Beranda / Fantasi / Bright Pearl / Chapter 4: Anjing Peliharaan

Share

Chapter 4: Anjing Peliharaan

Penulis: Romaneskha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-14 13:03:21

Lima belas tahun kemudian...

"Ming Zhu! Kau di mana? Aku datang! Apa kau tidak merindukanku?"

Napas Ming Zhu berubah cepat, bulu-bulunya menegang. Paginya berubah menjadi bencana mengingat Raja Zhian yang sepertinya tidak punya kerjaan.

"Kamu kira, dengan bersembunyi di sini, Raja Zhian tidak akan menemukanmu? Lagi pula, sebagai seorang bawahan kau seharusnya menyambut kedatangannya. Sudah dua bulan dia tidak di istana!"

"Kakak Zhao, kau tidak merasakan penderitaanku! Bertemu dengannya adalah neraka," sahut Ming Zhu dari balik meja. Di atas meja, Zhao Shen sibuk menuangkan teh yang baru saja ia seduh ke dalam cangkir keramik. Seketika, gerak tangannya terhenti ketika mendengar peryataan Ming Zhu.

Zhao Shen menggeleng-gelengkan kepala, "Kamu bilang dia neraka?" katanya tidak setuju. Teh yang Zhao Shen siapkan adalah untuk Raja Zhian. Zhao Shen tahu, saat sampai di Yueliang Palace, Paviliun Ying yang pertama kali akan disambangi. Raja itu terlalu rindu pada serigala kecil kesayangannya.

"Ming Zhu! Ming Zhu!"

Suara itu terdengar semakin mendekat.

"Gawat!" Ming Zhu menggigit bibir bawahnya. Ia keluar dari bawah meja dan lari mencari tempat persembunyian yang lebih aman.

Awan-awan yang berwarna nila dengan jejeran pohon ceri yang sudah cukup tua, tidak ada tempat lagi bagi Ming Zhu untuk bersembunyi selain kamar tidur gurunya. Sebenarnya, Ming Zhu merasa ragu untuk masuk ke sana. Area pribadi Wang Mo Ryu, murid kurang ajar mana yang berani menjamahnya.

Namun, terlambat. Ming Zhu tercekat. Punggung yang lebar memakunya cukup lama.

"Ada apa?" Wang Mo Ryu baru saja selesai mengenakan jubah panjang ketika berbalik dan bertanya.

Ming Zhu merapatkan pintu kamar, "Laoshi, tolong selamatkan aku!" katanya kemudian.

Wang Mo Ryu tersenyum. "Kau mana mungkin bisa bersembunyi darinya!"

Ming Zhu diam. Ia terpana dengan senyum yang ditunjukkan gurunya. Memang benar, tidak ada hal yang serius. Raja Zhian bukanlah ancaman dan tidak ada hal yang bisa melukai Ming Zhu di Yueliang Palace.

Namun, kemudian, senyum Wang Mo Ryu tenggelam sendiri. Ia menuju tempat tidur dan duduk di sana, "Kemarilah!" perintah Wang Mo Ryu sambil menepuk-epuk pahanya.

Ming Zhu segera merubah diri menjadi sosok serigala dan berbaring di pangkuan Wang Mo Ryu. Pangkuan Wang Mo Ryu akan selalu hangat dan menenangkan baginya. Pangkuan Wang Mo Ryu selalu menjadi tempat yang paling dirindukan oleh Ming Zhu. Ada banyak hari di mana Ming Zhu terbangun di dalam pelukan Wang Mo Ryu. Ming Zhu juga selalu melayani dan menemani gurunya itu.

Tapi, sekali lagi Ming Zhu tercekat. Kembali berada di pangkuan Wang Mo Ryu seperti mimpi buatnya. Semuanya berubah sejak tahun lalu. Ketika rambut Ming Zhu berubah putih, sikap Wang Mo Ryu juga mulai berubah kepadanya.

Gurunya hanya mengatakan, "Kau harus bisa mengendalikan amarahmu. Atau aku sendiri yang akan menghukummu!"

"Laoshi, apa maksudmu?" tanya Ming Zhu.

Benar rambutnya perlahan berubah putih. Tapi, Ming Zhu tidak merasa ada yang salah dari dirinya. Sekarang, yang Ming Zhu yakini adalah Ryu Laoshi yang benci dengan penampilannya.

