pernikahan kita."

Grace tersenyum, ia melirik William sekilas. "Bagaimana jika aku menginginkan pesta yang sangat mewah?"

"Setibu kali lipat dari mewahnya pesta ini, aku tidak keberatan."

Grace tertawa pelan, tawa bahagia yang sama sekali tidak ada beban di dalamnya. "Sepertinya aku memang sangat dicintai."

"Kau harus membiasakan dirimu, aku akan memberikan dunia padamu jika kau menginginkannya."

"Dari mana kau gelar kata-kata manis seperti itu?"

William menjauhkan kepalanya dari Grace. "Kurasa itu bakat terpendam." Matanya mengikuti Calvin dan Meghan yang berjalan ke arahnya. "Pesta yang hebat," ucap William sambil mengeluarkan satu telapak tangannya lalu menyatukan tinjunya bersama Calvin seperti kebiasaan mereka sejak remaja setiap kali mereka bertemu.

"Meghan merancangnya, aku tidak diberi kesempatan untuk andil dalam hal ini," ucap Calvin dengan nada bercanda.

"Wanita dominan," ucap William yang disambut tawa oleh Meghan.

"Aku hanya menginginkan pesta pernikahan sempurna seperti yang kuimpikan." Meghan mengedikkan sebelah bahunya. "Bagaimana denganmu, Grace?"

Grace tersenyum malu-malu, ia melirik William. "Kami sedang memikirkannya."

"Aku tidak sabar untuk menghadiri pesta pernikahan kalian... andai saja kalian menikah dalam waktu dekat ini, alangkah indahnya jika kita bisa pergi berbulan madu bersama."

"Aku tidak ingin berbulan madu bersama kalian," sahut William cepat. "Aku ingin menghabiskan waktuku hanya berdua dengan istriku."

Calvin tertawa pelan. "Bulan madu bukan tugas belajar kelompok yang bisa kita kerjakan bersama-sama," ucapnya kepada Meghan.

William tersenyum, begitu juga Calvin. Meghan adalah orang yang paling bersemangat jika menyangkut persahabatan mereka, wanita yang baru saja dinikahi oleh Calvin itu, selalu mengatakan jika persahabatan mereka harus terjalin hingga maut memisahkan.

"Sangat menyenangkan sejak sekolah menengah atas aku memiliki dua pria yang selalu bersamaku, satu sahabat, satu kekasih. Oh, aku merasa saat itu aku seperti tuan putri yang memiliki dua prajurit." Meghan terkekeh, matanya tertuju ke arah seorang pria yang mengenakan pakaian dengan gaya yang sangat rapi berjalan ke arahnya.

"Sepupuku....." Meghan melompat ke dalam pelukan pria tampan yang merancang gaun pengantinnya. Sean Miller.

Bersambung....

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bound by Desire   Epilogue

    EpilogueTidak ada pernikahan yang terburu-buru, Grace yang rencananya ingin membatalkan kontrak dengan brand yang mengontraknya akhirnya menemukan jalan lain yang dirasa lebih baik dan William juga menyetujui dengan syarat semua kegiatan Grace berada di bawah kendalinya. Dimiliki pria yang posesif ternyata tidak buruk. Apa lagi William tahu betul cara memanjakan Grace hingga Grace merasakan jika dirinya merupakan wanita paling beruntung di muka bumi ini. Mereka menyiapkan pernikahan mewah di London tahun ini dan persiapan itu memakan waktu cukup lama hingga kontrak kerja Grace berakhir. William berulang kali menatap wajah cantik Grace di tengah pesta pernikahan mereka. Seluruh anggota keluarga Johanson berkumpul, juga keluarga besar ayah kandung Grace. Nathalia dan Theresia juga ada di sana. Tidak ketinggalan teman-teman Grace & William, mereka semua berkumpul dalam suasana hangat untuk memberikan selamat dan bersuka cita. Semua larut dalam kebahagiaan, Ford datang bersama kekasi

  • Bound by Desire   30. End

    30. EndMeghan tersenyum penuh kemenangan. "Dia menunggumu." "Menunggu?" Sean masih tidak mengerti dengan maksud Meghan."Grace menunggumu di mobil, sopirku tahu ke mana dia harus mengantarkan kalian." Mengumpat, Sean meninggalkan Meghan. Setengah berlari ia menuju mobil yang dimaksud Meghan. Ia membuka pintu belakang dan mendapati Grace meringkuk di sana sambil memeluk lututnya seraya mengerang memanggil William. Ia menutup pintu mobil dengan perasaan frustrasi lalu membuka pintu bagian depan. Kali ini lebih mengejutkan lagi adalah mendapati orang yang duduk di belakang kemudi."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean gusar."Aku melakukan tugasku." Sean menutup pintu mobil. "Kau asistennya!" Halifa tertawa pelan. "Bayaran yang Meghan tawarkan seratus kali lipat dari gajiku bekerja menjadi asistennya." "Brengsek!" Sean mengumpat. "Jalankan mobilnya." Sean mendengar dari Meghan jika sepupunya itu akan membantunya untuk mendapatkan Grace. Tetapi, ia belum menyetujui gagasan Meg

