"Laoshi! Jangan pergi! Muridmu ini memang bodoh!" Ming Zhu mengigau. Ia tertidur di anak tangga teras menuju kebun bunga.
"Ah, bisa-bisanya dia tidur di tempat seperti ini," Raja Zhian merendahkan tubuhnya dan mengusap rambut Ming Zhu. Sebenarnya tidak akan terlihat aneh jika saja Ming Zhu dalam wujud serigalanya. Kepala tertopang di atas tangan, bibir hampir menyentuh papan dan gaun yang berwarna biru muda di atas tanah, berada di antara ratusan kelopak ceri yang berjatuhan. Raja Zhian tidak mengerti, dimana pun itu, sepertinya adalah tempat yang nyaman untuk Ming Zhu tidur.
"Katakan! Apa kali ini Wang Mo Ryu membuatmu kesulitan lagi?" Raja Zhian merasa iba.
Ming Zhu bergerak. Perlahan ia membuka mata dan tersenyum dengan bodohnya pada Raja Zhian. "Baginda! Kau datang? Apa kau membawa makanan untukku?" tanyanya.
"Aku ke sini...," penjelasan Raja Zhian terhenti.
Ming Zhu tiba-tiba bergerak mundur. Ia menggeram sambil menyorot tajam ke satu arah.
Raja Zhian memiringkan kepalanya. Ia tidak mengerti kenapa tiba-tiba Ming Zhu berubah marah. Ekspresi itu, ekspresi seorang yang merasa terancam dan mencoba melawan. Dia memperhatikan dirinya sendiri, mungkin ada sesuatu yang tidak disukai Ming Zhu menempel di tubuhnya. Tapi, tidak ada apa pun. Lalu, tanpa sengaja Raja Zhian menoleh ke samping. Ada satu lagi yang baru datang. "Yu Jian Hua," sebut Raja Zhian, "berhenti menakutinya!" perintahnya kemudian.
Yu Jian Hua tidak melepas sorot matanya dari Ming Zhu. Kira-kira sudah lima belas tahun sejak serigala kecil tidak diizinkan keluar dari Pavilian Ying Hua, sejak saat itu Yu Jian Hua tidak pernah melihatnya lagi. Sungguh luar biasa ia memilki tubuh manusia yang begitu cantik. Makhluk yang akan bersinar di empat musim. Seperti kristal di antara salju, bunga di musim semi, angin yang menyejukkan di musim panas, dan kilau fajar di musim gugur. Namun, itu tidak merubah niat Yu Jian Hua untuk memusnahkannya. Yu Jian Hua merasakan aura iblis semakin besar menyelimuti perempuan itu. Hanya saja, Yu Jian Hua masih bisa menoleransi. Rambut Ming Zhu mungkin sudah berubah menjadi abu-abu, kadang benar-benar putih seperti salju, tapi matanya masih menunjukkan sisi manusianya yang patut dihargai. Itu cukup untuk membuat Yu Jian Hua menahan diri sekali lagi.
"Apa benar aku membuatnya takut?" sebut Yu Jian Hua.
Ming Zhu sekali lagi menggeram. Napasnya tercekat meski tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Orang di belakang Raja Zhian benar-benar asing baginya.
"Ming Zhu! Tidak perlu takut. Dia tidak akan menyakitimu!" Raja Zhian coba menenangkan. "Katakan! Di mana gurumu?"
Ming Zhu menggeser bola matanya ke Raja Zhian. Ia seharusnya tahu bahwa tidak akan ada orang jahat yang datang bersama Raja Zhian. "Laoshi...mungkin di perpustakaan!" ragu Ming Zhu. Sesekali ia menyorot waspada pada laki-laki tinggi yang masih berdiri di belakang Raja Zhian. Laki-laki itu kemudian memalingkan wajahnya seraya mengembangkan kipas yang sedari tadi ia bawa.
"Kenapa aku merasa begitu takut kepadanya?" Ming Zhu merasa heran sendiri. Sejak Raja Zhian pergi, Ming Zhu juga berlari ke tempat di mana ia bisa menemukan Zhao Shen.
...