Lalu, apa bedanya jika hari ini adalah mimpi atau pun bukan. Ming Zhu tidak melihat gurunya selama enam bulan, dan jika pun mereka bertemu, Ming Zhu tidak lagi merasa senang sepenuhnya.

"Ming Zhu! Di sini kau rupanya!" Raja Zhian masuk ke kamar Wang Mo Ryu.

Ming Zhu kembali memejamkan matanya.

"Baginda! Mohon tidak menganggunya! Biarkan dia tidur!" pinta Wang Mo Ryu sambil mengusap-usap bulu putih Ming Zhu.

"Hey! Apa kamu juga baru datang?" tanya Raja Zhian dengan garis bibir melebar. Ia mungkin merasa iri dengan kenyataan yang ia lihat sekarang. Ming Zhu yang memilih berpura-pura tidur di pangkuan Wang Mo Ryu dibanding bertemu denganya. Namun, itu adalah wajar. Sudah seharusnya Ming Zhu lebih menghargai Wang Mo Ryu dibanding yang lainnya, bahkan seorang raja sekali pun. Tapi, Raja Zhian juga bisa merasakan betapa tertekannya Ming Zhu saat ditinggal majikannya selama berbulan-bulan. Dalam hal ini, menurutnya Wang Mo Ryu jahat dan tidak bertanggung jawab.

"Ah, padahal aku ingin mengajaknya makan daging sapi panggang. Aku bawa banyak dari bumi!" Raja Zhian ikut mengusap bulu Ming Zhu. "Ya, sudahlah! Nanti saja!"

"Daging sapi panggang?" Ming Zhu tiba-tiba berubah wujud.

Raja Zhian mengangguk, "Kemarilah!" tangan Raja Zhian terbuka lebar.

Ming Zhu berubah wujud lagi dan melompat ke dada Raja Zhian.

"Hey! Apa begitu sikapmu pada gurumu sendiri!" protes Wang Mo Ryu.

"Dia hanya terlalu pintar untuk tahu mana yang benar-benar baik padanya. Wang Mo Ryu, setelah lama berada di bumi, apa pernah kamu memikirkannya? Sekarang, apa yang kau bawa untuknya?" tanya Raja Zhian.

Wang Mo Ryu berpaling. "Ada, tentu saja ada!" Wang Mo Ryu menyodorkan sesuatu pada Ming Zhu. Sebuah lonceng kecil dengan tali pengikat terbuat dari pita sutra berwarna putih.

"Apa ini? Apa kau benar-benar berpikir bahwa dia seekor anjing?" sela Raja Zhian.

Ming Zhu mengedip lambat ketika Wang Mo Ryu mengikatkan kalung lonceng itu ke lehernya. "Lihat! Dia sangat cantik!" katanya sambil mengusap kepala Ming Zhu.

Raja Zhian menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia sendiri sebenarnya ragu bagaimana menganggap Ming Zhu. Jika Raja Zhian menghargainya sebagai seorang perempuan, maka ia tidak bisa memeluk Ming Zhu dengan leluasa seperti yang ia lakukan sekarang. Lagi pula, Ming Zhu pernah berkata, "tidak apa-apa jika guru menganggapku hanya sebagai hewan peliharaan, kukira itu akan membuat kami merasa lebih nyaman,".

Namun, Raja Zhian adalah orang yang paling pengertian sejagad raya. Ekspresi Ming Zhu berubah setiap sekali mendengar Wang Mo Ryu mengatakan, "Ming Zhu hanyalah hewan peliharaan bagiku!"

...

"Sejak aku adalah seekor anjing! Kuharap ada yang mengadopsiku! Baginda! Mohon katakan pada guruku kalau Anda akan membawaku ke kediaman Anda!" sebut Ming Zhu dengan mulut penuh dengan potongan daging.

"Kenapa tiba-tiba kamu meminta itu?" tanya Raja Zhian pura-pura tidak mengerti.

"Aku dikurung di Paviliun Ying Hua selama 15 tahun, rasanya wajar jika aku ingin melihat tempat lain."

"Gurumu baru saja datang, sebentar dia akan pergi lagi. Kukira, kamu ingin menemaninya dulu!"

Ming Zhu terdiam. Ia hanya berpikir apa yang sebenarnya diinginkan Wang Mo Ryu. "Ada atau pun tidak ada diriku, akan sama saja bagi guru. Lagi pula, sudah ada Yin Dan dan Zhao Shen," sebut Ming Zhu.