  • Bound by Desire   29. Cheating

    Chapter 29CheatingGrace membuka matanya, yang terakhir ia ingat adalah ia meminta bantuan Meghan untuk menemukan William. Kejadian beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali terulang di mana ia berakhir di atas ranjang William. Tetapi, kali ini ceritanya berbeda. Entah berada di hotel mana. Tanpa mengenakan apa pun selain selimut yang masih menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan jika seluruh tubuhnya terasa sakit dan bagian pribadinya terasa tidak nyaman. Terasa perih. Sebuah konspirasi pasti telah terjadi dan ia tidak tahu siapa dalang dibalik konspirasi itu, ia hanya mampu menduga jika Meghan adalah otak dibalik semuanya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki bukti jika menuduh Meghan dan sekarang siapa yang akan percaya padanya jika mengatakan telah dijebak?Ia dilemparkan ke atas ranjang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Grace sangat yakin jika orang itu mengingatkan kehancurannya. Kehancuran hidup dan kariernya. Sangat tragis, semua yang ia bangun benar-benar hancur.Dulu ia be

  • Bound by Desire   28. Your Brother

    Chapter 28Your BrotherCalvin duduk di ruang keluarga. Matanya mengamati keliling ruangan dengan perasaan masam. Rumah itu ia beli dua bulan sebelum pernikahannya dan Meghan berlangsung. Ah, ia memang hanya pria biasa, manusia biasa yang lemah. Semua orang bisa merencanakan dengan siapa akan menikah, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa merencanakan kepada siapa akan jatuh cinta. Dulu, ia mengejar Megan seperti hanya ada Meghan seakan hanya ada Meghan gadis di dunia ini. Ia menjadikan Meghan nomor satu, di atas segalanya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan juga hal-hal yang dilewati, hati dan perasaan ternyata bisa berubah. Calvin berlama-lama menatap lukisan dirinya dan Meghan yang terpajang di dinding. Mata Meghan menatapnya, penuh cinta. Ia tahu jelas perasaan istrinya. Dirinyalah yang merusak rumah tangga. Benar kata Meghan, ia menyimpan wanita lain dalam rumah tangga mereka. Calvin sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia bertemu Aida, awalnya hanya k

  • Bound by Desire   27. Real Boobs

    Chapter 27The Real BoobsUntuk ke sekian kalinya William menoleh ke arah Grace yang kembali mengecek jam di ponselnya. Ia memutuskan meninggalkan kursi kerjanya dan menghampiri Grace yang merebahkan tubuhnya di sofa. "Operasi transplantasi ginjal memerlukan waktu setidaknya tiga sampai empat jam, kau tidak perlu terus mengecek jam," ucap William dengan nada sabar. Ia duduk di pinggir sofa tempat Grace merebahkan tubuhnya. "Aku tidak sabar menunggu hasilnya," gumam Grace, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung rambut di belakang kepala William. "Nathalia akan memberikan kabar padaku secepatnya." William mengusap-usap pundak Grace.Grace menatap William dengan sorot mata iri. "Kalian terlihat akrab." Ya, ia iri karena Theresia juga terlihat sangat akrab dengan William, ditambah Nathalia yang juga ramah setiap kali berbicara dengan William."Bagaimana jika Kau istirahat di dalam kamar?" William mengusulkan agar Grace mengistirahatkan tubuhnya di ruang khusus yang ada di balik

  • Bound by Desire   26. My Daughter

    Chapter 26My DaughterMeghan berjalan mondar-mandir karena keresahan melingkupi seluruh raganya. Sudah beberapa hari jasad Calvin belum juga ditemukan, dari informasi yang ia dapatkan hanya bangkai mobil yang ditemukan dan anehnya pintu mobilnya masih tertutup. Ketika ponselnya berdering, ia mendengus dengan kasar lalu menjawab, "Kau memang tidak becus!" ucapnya ketus. "Aku melakukan semua yang kau perintahkan," sahut Wilona. Meghan mengumpat. "Kalau kau becus, seharusnya dia telah menjadi bangkai!" Wilona tertawa. "Tugasku adalah mengondisikan semua di lapangan. Dan lagi pula, ini bukan kesepakatan awal kita." Wilona dikeluarkan untuk mempermalukan Grace, untuk menghancurkan Grace dengan menjual cerita anak haram yang diadopsi kemudian merayu kakak angkatnya. Jika Grace hancur, otomatis William akan goyah, Meghan akan memanfaatkan Calvin untuk memasuki celah bisnis keluarga Johanson. Namun, semua berubah haluan dengan cepat saat ia mengetahui Calvin jatuh hati pada Aida, sahaba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status