Home / Romansa / Brittleness / 7. Sweet Seventeen

Share

7. Sweet Seventeen

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2021-05-13 21:14:18

Menjalani kehidupan bukanlah suatu yang mudah. Ada saja masalah atau persoalan hidup yang harus dihadapi, terlepas itu berat atau tidak setiap orang pernah mengalami sulitnya hidup. Hidup memang selalu membutuhkan semangat agar tidak mudah putus asa dan selalu optimis bahwa hari esok akan menjadi hari yang membahagiakan. Layaknya roda, kehidupan terus berputar, terkadang kita sering merasa masalah yang kita hadapi berat dan membuat kita berpikir bahwa masalah tersebut tidak akan berlalu. Namun, percayalah semua hal di dunia ini tidak ada yang permanen dan suatu saat akan berlalu termasuk masalah kita. Smangat hidup sangat dibutuhkan oleh semua orang, hal ini lantaran semangat akan membuat kita tak pernah berhenti berjuang untuk setiap kebaikan. Sebagai manusia kita juga harus selalu berpikir positif bahwa setiap masalah yang dihadapi merupakan cara agar kita bisa baik satu tingkat lebih baik. Namun, ada kalanya orang-orang terdekat juga bisa membuat kita kembali pada titik keterpurukan, atau bahkan bisa menghancurkan masa depan.

Kehidupan Evelyn berangsur semakin membaik. Dia kembali ceria seperti dulu. Usia Evelyn hampir genap 17 tahun, dia kembali bisa tertawa lepas, bercanda dengan teman-temannya. Tak hanya itu, prestasinya semakin naik. Evelyn yang sekarang telah bersekolah di Kingston Senior High School. Sedangkan Elying sudah bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang property. Amanda, sang Ibu pun naik jabatan di kantornya. Apalagi kedekatan Evelyn dan Nicholas semakin hari semakin membuat iri.

Namun, setiap masalah selalu silih datang bergantian. Masalah satu sudah selesai, kini datang lagi masalah baru. Sepertinya kehidupan Evelyn tak lepas dari masalah.

Pagi itu tepatnya di hari minggu. Hari yang dinanti telah tiba. Hari dimana Evelyn genap berusia 17 tahun. Sang Ibu, Amanda hanya memberikan  sebuah pesta kecil di rumah Nenek Pamela. Hanya teman-teman sekelas Eve yang di undang, termasuk beberapa teman dari kelas lain yang di undang, termasuk Nicholas James.

Amanda dan Flying memang sengaja menginap, agar besoknya mereka bisa memberikan kejutan tambahan untuk Evelyn.

Evelyn sendiri ternyata lupa kalau hari itu adalah hari ulang tahunnya. Dia mendapatkan suprise di tengah malam oleh Amanda, Elying, dan nenek Pamela. Evelyn begitu sangat bahagia dan terharu. Semenjak perpisahan kedua orang tuanya, baru kali ini Evelyn tampak merasakan arti sebuah kebersamaan.

"Happy Birthday, my honey Evelyn!" Amanda memeluk putri keduanya dengan penuh kasih.

"Terima kasih, Bu!" balas Evelyn.

"Selamat ulang tahun, adikku Evelyn," ucap Elying memberikan sebuah kotak kecil pada Evelyn.

"Kak Elying, terima kasih!"

"Nenek tidak bisa memberimu apa-apa. Nenek akan selalu mendoakan mu. Jangan merasa bosan, jika Nenek selalu memberikan nasihat untukmu," Nenek Pamela membelai rambut Evelyn.

"Nek, terima kasih. Aku tahu, aku banyak salah. Aku terlalu egois!" sahutnya menatap Ibunya, kakaknya, dan sang nenek di depannya.

"Semua ada prosesnya, Eve. Aku pun sama sepertimu, sedikit down dengan semua kejadian selama ini, tapi Ibu adalah semangatku!" Elying mendekap Evelyn.

"Ayo, tiup lilinnya. Untuk besok, Ibu akan mengadakan pesta kecil-kecilan untukmu," Amanda membawa sebuah kue ulang tahun mini yang sengaja dia buat sendiri.

"Be-besok? Tapi aku belum memberitahu teman-temanku, Bu!" 

"Tenang saja, kakakmu sudah menghandle nya," 

"Aku kemarin diam-diam ke sekolahmu, meminta tolong pada Sabrina, tapi hanya beberapa saja. Maaf!" jawab Elying.

"Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya ingin sweet seventeen ku menjadi kenang-kenangan yang bisa aku ingat, dan bisa berkumpul dengan keluarga serta teman-temanku, walaupun hanya sebuah pesta kecil."

Amanda tersenyum dan menangkup pipi Evelyn, "terkabul, kau akan merayakan besok."

"Sekarang tiup lilinnya dulu." Elying mendekatkan kue ulang tahun tepat di depan Evelyn.

"Jangan lupa, make a wish!" Amanda mengingatkannya.

Evelyn menyempurnakan posisi duduknya, lalu dia memejamkan matanya untuk meminta sebuah permintaan dihari ulang tahunnya. Tak lama setelah itu, Evelyn membuka matanya, dan segera meniup lima lilin kecil. Malam itu memang tidak ada nyanyian, hanya sebuah doa yang semua panjatkan untuk Evelyn.

 

__***__

 

Menjelang siang, rumah kediaman keluarga Pamela sangat ramai. Rumah itu berisi anak-anak sebaya dengan Evelyn. Rumah yang mempunyai taman yang sangat luas, serta ditumbuhi berbagai macam jenis bunga yang menambah warna-warni taman tersebut. 

Amanda membuat pesta terbuka di rumah Ibunya untuk Evelyn. Taman yang saat itu dipenuhi para remaja menambah ramai suasana siang itu. Matahari tak begitu terik saat itu, sedikit ada bumbu awan hitam yang menghiasi langit. Namun, tak menyurutkan semua para remaja untuk hanyut dalam pesta tersebut. Evelyn terlihat sangat bahagia, terutama ketika melihat kedatangan Nicholas.

Dress Code untuk acara party siang itu adalah white. Untuk anak perempuan memakai gaun warna putih, sedangkan untuk anak laki-laki kemeja warna putih dan celana jeans warna biru.

Evelyn terlihat sangat anggun dan cantik mengenakan dress code terusan, dipadu dengan bandana warna biru di rambut menambah kecantikan alami Evelyn makin terpancar. Nicholas yang datang sendirian dengan setangkai bunga mawar di tangannya tersenyum ketika melihat Evelyn. Nicholas terlihat sangat tampan mengenakan kemeja putih panjang dengan menekuk kedua lengannya sebatas siku. Dipadu dengan celana jeans biru dan sepatu kets putih. 

Nicholas melangkah berjalan menuju tempat Evelyn berdiri. Semua mata tertuju pada Nicholas yang saat itu berjalan dengan kalemnya mendekati Evelyn. Nicholas berdiri tepat dihadapan Evelyn, sebuah senyuman dengan lesung pipi terlihat menghiasi wajahnya yang tampan.

"Happy Birthday, Eve. Wish you all the best and may your love and dreams be achieved!" Nicholas mengulurkan tangannya, memberikan setangkai bunga mawar warna merah dan sebuah kotak kecil pada Evelyn.

"Ah ... terima kasih, Nicky!" balasnya dengan menerima uluran tangan dari Nicholas. Evelyn mencium bunga mawar yang berbau harum. 

Kedua manik mata tersebut saling pandang untuk beberapa saat, sebelum dibuyarkan oleh suara Amanda.

"Acara akan segera dimulai!" teriak Amanda, sesaat menatap Evelyn. "Kemari sayang. Kau harus segera meniup lilinnya."

Evelyn melangkah pergi meninggalkan Nicholas, menghampiri sang Ibu yang berdiri di sebuah kue dengan ukuran yang lumayan besar. Sesaat setelah itu terdengar sebuah nyanyian yang dinyanyikan oleh semua undangan yang datang. 

Binar bahagia tampak terpancar di wajah Evelyn. Untuk kedua kalinya, Evelyn mengucapkan make a wish. Entah apa yang diucapkan Evelyn, tapi Amanda menangkap kebahagiaan ketika melihat Evelyn memejamkan matanya untuk mengucap wish.

Setelah acara tiup lilin selesai, kue ulang tahun yang berukuran besar dipotong-potong oleh Evelyn, dan dia bagikan pada teman-temannya yang datang. Namun, sebelumnya potongan pertama, Evelyn menyerahkan pada Ibunya. Sedangkan potongan kedua, Evelyn menyerahkan pada neneknya, setelah itu kakaknya. 

"Ini untukmu," Evelyn mendekati Nicholas yang berdiri tak jauh meja.

"Terima kasih. Kau tidak makan?" tanya Nicholas saat menikmati potongan kue ulang tahun.

