Beranda / Romansa / Bound by Desire / 3. Who is She?

Share

3. Who is She?

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-16 22:50:48

Chapter 3

Who is She?

"Willy," sapa Meghan yang hari ini akan menjadi pengantin.

Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan, bagian bawah gaun yang ia kenakan terbuat dari kain sepanjang delapan meter hingga membuatnya mekar dengan sempurna. Gaun pengantin yang sempurna itu dipadukan dengan veil dan crown, membuat penampilan Meghan tampak sempurna seperti seorang ratu.

"Selamat, akhirnya kau menikahi Calvin." William menempelkan pipinya ke pipi sahabatnya, bergantian kanan dan kiri.

Meghan menyeringai lebar. "Aku sangat bahagia, ya Tuhan."

"Aku turut bahagia," ujar William.

Meghan mengerutkan hidungnya, ia memiringkan kepalanya, matanya melirik ke arah Grace yang berdiri di samping William. "Grace? Lama tidak berjumpa."

Grace tersenyum ramah. "Selamat atas pernikahanmu.

"Terima kasih." Meghan menatap Grace dan William bergantian. "Kalian pasangan serasi," bisiknya pelan.

William merengkuh pundak Grace. "Dia pernah cemburu padamu."

Grace membeliak ke arah William. "Aku tidak...."

Meghan dan William tertawa bersamaan membuat Grace mengerucutkan bibirnya karena jengkel. William benar-benar mempermalukannya hingga pipinya terasa memanas.

Meghan menatap Grace. "Percayalah, Willy bahkan belum pernah jatuh cinta seumur hidupnya, kecuali pada...." Ia mengecilkan suaranya, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Grace.

"Meggy!" William melotot ke arah Meghan, tidak terima karena sahabatnya nyaris membongkar aibnya.

"Aku benci panggilan itu," ucap Meghan dengan nada kesal. Ia menatap William dengan tatapan penuh peringatan.

Ia sangat membenci panggilan itu, ketika pertama kali mengenal Calvin di bangku sekolah menengah atas, Calvin mengejeknya dengan memanggilnya Meggy.

William tertawa kecil. "Kau sangat mengenaskan saat menangis di pojok lapangan basket karena ulah Calvin."

Meghan memutar bola matanya. "Lalu dua tahun kemudian Calvin yang kubuat menangis karena aku menolak cintanya berulang-ulang." Ia tertawa penuh kemenangan sambil matanya melirik ke arah Calvin yang memasuki ruangan dan berjalan ke arahnya.

"Hei, di sini kalian rupanya?" tanya Calvin, pria itu langsung meraih telapak tangan Meghan dan menghadiahkan kecupan mesra di sana. "Acara akan segera dimulai."

Meghan mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ya Tuhan, bagaimana jika aku melupakan sumpah pernikahan di depan Pastor?" Ia meletakkan satu telapak tangannya di dada.

William menggeleng kepalanya. "Kurasa otakmu memang sangat kecil, itu hanya beberapa kalimat."

Calvin terkekeh. "Gunakan teks, jangan khawatir."

"Itu mengurangi keromantisan," ucap Meghan yang tidak ingin menerima usulan dari calon suaminya.

"Aku tidak mengerti, kenapa para wanita senang sekali mempersulit keadaan?" Calvin menggaruk lagian belakang tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Aku sangat sibuk dengan gaun ini hingga tidak memiliki waktu menghafal sumpah pernikahan," sahut Meghan sambil memamerkan gaun pengantinnya yang di beberapa bagian, ia ikut andil menyulamnya.

"Gaun yang indah," ucap Grace.

Ia mengatakan yang sebenarnya, gaun pengantin yang dikenakan oleh Meghan memang sangat indah. Gaun pengantin dengan model seperti itu mungkin impian kebanyakan gadis untuk hari pernikahan meraka.

"Yeah, aku menyulam sendiri di bagian ini," ucap Meghan sambil matanya menunjuk ke arah ujung-ujung kerudung pengantinnya. "Saudaraku mendesainnya."

"Oh, ya?" Grace membelalakkan kedua matanya karena takjub.