"Zhao Shen! Zhao Shen!" panggil Ming Zhu dengan suara yang dipelankan.
Zhao Shen pura-pura tidak mendengar. Namun, ia diam-diam tersenyum sambil mencicipi sup yang baru saja diangkat dari perapian. Sepanjang ingatannya, Ming Zhu terlalu egois dan keras kepala. Ming Zhu tidak akan mencari dirinya jika tidak berada dalam masalah.
"Zhao Shen!" panggil Ming Zhu lagi.
Zhao Shen masih tidak peduli.
"Emm... Kakak Zhao!" panggil Ming Zhu dengan lebih lembut.
Saat Zhao Shen mengangkat kepalanya, "tidak buruk" katanya. Bukan tentang sup di dalam mangkuk, tapi tentang Ming Zhu yang bersikap lebih sopan kali ini. Ketika Zhao Shen menoleh, hatinya semakin meleleh. Serigala mungil berwarna putih menghadangnya dengan mata berbinar indah.
"Ughhh! Lucunya!" Zhao Shen menarik dua telinga Ming Zhu. "Katakan! Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanyanya.
Belum sempat Ming Zhu mengutarakan maksud kedatangannya, ia sudah berubah wujud. Terbatuk-batuk dan sedikit mengindar dari Zhao Shen, "Kakak Zhao! Kau hampir membunuhku,"katanya. Tanpa Zhao Shen sadari, ia telah membuat Ming Zhu merasa tercekik.
"Kalian semua sama saja!" keluh Ming Zhu lagi.
Zhao Shen justru tersenyum semakin lebar melihat Ming Zhu yang tersiksa. Dia terlalu manis jika sedang kesal. Jadi, tidak salah jika serigala kecil itu dibuli setiap hari. "Sekarang, katakan! Kau tidak akan mencariku jika tidak membuat masalah dengan Kakek Yin Dan atau sedang kelaparan?"
"Bukan dua-duanya!" garis kening Ming Zhu merapat. "Ryu Laoshi kedatangan tamu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Perasaanku mengatakan ini tidak baik. Aku merasa takut."
Zhao Shen memiringkan kepalanya. Seharusnya ia tahu siapa pun yang keluar masuk Paviliun Ying Hua. "Lalu, yang membuat Ming Zhu takut...," Zhao Shen berdiri. Ia melongok ke jendela di dapur. Pandangannya mengarah pada ruang perpustakaan yang tidak tertutup rapat.
Zhao Shen kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. Dari tiga yang ada di sana, sudah pasti yang Ming Zhu maksud adalah pria paling tinggi dan selalu membawa kipas itu.
"Ada apa? Kakak kenal siapa dia?" Ming Zhu melirih tepat di telinga Zhao Shen. Sedikit membuat Zhao Shen bergidik ngeri.
"Instingmu tidak buruk. Sudah seharusnya kau waspada terhadap Penasihat Istana."
"Penasihat Istana? Kenapa aku tidak pernah melihatnya?" Ming Zhu heran sendiri.
"Tentu saja! Jika tidak karena Raja Zhian, Penasihat Yu tidak mungkin datang ke Paviliun Ying Hua. Gurumu dan Penasihat Istana mana pernah akur."
"Kenapa?"
"Jangan tanya kenapa? Pikirkan saja dirimu sendiri! Penasihat Yu sudah tentu lebih kejam dari Wang Mo Ryu. Dia seorang iblis, tapi dia mampu mengendalikan kekuatan iblis di dalam dirinya, dan kabarnya dia bahkan mampu memusnahkan kekuatan itu. Wang Mo Ryu kadang bersikap terlalu baik, pada Black Finger seperti William dan juga pada Diran. Yu Jian Hua tidak suka, dia lebih memilih untuk membunuh mereka jika saja Raja Zhian setuju."
"Diran? William? Siapa mereka?" tanya Ming Zhu.
DEG. Napas Zhao Shen tertahan, ia memandang Ming Zhu sejenak," Bukan siapa-siapa," katanya ragu. Ia lupa bahwa ia tidak berhak membicarakan masa lalu Ming Zhu.