Raja Zhian menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa," lirihnya.

"Bahkan kau tidak bisa?"

"Ya. Bahkan aku, tidak ada yang bisa merubah aturan yang dibuat Wang Mo Ryu. Sekali kau melanggar aturannya, Wang Mo Ryu mungkin akan mengurungmu di Gunung Pemusnah Diri."

"Kenapa dia bisa begitu jahat?" kesal Ming Zhu.

"Hey, jangan berpikir begitu! Wang Mo Ryu berbuat begini untuk melindungimu!"

"Jelaskan padaku! Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku diperlakukan seperti ini?" Ming Zhu menggenggam tangan Raja Zhian, memohon belas kasihan darinya.

"Bukan aku yang berhak menjelaskan. Tanya gurumu sendiri."

Ming Zhu menghela napas. Tentang rahasia yang menyangkut dirinya, sepertinya seluruh penghuni istana mengerti, kecuali dirinya.

<>

Siapa aku? Siapa sebenarnya diriku? Kenapa sepertinya guru tidak menyukaiku?

Pedang bergerak dengan lincah. Tidak mengarah pada apa pun, tapi sisa tebasannya mampu membuat kelopak bunga terbelah. Dua jam berlalu, Ming Zhu menyebut itu latihan, tapi dia telah membuat setengah dari tanaman di kebun bunga Wang Mo Ryu meranggas. Begitu pula ketika ia berlatih memainkan guqin, nasib bunga Wang Mo Ryu tidak lebih baik. Ada banyak sayatan yang terbentuk di kulit batang pohon ceri tanpa Ming Zhu sadari di radius 10 meter dari tempatnya memainkan guqin.

"Kau harus lebih mengontrol emosimu!"

Wang Mo Ryu menghampiri muridnya.

Ming Zhu menghentikan semua aktivitas dan memberi hormat pada gurunya. Ia tentu tidak akan meminta maaf atas ulahnya pada kebun bunga ceri. Dia sediri tidak diizinkan keluar dari Pavilian Ying Hua. Kebun bunga adalah satu-satunya yang bisa dijadikan tempat latihan.

Di dalam diri Ming Zhu telah tertanam kekuatan yang luar biasa. Kekuatan iblis Jufeng Mo yang menghancurkan. Wang Mo Ryu memilki rencana untuk membuat Ming Zhu bisa menggunakan potensi kekuatan yang ada pada dirinya. Setelah semuanya berhasil ia kuasai, Wang Mo Ryu akan mengajari Ming Zhu ilmu untuk mengontrol kekuatan itu. Hanya saja, Wang Mo Ryu sadar bahwa emosi Ming Zhu tidak stabil, dan itu membuat Wang Mo Ryu khawatir sepanjang waktu. Kekuatan yang buruk bisa saja meluap tanpa Ming Zhu sadari.

"Setiap nyawa adalah berharga, kau harus mengingat itu!" nasihat Wang Mo Ryu lagi. "Bahkan untuk sehelai kelopak bunga, kau harus menjaga mereka!"

Ming Zhu tertunduk, "Rasanya sangat sulit, Laoshi!"

"Aku tahu."

"Laoshi, apa Laoshi masih tidak mau menjelaskan kekuatan seperti apa yang sebenarnya ada di dalam diriku. Kekuatan yang membuat semua orang takut."

Wang Mo Ryu melangkah tenang. Ia memposisikan diri dekat dengan guqin yang baru saja dimainkan oleh muridnya. Saat nada menggema, kelopak bunga pelan-pelan terangkat ke atas, berputar-putar bersama angin puyuh kecil yang terbentuk. Naik dan semakin naik.

"Ming Zhu!" panggil Wang Mo Ryu.

"Ya, Laoshi!"

"Aku tidak ingin kau terbebani dengan apa yang ada di dalam dirimu. Kau adalah gadis biasa. Apa pun yang terjadi, jangan dengar kata orang. Jangan membenci dirimu sendiri. Apa kau mengerti?"

Ming Zhu menengadahkan kepalanya. Ia menatap penuh pada gurunya yang terlihat serius memainkan alat musik lima senar itu."Kupikir dia hanya menganggapku hewan peliharaan," batinnya yang benar-benar tidak bisa memahami perkataan gurunya. "Apa itu berarti kau akan mengurungku di Paviliun Ying Hua selamanya?"