"Dia akan hadir di pesta, aku akan mengenalkan padamu, Grace. Kau juga bisa mengenakan gaun pengantin rancangannya nanti saat...." Meghan kembali memelankan suaranya, matanya melirik ke beberapa orang yang berada di ruangan itu. "Kalian menikah nanti."

Pipi Grace kembali merona, tetapi bukan karena malu. Rongga dadanya dipenuhi kebahagiaan mengingat ia telah menikahi William. Hanya tinggal mengumumkannya dan menggelar pesta. "Terima kasih," ucapnya seraya tersenyum malu-malu.

"Aku akan menunggumu di altar," ucap Calvin yang diangguki oleh Meghan, ia mengecup kening Meghan lalu mengecup kembali telapak tangan pujaannya.

"Sampai jumpa di pesta," ucap William yang juga diangguki oleh Meghan.

Ketiga orang itu melangkahkan kaki mereka keluar dari ruangan yang digunakan oleh calon mempelai pengantin wanita.

Pernikahan Meghan dan Calvin diadakan di sebuah gedung yayasan milik keluarganya mereka. Gedung itu terletak di sebuah tanah yang sangat luas, di sana terdapat beberapa buah bangunan yang terpisah. Terdiri dari bangunan panti sosial, gedung serba guna, juga terdapat sebuah kapel.

Meghan dan Calvin akan mengucapkan sumpah pernikahan mereka di kapel kemudian pesta pernikahan akan dirayakan di gedung serba guna yang berada tidak jauh dari bangunan kapel.

William dan Grace duduk di bangku paling belakang di dalam kapel, tangan William dan Grace saling menggenggam, jemari mereka saling bertaut. Sesekali William mengecup telapak tangan Grace setelah memastikan tidak seorang pun menatap ke arah mereka.

Benar yang Grace ucapkan, menyembunyikan pernikahan ternyata tidak sepenuhnya buruk. Mencuri-curi kesempatan untuk mencium istrinya, rasanya sangat menyenangkan. Jantung William bahkan berdetak lima kali lebih kencang setiap kali ia mencuri ciuman di kulit Grace di tengah keramaian dan itu membawa sebuah sensasi tersendiri yang terasa sangat dahsyat.

"Lihat betapa tegangnya Calvin menunggu pengantinnya," ucap William mengomentari sahabatnya.

Grace terkikik. "Kau pasti tidak merasa saat pengambilan sumpah kita, wajahmu juga sangat tegang."

"Aku bisa menghafal apa pun dengan sekali membaca," ucapnya dengan nada tidak terima.

"Kau menghafal dengan baik, aku hanya mengatakan kau sangat tegang saat itu, lihat saja video yang Alexa rekam," ujar Grace dengan diiring tawa kecil.

William mengusap kulit punggung tangan Grace yang berada di dalam genggamannya menggunakan tangannya yang lain. "Aku ingin mengulang momen itu lagi," gumamnya pelan.

Ia menatap jemari tangan Grace yang masih kosong karena pernikahan yang mereka yang mendadak membuatnya belum sempat memilih cincin untuk wanita pujaannya ditambah lagi mereka juga harus menyembunyikan pernikahan membuat Grace tidak bisa menggunakan cincin di jarinya.

"Aku ingin mengenakan gaun pengantin yang indah nanti," ucap Grace, ia menatap William yang sedang memandangi jari-jari tangannya.

William menoleh membuat tatapan keduanya bersobok, ia mengangguk. Mereka kemudian sama-sama terdiam dan menatap ke arah Calvin untuk waktu beberapa detik hingga William mendekatkan bibirnya ke telinga Grace, meniupnya dengan cara yang menggoda membuat Grace membeliak tanpa menoleh ke arah William. Sapuan napas hangat William membelai kulitnya membuat bulu kuduknya meremang.

Ia mencubit paha suaminya. "Jangan berulah."

William menyeringai jail, ia kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Grace lalu berbisik, "Setelah kontrak terkutukmu selesai, aku tidak akan memberimu waktu untuk menunda pernikahan kita lagi."

"Itu tidak akan," ucap Grace sambil tersenyum tanpa menoleh ke arah William.

William mendekatkan bibirnya telinga istrinya. "Bagaimana jika kita mencobanya?"

Grace menjauhkan kepalanya dari William, ia melotot galak ke arah suaminya karena tahu apa yang ada di pikiran suaminya. "Kita di dalam kapel!"