Ming Zhu kembali menoleh ke perpustakaan. "Jadi, ini alasan kenapa Ryu Laoshi mengurungku di Paviliun Ying Hua?" Ming Zhu mendecak.
"Apa maksudmu?" tanya Zhao Shen dengan perasaan sedikit lega karena Ming Zhu tidak bertanya lebih banyak tentang Diran dan William.
"Aku tahu di tubuhku juga tersimpan kekuatan iblis. Yu Jian Hua pasti juga ingin membunuhku. Tapi, ini terkesan tidak adil. Bagaimana mungkin orang yang memilki kekuatan luar biasa seperti dia takut pada anak kecil sepertiku? Kakak bilang dia punya kemampuan untuk mengendalikan kekuatan iblis. Mungkin, aku bisa memintanya untuk mengajariku untuk mengendalikan kekuatan di dalam diriku?" Ming Zhu tidak melepas pandangannya dari Yu Jian Hua. Senyumnya mengembang lebar, dan kepercayaan dirinya memuncak ketika itu.
Zhao Shen menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa Ming Zhu punya daya tarik tersendiri untuk membuat orang lain peduli kepadanya. Tapi, "Tidak! Jangan macam-macam! Penasihat Yu bukan orang yang seperti itu," Zhao Shen mencoba menebak isi pikir Ming Zhu. Yu Jian Hua bukan orang yang gampang tergoda. Ia ditakuti dan akan selalu seperti itu. "Gurumu akan menghukummu jika kau berurusan dengannya!" tambah Zhao Shen.
Ming Zhu tercekat. Ia memandangi Zhao Shen dan merasa bersalah sendiri dengan yang barusan terucap dari mulutnya. Ming Zhu hampir lupa dengan Wang Mo Ryu, tentu saja gurunya itu tidak akan mengampuninya jika ia sendiri meminta orang lain mengajarinya.
<>
"Hallo! Apa kami mengganggumu?" Raja Zhian melambaikan tangannya ke Wang Mo Ryu.
Wang Mo Ryu menoleh sedikit tanpa ketertarikan yang berarti. Ia kembali memperhatikan lembaran kertas yang menyibukkannya dari tadi. Tentu saja ia merasakan aura yang tidak biasa masuk ke dalam wilayah pribadinya dan bukan hal yang mengejutkan jika itu Yu Jian Hua.
"Ah, ada yang ingin kubicarakan pada kalian berdua," kata Raja Zhian agak canggung. Selalu saja ada perasaan aneh jika ia berada di antara Yu Jian Hua dan Wang Mo Ryu, sesuatu yang tidak bisa ia selesaikan dan membuat dirinya sadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
"Jelaskan saja, Baginda! Tidak perlu berbasa-basi! Silakan duduk!" pinta Wang Mo Ryu.
"Oh, baiklah!" Raja Zhian menempati tempat duduk kosong di hadapan meja Wang Mo Ryu. Sementara Yu Jian Hua memilih tetap berdiri.
"Aku mendapat laporan sejak dua bulan lalu, tentang para Denova dan keturunan Alandior, juga beberapa makhluk dimensi lain yang tinggal di bumi, mereka mati secara misterius," raut muka Raja Zhian berubah. Raja Zhian sebenarnya menjadikan Jufeng Mo sebagai sumber utama yang patut diwaspadai. Tapi, bersama Yu Jian Hua, ia melihat sendiri bagaimana tenangnya kekuatan itu di bawah danau Aegel Forest. Lagi pula, jika itu memang kekuatan dari Jufeng Mo, maka Yu Jian Hua sudah cukup untuk bisa merasakan energi mematikan tersebut. Tidak seperti yang baru-baru ini terjadi, Raja Zhian hanya dihadapkan pada tubuh yang jantungnya seolah dicongkel secara paksa dengan cakar yang panjang dan tajam. "Makhluk mana yang berani melakukan kekacauan seperti ini?" marah Raja Zhian. Bersama para Denova, keturunan Alandior dan para manusia yang memiliki kekuatan khusus lainnya; makhluk dimensi lain melakukan perjanjian. Mereka bersama-sama menjaga kedamaian di bumi. Raja Zhian tidak akan ikut campur jika pembunuhan itu dilakukan oleh manusia ke manusia lainnya. Tapi, Raja Zhian tidak tahu makhluk seperti apa yang mereka hadapi. Auranya tidak terdeteksi, tapi kekuatannya jelas lebih besar dari manusia biasa. Titik insident menyebar sehingga sulit untuk dilacak di mana kejadian berikutnya.