"Aku masih kenyang," jawab Evelyn. Terdiam sesaat, lalu melangkah, dan duduk di sebuah kursi kayu dekat meja. Menyusul Nicholas duduk di sebelahnya.

"Terima kasih, kau sudah mau datang ke pesta ini," sambung Evelyn. Nicholas tersenyum menatap Evelyn. 

Keduanya pun terlihat sangat asyik mengobrol. Hal itu diperhatikan oleh Amanda yang sedari tadi memperhatikan Evelyn dan Nicholas.

"Sepertinya Eve sangat bahagia, Bu. Sangat terlihat jelas dari wajahnya," Elying mendekati Ibunya.

"Dia sudah tumbuh dewasa, tapi—apa ibu harus memberitahukannya sekarang?" Amanda menatap Elying.

"Kalau saranku jangan sekarang, Bu. Ibu 'kan tahu, Evelyn seperti apa. Apalagi sekarang adalah hari bahagianya, Ibu jangan merusaknya. Ibu bisa mengungkapkan keinginan Ibu itu setelah pesta ini saja," saran Elying. Amanda tersenyum menatap Elying.

"Kau benar-benar sudah dewasa, El!"

"Aku dewasa karena hidup yang aku jalani, banyaknya rasa pahit yang aku rasa. Semua ujian hidupku membuatku kuat," Elying mendongak menatap langit yang masih dihiasi awan hitam.

"Ibu minta maaf, El!" Amanda terlihat masih merasa bersalah pada kedua anaknya tersebut. Terlebih-lebih pada Evelyn.

"Ibu pasti tahu, kapan waktu yang tepat untuk memberitahu Evelyn. Apa nenek juga sudah mengetahuinya?" Elying menatap Amanda. 

"Aku akan bicarakan nanti," ujar Amanda.

Amanda dan Elying masih terus memperhatikan Evelyn dan Nicholas. Baru kali ini, Evelyn tertawa lepas dan terlihat sangat bahagia.

"Bu, apa Ayah akan datang kesini?" tanya Elying. Amanda menoleh menatap putrinya itu, dia menghela napas kasar.

"Ibu sudah meninggalkan pesan pada Ayahmu, tapi Ibu tidak tahu apakah Ayahmu akan datang kesini," jelas Amanda.

"Kalaupun Ayah datang, apakah Evelyn mau menerima kedatangannya?" sahut Elying.

"Sepertinya Eve akan menolaknya. Ibu tahu kalau Eve sangat membenci Ayahnya sendiri!" kembali Amanda menghela napas.

Sorot mata Amanda masih menatap putri kecilnya yang kini telah genap 17 tahun. Dia tidak tega, jika harus melihat Evelyn terpuruk lagi. Setiap mental seseorang berbeda-beda, dan Evelyn adalah salah satu anak yang mentalnya cepat down. Itulah yang sekarang sedang Amanda pikirkan. Wanita itu terlihat frustasi, tapi dia mencoba untuk menutupinya. Sedangkan Elying, dia tahu jelas keadaan Ibunya seperti apa. Sama halnya dengan Evelyn, di luar terlihat baik-baik, akan tetapi di dalam terlihat sangat rapuh.

Evelyn masih merasa nyaman ngobrol dengan Nicholas, sedangkan teman-teman yang lainnya juga terlihat sibuk sendiri-sendiri. Alice dan Sabrina, sahabat dekat Evelyn merasa sangat dicueki. Mereka berdua tampak iri, tapi keduanya justru sangat senang bisa melihat Evelyn kembali tersenyum.

"Mereka berdua sangat cocok!" ungkap Alice.

"Tapi aku iri dan cemburu," ujar Sabrina sambil tertawa.

"Aku senang bisa melihatnya kembali tersenyum ceria," tutur Alice menatap Evelyn dari kejauhan.

Kembali ke dua insan yang sedang berada dalam fase pendekatan. Nicholas memberikan sebuah kado kecil untuk Evelyn. Sebuah bungkusan yang sangat manis dan mungil berada dalam genggaman tangan Nicholas.

Nicholas tampak berbasa-basi ketika menyobrol dengan Evelyn. Berkali-kali Evelyn memberikan seulas senyuman manis untuk anak laki-laki itu. Sungguh pemandangan yang membuat kaum hawa merasa iri pada Evelyn dan Nicholas.

"Ini!" sapa Nicholas singkat. Memberikan sebuah bungkusan kecil untuk Evelyn.

"Apa ini?" tanya Evelyn.

