Home / Romansa / Bride (Indonesia) / 3. Seorang Anak

Share

3. Seorang Anak

Author: Writer in box
last update Last Updated: 2020-12-23 14:08:28

Arlan menemukan rumah Radit yang berada di tengah desa, iya langsung mengetuk pintu.

Tok

Tok

Tok

"Assalammualaikum!" Arlan dengan tangan terus mengetuk pintu.

"Walaikumsalam!" Tante Sofia bergegas memubuka pintu.

Sofia, wanita separuh baya itu, merupakan istri Radit Paman Zara. Ia langsung keluar mendengar ucapan salam Arlan dengan tangan dipenuhi busa Sabun, terlihat seperti selesai mencuci piring atau baju.

"Siapa, ya?" Tante Sofia asing dengan wajah Arlan.

"Saya Arlan, temannya Zara. Saya ingin bertemu dengan Paman Radit," jawab Arlan.

"Radit sedang keluar, tetapi sebentar lagi dia pulang untuk makan siang bersama Anaknya." Tante Sofia mengibaskan rambut yang menutup matanya dengan punggung tangan.

"Anak yang dimaksud! Pasti Anaknya Zara," pikir Arlan.

"Silahkan masuk!"

"Tunggu di dalam saja." Tante Sofia membuka lebar pintu yang tadi seukuran tubuhnya.

"Kalau aku masuk, apakah aku siap bertemu dengan Anak Zara?" tanya Arlan pada dirinya sendiri.

"Aku akan terluka lagi," Pikir Arlan.

"Ahhhh, sudahlah!"

Arlan mengikuti Sofia masuk ke dalam rumah. Sofia mempersilahkan Arlan duduk di Sofa berwarna merah hati yang berada di ruang tamu.

"Silahkan duduk, Arlan!"

"Terimakasih, Tante!" Arlan menggeser bantal yang ada di sofa ke arah sebelah kanan.

"Saya permisi kebelakang sebentar." Tante Sofia yang sudah tidak nyaman dengan busa-busa di tanganya, berjalan kearah belakang untuk membersihkan tangan.

"Maaf ruang tamunya berantakan!" Tante Sofia Kembali dari belakang dengan tangan bersih dan segera merapikan buku-buku, dan crayon yang berserakan di lantai dan meja ruang tamu.

"Tidak apa-apa Tante!" Arlan mengusap keringat yang masih menetes setelah ia berkeliling tadi mencari rumah Paman Radit.

"Semua ini ulah Zayn dia suka sekali dengan buku, dan menggambar." Tante Sofia, sembari memunguti buku dan crayon di lantai dan meja yang berserakan.

"Jadi mereka memberi nama Zayn pada Anak Zara, sama-sama dengan awalan huruf Z," pikir Arlan, ada rasa perih di relung hatinya.

"Saking hobinya Zayn corat - coret, dinding rumah pun tidak lepas dari sasarannya." Tante Sofia menunjuk ke arah dinding yang penuh dengan Coretan Zayn.

"Zara pun juga begitu!" pikir Arlan, menghela napas mengingat masa kecilnya, dan Zara. Di mana dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar, Zara gadis kecil yang sangat ceria selalu berulah di dalam kelas, mencoret meja, kursi, dinding, dan buku - buku teman sekelas dengan gambar dan tulisan kata-kata bijak yang entah dari mana ia dapatkan.

"Berapa umur Zayn, Tante?"

"Enam setengah tahun." Tante Sofia memasukan buku dan crayon ke lemari kecil di sudut ruang tamu.

"Selama itu juga penderitaan yang dialami, Zara!"  gumam Arlan di dalam hati.

Sofia sangat menyayangi Zayn layak Anak kandungnya sendiri. Zayn adalah anugrah terindah untuknya, karena dokter menyatakan ia tidak bisa punya Anak, Meskipun begitu Radit tidak meninggalkanya dan tetap setia. Setelah Zayn masuk ke keluarga kecil itu, ia melengkapi dan menambah kebahagian Radit dan Sofia. Sebaliknya, bagi Zara kedatangan Zayn adalah Lanjutan dari penderitaan hidupnya.

"Kamu mau minum apa, teh atau kopi," tawar Tante Sofia.

"Tidak usah repot-repot, Tante!"

"Tidak repot, kok!"