Sebenarnya, selain kekuatan Jufeng Mo masih ada pecahan kekuatan Black Finger. Selain yang dihancurkan sendiri oleh Yu Jian Hua, Raja Zhian tahu Wang Mo Ryu menyerap kekuatan Black Finger dari William.
"Jika boleh aku tahu, di mana kau simpan kekuatan William Gaultier?" tanya Raja Zhian tiba-tiba.
Wang Mo Ryu menengadahkan kepalanya. Ia kemudian tersenyum sinis. Wang Mo Ryu tetap tidak ingin berprasangka buruk terhadap Raja Zhian, meski benar sekarang ia sedang diintrograsi.
"Tentu saja di tempat yang tidak akan ada seorang pun mampu menjamahnya," jelas Wang Mo Ryu tenang. Mutiara hitam berpendar di pikiran Wang Mo Ryu. Mutiara itu adalah bentuk kekuatan Black Finger, disimpan di dalam kotak kristal dan diletakkan di sebuah kebun bunga misterius yang hanya bisa dimasuki oleh Wang Mo Ryu.
"Kenapa kita tidak berpikir bahwa kejadian ini hanya dilakukan oleh orang iseng yang ingin menunjukkan seberapa kuat dan menakutkannya dia. Tentu saja, aku akan ikut menyelidikinya," tawar Wang Mo Ryu.
Sekali lagi Raja Zhian melebarkan garis bibirnya. Tentu saja ia ingin Wang Mo Ryu ikut dalam penyelidikan ini. Tapi, anggapan Wang Mo Ryu tentang kejadian tersebut hayalah pekerjaan "orang iseng" sedikit membuatnya tidak nyaman. "Bagaimana menurutmu Penasihat Yu?" tanya Raja Zhian. Kepalanya tertunduk untuk lantai yang berwarna keemasan sore itu.
Yu Jian Hua tidak langsung menjawab, ia meneliti raut wajah Raja Zhian yang diliputi ketidaksenangan. "Aku tidak terlalu akrab dengan kehidupan dunia," katanya mulai bersuara. Semuanya tentu tahu bahwa Yu Jian Hua bisa bersikap lebih tidak peduli dibanding Wang Mo Ryu. Namun, sejak Raja Zhian melihat onggokan tanpa jantung dihadapkan kepadanya, Raja Zhian berubah menjadi seorang pemikir. Rasa simpatinya pada tubuh tanpa jantung membuat langit berwarna abu-abu sepanjang waktu. Raja Zhian bilang bahwa ini adalah kejahatan yang tidak terampuni. Biar begitu, ia tetap harus mengontrol amarahnya. Karena jika tidak, ombak besar mungkin saja menghantm pesisir dan menggulung ribuan orang tidak berdosa sebagai wujud dari amarahnya.
"Darah manusia akan terserap habis, dan makhluk dimensi lain yang tidak memilki kekuatan akan lenyap, jika saja Black Finger menyentuh mereka. Sedangkan kekuatan Jufeng Mo, tidak meninggalkan jejak apa pun. Energi hidup manusia akan terserap habis hanya dengan bersentuhan dengan aura Jufeng Mo. Secara tiba-tiba, manusia akan mati tanpa luka. Dua karakter ini tidak ditemukan pada korban-korban yang jantungnya dicuri. Aku setuju jika pelakunya bukan manusia, tapi dia juga bukan bagian dari Black Finger atau pun Jufeng Mo!"