Wang Mo Ryu tersenyum simpul. Ia merasa bodoh telah berbicara serius dengan murid perempuannya itu. Ming Zhu mungkin berusia 15 tahun, namun tidak ada yang ia pahami dari dirinya.

"Apa melihat dunia lain begitu penting bagimu?" tanya Wang Mo Ryu.

"Tentu saja! Aku memimpikannya begitu lama, Laoshi!" antusias Ming Zhu.

Wang Mo Ryu menghentikan permainannya. Kelopak bunga ceri mulai berjatuhan dan membuat Ming Zhu terpaku akan keindahannya. Pemandangan itu, ia kira, hanya gurunya yang mampu melakukannya. "Baiklah! Aku akan membawamu ke bumi saat kau berhasil mengendalikan kekuatanmu."

"Benarkah? Tapi, bagaimana caranya?" kerutan terbentuk di kening Ming Zhu.

"Lawan aku!" Wang Mo Ryu mengarahkan tangan ke ruangan tempat penyimpanan alat musik. Pintu terbuka, dan satu guqin melayang, mendekat kepada mereka. "Lawan aku! Hanya diriku!" perintah Wang Mo Ryu.

"Baiklah!" Ming Zhu mulai memainkan guqin yang berbeda. Iramanya tajam dan melayang membentuk mata pedang.

Wang Mo Ryu menghalaunya dengan hanya mengeluarkan sedikit tenaga dalam. Ia tidak akan menganggap itu pertarungan serius. Hanya saja, serangan Ming Zhu bertubi-tubi. Wang Mo Ryu bisa berbangga diri karena sepertinya kemampuan Ming Zhu berkembang pesat. Serigala kecil itu tampaknya sangat terobsesi untuk keluar dari Paviliun Ying Hua. Serangan Ming Zhu, bisa saja melukainya jika Wang Mo Ryu tetap menganggap itu hanya permainan semata.

Sampai pada titik dimana seseorang secara misterius berteriak. Wang Mo Ryu harus membentuk benteng pertahanan yang besar untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya, termasuk Ming Zhu. Kelima senar guqin yang dimainkan Wang Mo Ryu secara tiba-tiba terputus dan pertarungan berakhir.

"Ah, Ahahaha!" Ming Zhu melompat girang. "Aku berhasil! Aku berhasil!" katanya.

Wang Mo Ryu menghela napas. Ia mencoba menahan tawanya saat itu.

"Laoshi, ada apa?" heran Ming Zhu melihat gurunya yang sepertinya senang setelah dikalahkan.

"Kubilang kau hanya boleh melawanku!" jelas Wang Mo Ryu yang semakin membuat Ming Zhu bingung.

"Ah, Tuan! Kenapa harus mengajarinya berkelahi!" Yin Dan, kakek tua itu menyela.

Ming Zhu lebih dulu terperanjat melihat tampilan Kakek Yin. Rambutnya berantakan, pakaiannya koyak di mana-mana. Sepertinya ledakan besar telah terjadi, dan kakek itu terkena imbasnya.

"Aku tahu di istana ini tidak ada wanita selain Ming Zhu. Tapi, aku bisa mengajarinya memasak jika kau perintahkan. Akan lebih baik jika Ming Zhu dibiarkan hidup layaknya perempuan kebanyakan. Suatu hari dia bisa menikah dengan wajar. Bukankah itu bagus," lanjut Kakek Yin.

"Kenapa aku?" tanya Ming Zhu menunjuk dirinya sendiri.

"Dasar anak bodoh! Kau masih bertanya? Lihat! Kau membuat kerusakan dimana-mana!" Yin Dan memukul kepala Ming Zhu berkali-kali.

"Ah, Kakek!" keluh Ming Zhu yang akhirnya sadar apa yang telah ia perbuat. Sekali lagi, ia hampir menghancurkan Paviliun Ying Hua, dan itu berarti ia telah kalah tanpa gurunya harus menang.