"Dariku!" jawab Nicky singkat.

"Apa aku boleh membuka kado darimu sekarang?" Evelyn menatap Nicholas.

"Jangaaan—jangan sekarang. Nanti saja, tapi kau harus memakainya. Itu wajib!" kata Nicholas.

"Memang isinya apa?" tanya Evelyn.

"Secret. Kalau aku memberitahu apa isinya, itu namanya bukan surprise. Nanti kau akan mengetahuinya," balas Nicky.

"Tapi aku benar-benar penasaran dengan isinya." Evelyn mengangkat bungkusan kecil tersebut.

"Kau ini kenapa sih?!" 

"Memangnya kenapa?" 

"Barang kecil jangan diterawang-terawang begitu!" 

"Barang kecil ini sudah menjadi milikku, jadi itu sudah menjadi hak ku, dan terserah aku dong," goda Evelyn.

"Kalau kau penasaran ya sudah buka saja langsung gift dariku itu!" 

"Jadi boleh nih aku buka sekarang?" Evelyn menatap Nicholas yang masih diam. 

"Kalau kau diam terus dan tidak menjawab itu tandanya kau setuju!" lanjut Evelyn membuat Nicholas semakin geram. Pasalnya Nicky memang tidak membawa gift seperti teman-teman Evelyn yang lain.

Gift dari Nicky terbilang sangat kecil dan mungil, lebih besar tangan Nicky dari pada gift itu sendiri. Evelyn akhirnya menghargai Nicky, dia kemudian menyimpan gift tersebut dan membukanya nanti. Keduanya kembali lagi bercanda.

Kedekatan antara Evelyn dan Nicholas ternyata membuat seseorang benci pada Evelyn. Ya, seseorang itu ada di antara anak-anak yang datang di acara pesta ulang tahun Evelyn. Dia tampak mengumpulkan kedua tangannya, seperti menyimpan dendam kesumat pada Evelyn.

Siapa dia? Akankan ada sesuatu yang terselubung? Apakah Ayah kandung Evelyn akan datang di acara pesta ulang tahunnya?

To be continue

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Brittleness   40. London (END)

    Setelah setahun Evelyn bergelut di dunia kumbangan hitam. Biaya hidupnya pun terpenuhi secara financial. Bahkan dia sampai lupa dengan orang-orang terdekatnya dan dia pun selalu beralasan jika ibunya akan berkunjung untuk menemuinya. Saat Evelyn menunggu pelanggannya justru dia malah dikejutkan dengan kedatangan sang ayah. Pria itu berdiri di depan Evelyn dan memanggilnya. Evelyn sempat senang dan lega karena jemputannya sudah datang setelah 30 menit dia menunggu. Namun, kejutan yang dia dapat malam itu. "Ayah!" Evelyn berdiri dan terkejut. Begitu pula dengan Anthony. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Anthony. "Aku sedang menunggu seseorang. Ayah sendiri kenapa ada di sini?" Evelyn bertanya balik pada Anthony. "Ayah ke sini untuk menjemput seseorang," jawabnya. Mendengar itu, Evelyn mengerutkan alis dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Pikir

  • Brittleness   39. Hancur

    "Kau mau ini, Eve?" Irene mengangkat bungkusan."Kembalikan itu!" teriak Evelyn."Kenapa?" tanya Irene. "Kau mau memberikan ini pada Ronan?" kata Irene memancing. Evelyn menatap kaget pada Irene. Dia mengerutkan kedua alisnya. "Kenapa reaksimu seperti itu? Apa kau terkejut mendengarnya? Apa kau kaget kenapa aku menyebut nama Ronan?" Kau pasti penasaran, kan?"Evelyn segera membayar Mulata tersebut dan tanpa aba-aba Evelyn menarik tangan Irene kasar."Wow ... wow, kenapa kau menarik tanganku dengan kasar?" Irene tertawa.Evelyn menarik Irene dan melepaskan tangan itu di sebuah gang kecil yang sepi. Tanpa ekspresi Evelyn menatap sengit pada Irene."Santai dong, Eve. Kenapa kau menatapku dengan tatapan sengit?""Kau——""Ah, kau ingin tahu dari mana aku mengenal Ronan?" Irene melangkah mendekati Irene dan memasukkan bungkus