"Ya. Kau benar," Raja Zhian berdiri. Ia melangkah tenang ke arah balkon. Di bawah, di balik awan, tampak bangunan-bangunan menjulang. Menurut Raja Zhian, manusia terlalu hebat untuk mengatasi keterbatasan mereka. Bangunan yang tingginya ratusan meter, pesawat terbang dan jaringan komunikasi yang menakjubkan menjadi bukti. Waktu dan jarak tak lagi menjadi kendala. Manusia bergerak, bertumbuh dengan pesat dalam kurun waktu hanya beberapa abad. Kadang raja Zhian tidak mengerti kekuatan seperti apa yang ada di dalam diri manusia. Tuhan menciptakan mereka begitu istimewa. Ini berbeda dengan dunia di atas awan. Dunia di atas awan tidak banyak berubah selama ribuan tahun. Atau, orang-orang seperti Raja Zhian sendiri tidak terlalu peduli pada perubahan. Dunia yang damai adalah kata yang cukup untuk menghibur hatinya. Hubungan baik akan selalu ia pelihara. Orang-orang seperti Wang Mo Ryu, Yu Jian Hua, Yin Dan dan Zhao Shen, juga Ming Zhu, tidak tahu sampai kapan, Raja Zhian sadar bahwa suatu hari ia akan berpisah dengan mereka. Raja Zhian akan menghargai setiap waktu saat mereka bersama. Seharusnya, manusia yang berumur sangat pendek lebih mengerti tentang itu. Tapi, mereka terlalu sibuk untuk membangun dunia yang sebenarnya akan kalah dengan kebutuhan alam untuk menyelaraskan diri. Raja Zhian paling mengerti soal itu. Getaran magma bahkan bisa ia rasakan dari kaki gunung berapi. Bom waktu yang mengisi inti bumi itu sendiri.
"Yu Jian Hua, Wang Mo Ryu! Kuperintahkan kalian untuk menangkap mereka yang berani berbuat onar di wilayahku. Katakan pada tiga raja di tiga penjuru lainnya, bahwa aku, "Wang Zhian", tidak akan tinggal diam dengan masalah ini!"
"Baik, Baginda!" Wang Mo Ryu menyahut. Sementara Yu Jian Hua, ia merendahkan pandangannya, mencoba berpikir lagi tentang hal yang sepertinya membuat Raja Zhian begitu khawatir.
<>
Satu kelopak bunga, terangkat dan jatuh secara bergantian di atas mangkuk yang diisi air. Ming Zhu belum bisa mengontrol energi dari ujung jarinya untuk menggerakkan kelopak bunga tesebut tanpa menimbulkan riak air. Akan lebih mudah baginya untuk membuat semua kelopak bunga di tanah bergejolak terbang, lalu ia fokuskan pada satu titik. Kelopak bunga akan berubah menjadi sisi tajam pedang jika itu terjadi dan membelah apa pun di sekitarnya. "Kenapa ini begitu sulit?" Ming Zhu mulai bosan. Ia merapatkan pipinya ke meja dan mulai bermain-main dengan bola-bola air yang melayang di antara mangkuk dan langit-langit ruang perpustakaan Pavilian Ying Hua. Kelopak bunga terperangkap dalam bola air tersebut. Dan bola air itu lebur ketika Ming Zhu melihat bayangan gurunya dalam gumpalan air tersebut. "Laoshi!" punggung Ming Zhu menegak. Wang Mo Ryu mendatangi Ming Zhu dan menatap muridnya itu cukup lama. "Bagaimana kesehatanmu?" tanya Wang Mo Ryu kemudian. Ming Zhu tidak menjawab.