"Kalau begitu kopi saja, ya!" tawar Tante Sofia lagi.

"Maaf! Saya tidak minum kopi," tolak Arlan, ia memiliki gangguan asam lambung.

"Baik, kalau begitu teh saja," Tante Sofia berjalan ke arah dapur.

Arlan beranjak dari sofa ia berjalan mendekati sebuah pigura berukuran cukup besar berisi foto keluarga Radit, tetapi di photo itu, tidak ada Zara. Kedua bola matanya tertarik pada Anak kecil yang berdiri diantara Radit dan Sofia. Ia adalah Zayn Anaknya Zara, wajahnya sama sekali tidak mirip dengan Zara, malahan ia terlihat seperti Anak kandung Radit dan Sofia. Hanya bola mata kecil coklat Zayn yang membuat Arlan melihat Zara hidup di dalam dirinya.

"Kenapa begitu sakit di sini," Arlan yang tadi memegangi Pigura kini tangannya pindah ke dadanya.

Tiba-tiba dari belakang Sofia datang mengejutkan Arlan. Ia membawa napan yang berisi teh hangat dan kue kering di piring.

"Itu adalah Zayn, Anak kami satu-satunya. Sangat tampan bukan!" Tante Sofia menata kue kering dan teh di meja.

Orang yang tidak tau pasti percaya Zayn adalah Anak kandung Tante Sofia, selain ia mengakui Zayn sebagai Anak kandungnya  kepada orang-orang. Radit memiliki sedikit kemiripan dengan Zayn, mungkin karena Radit masih salah satu anggota keluarga Zara.

"Zaynnya kemana Tante. Kenapa dari tadi saya tidak melihatnya?."

"Ada di kamar lagi tidur siang. Dia kecapekan, baru pulang sekolah sudah corat-coret buku."

Arlan mengambil teh yang disugukan Tante Sofia, meskipun masih sedikit panas ia menyedu perlahan dengan sesekali meniupnya.

"Ngomong-ngomong, Arlan ada keprluan apa dengan Pamannya Zara?"

" Saya mau meminta izin kepada paman Radit untuk menikahi, Zara!" tutur Arlan tutup poin, tujuanya menemui paman Radit.

"Apa ...!" Tante Sofia terkejut, kedua tanganya menutupi mulut.

"Apa kamu tidak tau kondisi, Za-," ucap Tante Sofia terputus mendengar Zayn menangis di kamar.

"hiks hiks hiks, Mama!"

Mendengar tangisan Zayn Sofia langsung berlari ke arah kamar Zayn.

"Kenapa Sayang?"

"Hiks hiks hiks, aku mimpi buruk, Ma!" Zayn masih menangis terisak - isak.

"Aku sendirian di tempat sangat gelap, aku mencari Mama, tetapi aku tidak menemukanya. Aku takut, Ma!" cerita Zayn tentang mimpi buruknya.

"Itu hanya mimpi buruk!" Tante Sofia memeluk Zayn yang sedang terisak - isak.

"Aku sangat takut, Ma ...!"

"Gatot kacanya Mama, kenapa cengeng gini hanya karena takut mimpi buruk, banjir air mata." Tante Sofia mengusap air mata Zayn.

"Iya gatot kacanya Mama tidak nangis lagi. Aku 'kan  pemberani!" Zayn melonggarkan Pelukan Tante Sofia, Ibu asuhnya.

"Pintar Si tampannya, Mama!" Tante Sofia mengecup kening Zayn.

"Papa udah balik dari pabrik, Ma?" Zayn  mengakat wajahnya yang ada di pelukan Tante Sofia.

"Belum!"

"Lalu siapa di luar? Temanya Papa, ya?" Zayn yang sempat mendengar suara Arlan di ruang tengah.

" Bukan juga." Tante Sofia mengecup lagi kening Zayn.

"Lalu siapa?"

"Temanya Kak Zara," jawab Tante Sofia membuat Zayn terkejut mendengar nama Zara.

Zayn sangat takut mendengar nama ibu kandunganya. Radit pernah mengajak Zayn memberi makan Zara. Ia melihat Kondisi Zara yang dipasungan membuatnya sangat sedih. Tetapi ketika Zayn yang digendong Radit, dan dipinta melempar makana melalui pintu kecil gubuk tua, Zara menatap Zayn sangat penuh kebencian. Saat lemparan makanan itu jatuh tepat dipangkuanya. Seketika Zara mengamuk, dan berteriak - teriak ke arah Zayn yang membuatnya trauma.