Wang Mo Ryu berbalik. Senyumnya hilang seketika. Jauh di lubuk hatinya, dia merasa telah gagal dan tidak mengerti harus mulai dari mana lagi mengajari Ming Zhu. Ming Zhu samasekali tidak belajar untuk menahan diri. Dia seolah tidak peduli terhadap sekitarnya. Sejak Ming Zhu menunjukkan perubahan fisik ke arah bukan manusia, kekhawatiran Wang Mo Ryu berlipat ganda. Terlalu sulit untuk Wang Mo Ryu megambil sikap. Apakah dia harus seramah sebelumnya, atau menjadi tegas dan dingin kemudian.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bright Pearl   Chapter 49: Cahaya Biru Kunang-Kunang

    Keesokan harinya, hanya sedikit cahaya terang yang mampu menembus Danau Aegel Gustave Savery. Yang berarti siang mungkin tidak akan terlihat di tempat itu. Yu Jian Hua lebih dulu berdiri di tengah dermaga. Tatapannya datar pada air yang terlihat tenang, tapi telah berubah menjadi hitam. Dalam satu abad terakhir, dalam pandangan di dua alam, Yu Jian Hua telah berjasa. Dengan tangannya sendiri ia berhasil menyegel Jufeng Mo dan memusnahkan Mo Zhang Li. Tapi, di dalam dirinya sendiri, kebimbangannya tidaklah hilang. Pikiran yang kadang egois, membuatnya merasa bersalah. Menyegel Jufeng Mo, Yu Jian Hua tahu sendiri itu hanya langkah sementara. Sudah seharusnya ia mengeluarkan lebih banyak kekuatan untuk membunuh Jufeng Mo.Sekarang, Yu Jian Hua benar-benar ragu akan sampai kapan rantai pemusnah diri akan bertahan. Yu Jian Hua sadar, dirinya tidaklah sekuat Jufeng Mo. Terlebih ketika ia memutuskan untuk menghilangkan kekuatan Black Finger dari dalam dirinya. Di tahun itu, jika bukan karen

  • Bright Pearl   Chapter 48: Lantai yang Berderit

    Lantai menderit sejak ia memasuki kediaman pribadi Laoshi-nya. Telinga Ming Zhu menegang dan dia melangkah lebih hati-hati setelahnya. Ming Zhu berpikir, lagkahnya jelas akan lebih ringan jika ia berubah wujud.“Tidak apa-apa! Lantai ini memang sudah sangat tua. Aku tahu telingamu sangat sensitif, tapi kamu hanya perlu membiasakan diri.”Ming Zhu tertegun karena Laoshi seolah tahu apa yang dia pikirkan.“Aku hanya takut Laoshi terganggu juga!”“Tidak. Sama sekali tidak. Kupikir malah kamu yang khawatir? Tidak bisa mengendap-endap, keluar masuk seenaknya seperti di Paviliun Ying Hua?”Segera Ming Zhu menggelengkan kepala. “Aku mana pernah begitu,” katanya berbohong. Faktanya, Ming Zhu memang suka menyelinap masuk tanpa izin, terutama ketika Wang Mo Ryu tidak sengaja terlelap di ruang baca. Hanya Ming Zhu yang terlalu bodoh mengira Wang Mo Ryu tidak tahu apa-apa.“Sebenarnya aku tidak keberatan. Tapi, segalanya akan berbeda setelah kamu tinggal di sini!” Wang Mo Ryu mendorong pintu kam

  • Bright Pearl   Chapter 47: Dunia Baru

    “Laoshi! Akan seperti apa tempat yang akan kita datangi?”Wang Mo Ryu diam saja. Cahaya terang perlahan tertelan oleh kabut misterius. Mereka meyebutnya lorong dimensi. Sebagian lagi mengistilahkannya sebagai lorong neraka. Jiwa-jiwa yang terjebak ketidakpastian, dan penantian panjang, tentang kapan penderitaan mereka akan berakhir. Tempat mereka berpijak bukan lagi rumput dan ranting yang rapuh, tapi patahan tulang dan genangan darah yang semu. Di tiga langkah pertama, Ming Zhu sudah dibuat sakit kepala. Ia memegangi kepalanya sendiri. Wang Mo Ryu merasa itu hal wajar. Energi di lorong dimensi sungguh kacau dan akan dengan mudah mempengaruhi makhluk yang baru belajar seperti Ming Zhu. Jika dibiarkan Ming Zhu mungkin akan berubah gelisah hingga pingsan, selanjutnya ia akan terjebak dalam mimpi buruk para penghuni lorong dimensi.Wang Mo Ryu melingkarkan tangannya ke punggung Ming Zhu, memastikan peliharannya tetap bisa berdiri dan tidak kehilangan seluruh kesadaran. Pendar-pendar hita