"Ada apa?" Raja Zhian tidak tahan untuk tidak bertanya. Wang Mo Ryu tidak terlihat bersemangat untuk turun ke bumi. "Wajahmu juga terlihat lebih pucat." "Entahlah! Aku hanya merasa lemah. Setelah kasus ini, mungkin aku akan meminta waktu untuk bersemedi!" "Kau tidak harus ikut jika memang tidak enak badan!" Raja Zhian menasihati. Ia melihat Wang Mo Ryu seperti baru saja pulang dari pertarungan yang hebat. Yang begitu menguras energinya. "Apa itu karena Ming Zhu, kau seharusnya menyesal tidak membunuhnya dulu!" sela Yu Jian Hua. Wang Mo Ryu diam. Seolah terbiasa dengan kesinisan yang dilontarkan oleh Penasihat Istana, ia melanjutkan langkahnya. Benar, jika energinya terkuras saat bersama Ming Zhu. Tapi, itu hanya rutinitas yang harus ia jalani. Yang lebih buruk adalah sikapnya terhadap Ming Zhu di dua malam sebelumnya. Setelah kejadian itu, Wang Mo Ryu menjadi penakut. Ia berusaha menghindari Ming Zhu dan jika pun mereka berhadapan, tidak banyak yang bisa Wang Mo Ryu katakan. Segala
"Aku yakin, lambat laun monster itu akan mendatangi keturuan William Gaultier. Aura Alex terlalu kuat untuk ditumbangkan dan aura itu hanya akan menarik lebih banyak makhluk dimensi lain untuk mendekat. Sayangnya...," dengan lamban, mata Yu Jian Hua terbuka. Sebenarnya dari dua jam sebelumnya, Yu Jian Hua mencoba untuk tidur. Meski hanya dengan posisi duduk, dengan kepala bertopang pada kepalan tangannya. Memang jarang berhasil karena otaknya tak pernah berhenti berpikir. Ia masih tidak bisa membayangkan monster seperti apa yang melakukan pembantaian dengan merampas jantung manusia. Mungkin belum semua, tapi cukup banyak waktu yang dihabiskan Yu Jian Hua untuk membolak-balik kertas tua yang berisi tulisan-tulisan sejarah. Ilustrasi-ilustrasi makhluk yang menjadi mitologi di alam manusia, tidak luput dari perhatiannya.Tapi,"Cling!"Itu suara lonceng dari paviliun tempat tinggalnya, Paviliun Mudan. "Siapa yang berani menerobos masuk?" Yu Jian Hua tiba-tiba merasa geram. Ia tidak punya
"Ming Zhu! Dari mana saja kau?" Kakek Yin Dan bertanya.Ming Zhu menggelengkan kepala, "Tidak dari mana-mana!" gagapnya sambil berharap Kakek Yin Dan tidak melihat dirinya yang baru saja memasuki gerbang Paviliun Ying Hua."Kamu keluar?" Kakek melongok ke belakang Ming Zhu, gerbang masuk memang terlihat dari tempat mereka berdiri."Aku tidak berani," Ming Zhu tertunduk gelisah."Emmm. Memang harus begitu. Jangan buat masalah sementara Laoshi-mu tidak ada. Kembalilah ke kamar! Berhenti keluyuran. O, ya! Temui kakakmu dulu, Zhao Shen, dia panik mencarimu sejak dua jam lalu. Hampir saja dia menghubungi Wang Mo Ryu!""Memang Laoshi akan peduli?". Ming Zhu menggerutu di dalam hati. Lalu, apa yang terjadi jika Wang Mo Ryu menemukan kenyataan. "Bahwa aku telah melanggar aturan." Sebelumnya Ming Zhu ketakutan. Tapi, setelah dipikir lagi, Ming Zhu justru jadi penasaran. Hukuman seperti apa yang akan ia terima? Kekecewaan seperti apa yang akan gurunya sandang? Atau dia justru tidak peduli? "Lal