"Kak Zara udah sembuh, Ma?" tanya Zayn memanggil ibu kandungnya dengan sebutan Kak.

Sejak Zayn lahir sampai ia berumur enam setengah tahun hanya beberapa orang mengetahui bahwa Zayn adalah anak Zara. Salah satu dari beberapa orang itu adalah Pak Sholeh. Radit menutup mulut orang -orang itu, dengan uang, dan ancaman. Jadi selama ini Zayn dan masyarakat desa tahunya Zayn adalah Anak Sofia dan Radit. selain itu, Radit memperkenalkan Zara sebagai Kakak sepupu kepada Zayn.

"Belum, sayang!"

"Lalu kenapa temanya ke sini, Ma?"

"Ingin menemui Papamu sayang."

"Oh, Begitu!" Zayn melirik ke arah Ibu asuhnya yang sibuk merapikan tempat tidurnya.

****

Terima kasih telah mampir dan ngikutin cerita Arlan dan Zara

jangan lupa vote, like, love comment. mari saling mendukung sesama penulis dan reader.🥰🥰💪🥰

Apabila di dalam tulisan ada yang kurang berkenan mohon dimaafkaan.

Gabung ke group chat Wib biar tahu waktu up and karya baru wib.

have nice Reading and love you see ya..

Ig @writer_in_Box

@Gadis pecinta mendung

youtube writer in box

Ganbate hingga ending!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bride (Indonesia)   Bab 23 calon Ibu

    Bab 23 calon Ibu❤Pengharapan cinta ini terlalu besar dan tanpa kusadari aku telah menyakitimu❤Arlan termenung di meja kerjanya, karena sedari pagi telinganya telah panas oleh sebuah gosip yang membakar telinganya. Setiap mata mulai memandang dan berbisik, ia hanya bisa diam tanpa pejelasan. Meskipun dijelaskan pun tidak akan ada gunanya. Hanya akan membuang tenaga dan menguras hati, karena seringkali yang didengar seolah-olah adalah kebenaran adanya. Kini Arlan menatap kosong pada pena yang digenggamnya, sembari tangan kanan memegangi pelipisnya, menggambarkan air muka sedikit frustasi."Are you ok, Arlan?" tanya Leo yang merupakan rekan kerja Arlan. Ia merupakan dosen Teknik pertambangan juga, dan meja kerjanya bersebelahan dengan Arlan di ruang dosen."Tidak terlalu baik!" jawab Arlan lesu. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang begitu gelisah."Apa kabar angin itu benar?" selidik Leo.Mendorong

  • Bride (Indonesia)   Bab 22

    Sepiring nasi dengan lauk ikan gurame goreng telah, Arlan hidang untuk Zara di meja makan. Nanar mata Zara menatap jijik melihat ikan goreng gurame yang ada di atas piringnya. Ia mengakat Ikan gurame itu dengan dua jemarinya dan mulutnya sedikit miring. Arlan yang sadar dengan raut wajah istrinya pun bertanya, "Kenapa? Ikannya tidak enak?""Enak!" Zara tersenyum dengan kening berkerut."Kalau enak kenapa tidak dimakan tanya Arlan?" mengambil sendok di tangan Zara dan menyuapinya."Buka mulut!" perintah Arlan yang dipatuhi Zara.Zara mulai mengunyah makanan yang baru saja disuapi Arlan, ia menelan makanan itu dengan setengah hati, karena bau ikan memasuki seluruh rongga hidungnya. Zara pun langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan semua bau busuk itu dari lambungnya."Apa kamu baik-baik saja sayang! Bagaiman kalau kita ke rumah sakit aja!" saran Arlan menepuk-nepuk punggung istrinya yang terus muntah di closet.

  • Bride (Indonesia)   Bab 21 Apakah Zara hamil?