  • Bright Pearl   Chapter 46: Retakan Masa Lalu

    Yu Jian Hua sudah memikirkannya. Ia pernah merawat seekor burung yang terluka. Setelah sembuh, burung itu dilepaskan kembali ke alam. Bebas, untuk menemukan takdirnya sendiri. Lalu, apa bedanya dengan serigala kecil. "Apa aku akan tega merantaimu hingga selama ini?"Yu Jian Hua tersenyum getir. Agak menyedihkan ketika berpikir, "Aku memang bukan rumah baginya." "Tuan, Yu! Akhirnya saya menemukan Anda!" Ye Luo memberi hormat. Bukan Yu Jian Hua yang dibuat berpaling ketika itu, Sang Iblis Perempuan terperangah dengan sosok di belakangnya, "Sejak kapan…,"gagapnya. Sudah cukup lama sebenarnya, Yu Jian Hua berdiri sambil meratapi Mo Zhang Li dari jarak tiga meter di belakang. Mo Zhang Li yang terpejam, dengan kepala bersandar di tiang di tepi Tebing Awan, Yu Jian Hua enggan mengusiknya. "Sebentar lagi! Sampaikan kepada Yang Mulia aku akan segera menemuinya!" perintah Yu Jian Hua kepada Ye Luo. Ye Luo mohon diri setelah menerima perintah itu. "Kukira Tuan tidak akan mau menemui makhluk

  • Bright Pearl   Chapter 45: Laoshi! Apa pun yang Kau Katakan

    Ketika nada pertama diperdengarkan, dari senar yang bergetar, seperti terhipnotis, serigala putih berdiri dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Wang Mo Ryu. Ming Zhu mana tahu ia telah tidur selama lima jam dan sudah hampir senja saat itu. Yang ia tahu ia masih sangat mengantuk dan pangkuan gurunya adalah tempat ternyaman yang bisa ia dapatkan. Kali ini bukan guzheng, tapi gu qin. Suaranya terdengar dalam dan seperti diliputi kekhawatiran. Ming Zhu mungkin tidak pernah tahu, semua nada itu berasal dari bumi. Para manusia sudah lebih dulu memainkannya. Raja Zhian bilang,"Manusia itu banyak pengalaman dan mereka kaya akan perasaan," wajar ketika yang tercipta dari pikiran mereka adalah hal luar biasa seperti yang Wang Mo Ryu mainkan sekarang. Dua hari lagi dia harus kembali ke bumi untuk melanjutkan penyelidikan. Dan sekarang, Wang Mo Ryu berada di posisi sedang mempertimbangkan apakah Ming Zhu akan ikut dengannya atau tetap tinggal di Paviliun Ying Hua. "Tetap saja aku merasa khawat

  • Bright Pearl   Chapter 44: Terjatuh di Atas Adonan Roti

    "Bagus! Bagus!" riuh tepukan tangan hanya dari seorang Zhao Shen. "Huadan" sedang menari riang di atas teras Paviliun Ying Hua, sambil sesekali melapalkan dialog dengan suara yang biasa-biasa saja, tapi penuh ekspresi. Ming Zhu terlalu bosan untuk membaca buku atau berlatih ilmu. Jadi, di tengah hari itu, ia merias wajah dengan tepung dan pewarna makanan. Kemudian menjadikan Zhao Shen satu-satunya penonton pertunjukan. Zhao Shen selalu penasaran dengan pengalaman Ming Zhu dan caranya untuk bertahan sendiri di tempat yang asing. Dan Ming Zhu tidak kalah bersemangat untuk menjelaskan bahwa ada hal seperti "ini" di bumi. Namun, ketika Zhao Shen bertanya tentang, "Siapa yang mengajarimu?" raut muka Ming Zhu berubah. "Ada apa?" "Ah, tidak," Ming Zhu mencoba tersenyum lagi. Ia kembali menari sambil meyakinkan diri bahwa kejadian buruk di Forth Armor hanyalah mimpi. "Kakak Shim, Daiyu, semuanya… mereka akan baik-baik saja!" Ming Zhu menggunakan sedikit kekuatannya untuk menggerakan kelop

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status