Yueliang Palace,"Kenapa bisa begitu ceroboh?" Ming Zhu mencari ke sana- kemari sambil memegangi dadanya. Setelah dua hari, baru ia sadar kalung anjing yang diberikan Wang Mo Ryu tidak lagi di lehernya. "Aku mendapat masalah di Paviliun Mudan karena loncengnya yang berbunyi," pikir Ming Zhu tentang di mana kira-kira benda itu jatuh. Karena setelah berjam-jam mencari di Paviliun Ying Hua, ia tidak menemukan apa-apa. Ming Zhu mengendap ke gerbang Paviliun Ying Hua, melongok ke sekitar, takut kalau ada yang melihat dirinya. Ming Zhu mungkin pernah mendengar samar tentang segel pelindung yang diucapkan Yu Jian Hua. Ia tidak terlalu mengerti. Hanya saja, ketika itu, Paviliun Mudan terlihat jelas dari tempatnya berdiri."Sekarang, aku mungkin bisa ke sana!" Ming Zhu masih yakin bahwa tiga petinggi istana masih berada di bumi. Seolah tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, Ming Zhu melangkah keluar, mengikuti memori yang samar ke tempat yang ia pernah memijak. Jembatan kayu penghubung, ri
"Tidak, Laoshi! Aku tidak bermaksud...", Ming Zhu mengigau. Rasa sakit menjalar ke seluruh tulang, seakan hancur berkeping-keping karena bertabrakan dangan angin, lalu jatuh.Tak mengerti mana yang lebih keras, apakah suara dentuman gunung dan petir yang menyambar, atau suara tubuhnya yang terhempas. Dua-duanya menyakitkan. Ming Zhu telah pingsan cukup lama sebelum memperoleh kesadarannya kembali. Sayangnya, Ming Zhu tetap tidak tahu di mana ia sekarang. Ketika menengadah ke atas, semuanya tampak hitam. Bersama barisan bintang yang tentunya terlihat lebih indah saat dilihat dari Paviliun Ying Hua."Laoshi!" sebut Ming Zhu di sisa-sisa tenaga yang ada di kerongkongan. "Laoshi, kau akan mencariku 'kan? Kau pasti mengkhawatirkanku. Pasti akan menjemputku." Tangan dan kakinya masih sulit digerakkan dan ia pun mulai mengantuk lagi. Memikirkan bagaimana perasaan Wang Mo Ryu sekarang, membuat Ming Zhu merasa lebih nyaman dengan ketidaksadaraannya kemudian. ....Pagi hari,Warna keemasan me
"Ayo! Ayo cepat angkat! Nanti basah!"...Ming Zhu melongok ke dalam. Tetap tidak berani masuk. Setelah kilat dan petir menyambar beberapa kali, hujan turun dan jadi semakin lebat. Perayaan yang memang hanya dilakukan di tanah lapang, berakhir lebih cepat. Sekarang, para pengisi panggung disibukkan untuk menurunkan barang-barang mereka dari atas panggung. Setelah dirapikan dan dimasukkan ke dalam box kayu, barang-barang itu kemudian diangkut lagi ke atas truk. Ming Zhu bilang itu besi berjalan yang benar-benar besar."Hey, minggir! Jangan di sini! Kami mau lewat!" seseorang berteriak kepada Ming Zhu.Ming Zhu terpaksa menyingkir sambil terus memperhatikan siapa-siapa yang lewat."Eh, kenapa masih di sini? Memang mau cari siapa?" orang yang berteriak kepada Ming Zhu kali ini bertanya dengan lebih baik."Apa kalian mau pergi?" Ming Zhu balik bertanya."Ya. Sebentar lagi!"Ming Zhu tertunduk kecewa."Sepertinya aku tahu siapa yang dia cari,"seseorang menyela dari belakang, sambil membawa
Wang Mo Ryu duduk di singgasana yang berada di sisi kanan singgasana tertinggi milik Raja Zhian. Tangan kanan menopang wajah yang tampak lelah. Matanya terpejam seperti sedang tidur, tapi samasekali tidak. Mana mungkin dia bisa tidur sementara Ming Zhu yang meraung minta tolong terus berpendar di pikirannya. Jubah putihnya tidak serapi biasanya dan ikatan di rambutnya juga tampak terabaikan. Raja Zhian tidak tahu harus memulai dari mana. Wang Mo Ryu gampang meledak, sisi iblis yang selama ini ditekan dengan keanggunan, kapan saja bisa dibiarkan meluap. Sebelum mengangkat seseorang ke Yueliang Palace, Raja Zhian tentu tahu orang seperti apa yang pantas. Ia mengangkat Yu Jian Hua lebih dulu, dan terbukti Yu Jian Hua tidak mengecewakan. Sayangnya, soal hubungan dengan dunia luar, Raja Zhian tidak bisa mengandalkan Xiao Hua. Dan ketika mengangkat Wang Mo Ryu, Raja Zhian merasa sangat terbantu, tapi sampai saat ini ia ragu apa keputusannya dulu itu benar. Akibat ketidakakuran Wang Mo Ryu d