    Terdengar kericuhan di lapangan yang berada di depan kampus. Terlihat gerombolan mahasiswa membawa spanduk, dan beberapa diantaranya mengunakan pengikat kepala bertulisan 'Kami Butuh Keadilan'. Arlan yang barus saja membuka pintu mobilnya, bingung sejenak. Melihat begitu banyak Mahasiswa berlarian di depannya."Ada apa?" tanya Arlan menghentikan seorang pemuda berbaju biru yang berlarian kecil di depannya."Kami lagi demo, Pak!" jawab pemuda itu singkat, berlalu pergi."Demo!" pikir Arlan sejenak, memegang dagunya."Tumben!"Sudah lama tidak terdengar, para mahasiswa mengeluarkan taringnya. Sekarang tidak ada hujan, tiba-tiba demo. Bukan hal yang ganjil, mahasiswa melakukan demo atas sebuah kebijakan, tetapi semua terasa aneh. Ketika di zaman yang mulai individualisme, dan apatis ini. Ada beberapa yang berani meneriakan suara. Bukankah itu luar biasa, disaat mahasiswa lainya fokus dengan nilai, dan mengejar toga.

  • Bride (Indonesia)   Bab 20

    Arlan telah mengajak Zara berputar-putar mencari Gudeg Mbah Lindu. Sebuah gudeg buatan seorang wanita yang telah sepuh dimana ia telah berusia hampir satu abad. Kelezatan Gudegnya tiada tara, meskipun cuma jajanan sederhana, tetapi memiliki rasa istimewa. Arlan ingin Zara mencobanya juga."Biasanya Mbah Lindu jualan di sini, Zara!" tunjuk Arlan pada sebuah tempat lesehan, biasanya Mbah Lindu berjualan."Zara capek, Arlan!" keluh Zara."Apa Mbahnya tidak jualan lagi atau Dia cuma jualan di siang hari, ya?" pikir Arlan."Suami!" panggil Zara."Apa sayang?"Zara memegang perutnya, menunjukan gerak-gerik kelaparan."Lapar, ya?" tanya Arlan."Hmmm!" jawab Zara mengagukan kepalanya."Kalau begitu, kita makan di tempat lain saja," usul Arlan, menarik tangan Zara."Ayo!" ajak Arlan, melihat Zara masih bengong.Karena tidak menemukan Gudeg Mbah

  • Bride (Indonesia)   Bab 19 Azed

    ❤Tidak ada kata terimakasih di dalam cinta❤Renata yang sedang menggendeng tangan Dion dengan mesranya, tiba-tiba beradu pandang dengan dua sosok yang merengkuh nikmatnya sebuah kebersamaan. Dua mata coklat Renata menggeliat pada seorang Pria yang menggendong istrinya di punggung. Renata pun menghentikan langkahnya. Membuat Dion menoleh ke arahnya."Berhenti!" ucap Renata menahan tangan Dion yang berjalan di sampinya."Kenapa?""Bukankah itu, Pak Arlan!" Renata menunjuk ke arah paradise gate."Yang mana?""Itu yang menggendong wanita di punggunya!" tunjuk Renata."Ooooo, iya!""Ayo ke sana!" ajak Renata."Ngapain coba!" sungut Dion risih melihat Renata begitu tertarik dengan Arlan."Ya, aku cuma mau menyapa Pak Arlan!" jawab Renata santai menghadapi Dion yang mulai cemburu."Sekadar menyapa atau ingin menggoda Pak Arlan!" celetuk Dion d

  • Bride (Indonesia)   18 .Azed

    Jika takdirmu adalah akuJika rasa resahmu adalah akuJika takdirku adalah kamuJika rasa resahku adalah kamuKuingin di garis takdirku hanya namamuTuamu, tuaku, kita akan selalu bersama. Arlan melajukan mobilnya. Menembus jalanan kota Yogyakarta, menuju The Lost World Castle. Sebuah tempat wisata di kawasan lereng gunung merapi. Arlan dan Zara memiliki satu kesamaan, yaitu menyukai tempat wisata yang berada di ketinggian. Mereka bisa melihat segala hal tanpa sekat, dan membebaskan jiwa dari tekanan kehidupan. di sepanjang perjalanan Zara tertidur, menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. "Jangan tidur seperti itu, Nanti telingamu sakit," tegur Arlan memiringkan kepala Zara ke bahunya yang sedang menyetir. "Aku akan pergi jauh! Jauh sekali!" Zara menceracau tidak jelas di dalam tidurnya. Arlan mencium pucuk kepala istrinya yang masih menceracau, "Kamu sungguh butuh liburan, Zara!" Untuk mencapai lokasi The L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status