William tertawa tertahan sambil mengalihkan tatapannya ke arah pintu kapel yang berada tepat di belakangnya dan menampakkan sosok Meghan yang berjalan didampingi oleh ayahnya menuju altar di mana Calvin menunggu pengantin wanitanya dengan wajah yang tegang tetapi berseri-seri dipenuhi kebahagiaan.

Ketika semua mata telah tertuju ke arah Meghan dan Calvin yang telah berdiri di atas altar, William mengecup pipi Grace. Sementara satu tangannya menyusup ke dalam rok istrinya, tangannya membelai kulit lembut paha Grace.

"Tidak di sini, Willy." Grace menahan tangan William agar suaminya menghentikan perbuatannya.

Ia tahu batas dirinya, jika William menyentuhnya, ia tidak akan mampu menolak karena sentuhan William baginya merupakan candu baginya.

"Jadilah gadis yang patuh, Sayang." William berbisik di telinga Grace. "Buka pahamu."

"Tidak," ucap Grace pelan seraya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

Grace menelan ludah. Ia memiliki pertanyaan yang sangat mengganggu di otaknya sejak tadi. Ia menyipitkan sebelah matanya menatap William. "Beritahu aku jumlah gadis yang pernah kau tiduri dan siapa gadis yang pertama kali membuatmu jatuh cinta."

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ike Rahma
banyan tokohnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bound by Desire   Epilogue

    EpilogueTidak ada pernikahan yang terburu-buru, Grace yang rencananya ingin membatalkan kontrak dengan brand yang mengontraknya akhirnya menemukan jalan lain yang dirasa lebih baik dan William juga menyetujui dengan syarat semua kegiatan Grace berada di bawah kendalinya. Dimiliki pria yang posesif ternyata tidak buruk. Apa lagi William tahu betul cara memanjakan Grace hingga Grace merasakan jika dirinya merupakan wanita paling beruntung di muka bumi ini. Mereka menyiapkan pernikahan mewah di London tahun ini dan persiapan itu memakan waktu cukup lama hingga kontrak kerja Grace berakhir. William berulang kali menatap wajah cantik Grace di tengah pesta pernikahan mereka. Seluruh anggota keluarga Johanson berkumpul, juga keluarga besar ayah kandung Grace. Nathalia dan Theresia juga ada di sana. Tidak ketinggalan teman-teman Grace & William, mereka semua berkumpul dalam suasana hangat untuk memberikan selamat dan bersuka cita. Semua larut dalam kebahagiaan, Ford datang bersama kekasi

  • Bound by Desire   30. End

    30. EndMeghan tersenyum penuh kemenangan. "Dia menunggumu." "Menunggu?" Sean masih tidak mengerti dengan maksud Meghan."Grace menunggumu di mobil, sopirku tahu ke mana dia harus mengantarkan kalian." Mengumpat, Sean meninggalkan Meghan. Setengah berlari ia menuju mobil yang dimaksud Meghan. Ia membuka pintu belakang dan mendapati Grace meringkuk di sana sambil memeluk lututnya seraya mengerang memanggil William. Ia menutup pintu mobil dengan perasaan frustrasi lalu membuka pintu bagian depan. Kali ini lebih mengejutkan lagi adalah mendapati orang yang duduk di belakang kemudi."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean gusar."Aku melakukan tugasku." Sean menutup pintu mobil. "Kau asistennya!" Halifa tertawa pelan. "Bayaran yang Meghan tawarkan seratus kali lipat dari gajiku bekerja menjadi asistennya." "Brengsek!" Sean mengumpat. "Jalankan mobilnya." Sean mendengar dari Meghan jika sepupunya itu akan membantunya untuk mendapatkan Grace. Tetapi, ia belum menyetujui gagasan Meg