  • Brittleness   38. Prasangka

    Sudah jelas dan sudah dipastikan jika Christine akan malu bertemu dengan Nicholas. Ya, Christine memang belum mengungkapkan perasaannya, akan tetapi Nicholas sudah lebih dulu menjelaskannya bahkan kata-kata itu tajam dan menusuk ke hati Christine.Sempat kesal, tapi Christine mulai sadar bahwa apa yang dia lakukan memang salah. Christine teringat akan kata-kata Nicholas.Flashback on,"Aku membawamu kemarin karena aku ingin membuka matamu, bahwa apa yang kau lakukan salah. Kau menjadikan dirimu sendiri sebagai bahan taruhan? Kenapa aku menyetujuinya?" Nicholas berdecak heran dengan apa yang dia tahu.Christine sendiri juga terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar dari Nicholas. Christine bingung dari mana Nicholas bisa mengetahui akan hal itu.Christine hanya diam membisu, dia menunduk dan tidak mampu menatap Nicholas. Malu, kesal, dan marah. Mungkin itu yang cocok dan sedang dirasakan oleh Christine."Coba kau pikir

  • Brittleness   37. Baper

    Melihat tatapan Nicky yang begitu dalam dari kejauhan, Christine mengira jika Nicky mulai menyukainya. Christine terbawa oleh perasaan sendiri dan membuatnya semakin percaya diri jika dia bisa menaklukkan hati Nicholas.Diam-diam Christine selalu mencuri-curi pandang saat dia sedang menikmati makan siangnya. Hal itu terus berlanjut hingga tiga hari.Nicky juga kadang menatap Christine dari tempat duduknya. Tatapannya tetap dingin, datar, dan tanpa ekspresi. Akan tetapi tidak merubah visual ketampanan wajahnya. Semakin Nicky terlihat cuek, wajah tampannya semakin bersinar."Apa kau menyukainya?" Deren menepuk bahu Nicky. Pemuda itu menoleh dan tersenyum miring. "Gadis itu bernama Christine. Dia jurusan bahasa setahuku dan dia adalah idola di kampus ini. Sama sepertimu." Deren tertawa.Nicky menghela napas panjang dan mengambil brokoli dengan menggunakan garpu."Kalau kau ingin mengenalnya lebih dekat. Aku bisa membantumu. Lagi pula sudah banyak gadi

  • Brittleness   36. Bahan Taruhan

    Nicholas melangkahkan kakinya di koridor kampus. Tiba-tiba seorang gadis cantik berlari dan menghampiri Nicky. Dia memberikan sebuah kado dan langsung pergi begitu saja.Pesona Nicky semakin hari tidak perlu diragukan lagi. Dia benar-benar menjadi idola di kampusnya. Nicky menerima kado itu dan membukanya. Di dalam bungkusan kado itu ada coklat dan secarik kertas bertuliskan 'I like you. Will be my boyfriend?'.Nicky kembali menutup bungkusan kado itu dan melangkah ke kerumunan anak laki-laki yang sedang duduk di kursi. Nicky pun ikut bergabung dan memberikan bungkusan itu kepada mereka."Ada yang mau coklat?" ucap Nicky.Sontak semuanya menjawab dengan jawaban yang sama dan mereka memakai coklat itu sampai habis."Wah, ada yang mengutarakan isi hatinya lagi padamu?" tanya Angger dengan membaca tulisan di kertas tersebut."Siapa?" ucap yang lain dengan rasa penasaran. Nicky

  • Brittleness   35. Six Months Later

    Enam bulan telah berlalu. Semua berjalan seperti bagaimana mestinya dan Evelyn pun sudah mendekati jenjang terakhir. Bahkan dia sendiri lupa akan Nicholas karena tempat Nicky sudah diisi oleh Ronan.Eve pun memilih untuk tinggal seorang diri dengan menyewa sebuah kamar dengan ukuran kecil. Alasan Eve untuk keluar dari rumah adalah fokus dalam hasil akhir, tapi sebenarnya bukanlah itu.Ada alasan lain yang tidak bisa Evelyn katakan pada siapapun. Keras kepala Evelyn untuk kali ini tidak bisa ditentang oleh Nenek, Ibu, dan juga Kakaknya. Pernah Ibunya menentang Evelyn hingga menampar pipi gadis itu dan membuat Evelyn kabur dari rumah selama satu minggu.Satu minggu itu pula Ibu dan Kakaknya mencari Evelyn kemana-mana. Pada akhirnya Evelyn kembali ke rumah karena bujukan dari Ronan dan ternyata selama kabur itupun Evelyn tinggal di rumah Ronan. Setelah kejadian itu Evelyn memutuskan hidup sendiri.Tak hanya itu saja, h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status