  • Bound by Desire   29. Cheating

    Chapter 29CheatingGrace membuka matanya, yang terakhir ia ingat adalah ia meminta bantuan Meghan untuk menemukan William. Kejadian beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali terulang di mana ia berakhir di atas ranjang William. Tetapi, kali ini ceritanya berbeda. Entah berada di hotel mana. Tanpa mengenakan apa pun selain selimut yang masih menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan jika seluruh tubuhnya terasa sakit dan bagian pribadinya terasa tidak nyaman. Terasa perih. Sebuah konspirasi pasti telah terjadi dan ia tidak tahu siapa dalang dibalik konspirasi itu, ia hanya mampu menduga jika Meghan adalah otak dibalik semuanya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki bukti jika menuduh Meghan dan sekarang siapa yang akan percaya padanya jika mengatakan telah dijebak?Ia dilemparkan ke atas ranjang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Grace sangat yakin jika orang itu mengingatkan kehancurannya. Kehancuran hidup dan kariernya. Sangat tragis, semua yang ia bangun benar-benar hancur.Dulu ia be

  • Bound by Desire   28. Your Brother

    Chapter 28Your BrotherCalvin duduk di ruang keluarga. Matanya mengamati keliling ruangan dengan perasaan masam. Rumah itu ia beli dua bulan sebelum pernikahannya dan Meghan berlangsung. Ah, ia memang hanya pria biasa, manusia biasa yang lemah. Semua orang bisa merencanakan dengan siapa akan menikah, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa merencanakan kepada siapa akan jatuh cinta. Dulu, ia mengejar Megan seperti hanya ada Meghan seakan hanya ada Meghan gadis di dunia ini. Ia menjadikan Meghan nomor satu, di atas segalanya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan juga hal-hal yang dilewati, hati dan perasaan ternyata bisa berubah. Calvin berlama-lama menatap lukisan dirinya dan Meghan yang terpajang di dinding. Mata Meghan menatapnya, penuh cinta. Ia tahu jelas perasaan istrinya. Dirinyalah yang merusak rumah tangga. Benar kata Meghan, ia menyimpan wanita lain dalam rumah tangga mereka. Calvin sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia bertemu Aida, awalnya hanya k

  • Bound by Desire   27. Real Boobs

    Chapter 27The Real BoobsUntuk ke sekian kalinya William menoleh ke arah Grace yang kembali mengecek jam di ponselnya. Ia memutuskan meninggalkan kursi kerjanya dan menghampiri Grace yang merebahkan tubuhnya di sofa. "Operasi transplantasi ginjal memerlukan waktu setidaknya tiga sampai empat jam, kau tidak perlu terus mengecek jam," ucap William dengan nada sabar. Ia duduk di pinggir sofa tempat Grace merebahkan tubuhnya. "Aku tidak sabar menunggu hasilnya," gumam Grace, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung rambut di belakang kepala William. "Nathalia akan memberikan kabar padaku secepatnya." William mengusap-usap pundak Grace.Grace menatap William dengan sorot mata iri. "Kalian terlihat akrab." Ya, ia iri karena Theresia juga terlihat sangat akrab dengan William, ditambah Nathalia yang juga ramah setiap kali berbicara dengan William."Bagaimana jika Kau istirahat di dalam kamar?" William mengusulkan agar Grace mengistirahatkan tubuhnya di ruang khusus yang ada di balik

  • Bound by Desire   26. My Daughter

    Chapter 26My DaughterMeghan berjalan mondar-mandir karena keresahan melingkupi seluruh raganya. Sudah beberapa hari jasad Calvin belum juga ditemukan, dari informasi yang ia dapatkan hanya bangkai mobil yang ditemukan dan anehnya pintu mobilnya masih tertutup. Ketika ponselnya berdering, ia mendengus dengan kasar lalu menjawab, "Kau memang tidak becus!" ucapnya ketus. "Aku melakukan semua yang kau perintahkan," sahut Wilona. Meghan mengumpat. "Kalau kau becus, seharusnya dia telah menjadi bangkai!" Wilona tertawa. "Tugasku adalah mengondisikan semua di lapangan. Dan lagi pula, ini bukan kesepakatan awal kita." Wilona dikeluarkan untuk mempermalukan Grace, untuk menghancurkan Grace dengan menjual cerita anak haram yang diadopsi kemudian merayu kakak angkatnya. Jika Grace hancur, otomatis William akan goyah, Meghan akan memanfaatkan Calvin untuk memasuki celah bisnis keluarga Johanson. Namun, semua berubah haluan dengan cepat saat ia mengetahui Calvin jatuh hati pada Aida, sahaba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status