Seluruh siswa-siswi SMA Citra, kini dihebohkan dengan pernyataan cinta yang keluar dari salah seorang siswi yang bergabung dalam tim pemandu sorak. Siapa yang menyangka jika gadis cantik yang jadi incaran para pria di sekolah itu menyukai seorang siswa yang memiliki julukan sebagai siswa pembuat onar.
Bahkan Yandi yang mendengar pernyataan itu secara langsung masih terus bertanya-tanya pada dirinya. Ia berusaha untuk mencerna semua perkataan gadis itu perlahan-lahan. Namun masih terasa tak nyata bagi dirinya.
Apakah pendengarnya yang sedang mengalami gangguan? Atau dirinyalah yang sedang berhalusinasi? Atau apakah pernyataan gadis itu hanya sekedar caranya untuk melepaskan diri dari Reza? Begitu banyak pertanyaan terlintas di kepala remaja pria itu. Sampai-sampai membuat dirinya kehilangan fokus saat mengikuti pelajaran.
Kehebohan di SMA Citra kini berlanjut saat jam istirahat tiba. Kehadiran siswi populer itu di ruang kelas dua belas MIA 1(Mat
Kring... kring... Bel tanda pulang telah berbunyi. Semua pembelajaran pun diberhentikan setelah mendengar bunyi tersebut. “Eh... Yan, lo ikut gue ke rumah teman gue dong,” ujar Andre mengajak Yandi untuk mengunjungi temannya bersama-sama. Sesaat setelah bel tanda pulang dibunyikan, Andre telah mengajak Doni, Agus, Rino, dan Andi untuk menjenguk temannya yang sedang sakit, sekaligus memperkenalkannya pada mereka sesuai janjinya. Ia juga telah mengajak Yandi, namun ia tak juga memberi jawab hingga mereka berada di luar kelas. “Eh... sorry, gue gak bisa ikut. Soalnya...” Entah mengapa pria itu tak mampu mengungkapkan alasan dirinya menolak ajakan itu. Jantungnya berdetak lebih cepat dan wajahnya mulai memanas. Ia sendiri tak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya. “Soalnya apa? Lo mau ke mana? Ada urusan apa? Kenapa jadi gak bisa ngomong gitu?” ujar Rino memberikan pertanyaan yang tiada hentinya. “Satu-satu kali! Lo kayak mau interogasi gue
Setelah pulang sekolah, kelima teman Yandi berangkat menunu sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari rumah Andre. Sesuai kesepakatan di antara mereka, kelima siswa itu akan mengunjungi salah satu teman Andre, yang pernah memberi bantuan pada Yandi.Kedatangan kelima siswa itu pun diterima baik oleh tuan rumah. Mereka dipersilahkan masuk dan dihidangkan segelas teh hangat untuk setiap orangnya, dan dilengkapi dengan pisang goreng yang masih panas.Setibanya mereka di rumah itu, Andre segera memperkenalkan keempat temannya kepada temannya itu. “Nah, lo semua kenalin nih. Namanya Reina, dia siswa yang waktu itu gue cerita ke lo pada,” ujar Andre memperkenalkan Reina putri bi Ami pada Andi, Dino, Rina, dan Agus.“Oh... jadi lo yang waktu itu kasih buku buat Yandi?” tanya Rino memastikan.“Iya, itu gue,” jawab Reina tersenyum tipis.“Waktu lo ngasih buku itu, lo tahu gak kalau buku itu buat Yandi?” tanya A
Hari ini adalah hari yang cukup mendebarkan bagi Yandi. Pikirannya masih saja dipenuhi dengan sosok gadis yang telah menyatakan perasaan padanya. Gadis berkulit putih, berambut hitam panjang dan bermata bulat, itu adalah sosok yang kini terus terbayang di kepala Yandi. Ia terus saja tersenyum tipis ketika mengingat wajah gadis itu. Meskipun begitu, hingga kini Yandi masih belum mengetahui kebenaran tentang Rein. Remaja pria itu tak mengetahui jika gadis yang bersamanya saat ini bukanlah putri dari asisten rumah tangganya. Ia tak mengetahui bahwa Reina yang kini sedang terbayang di kepalanya adalah Reina sahabat putri bi Ami. Rasa penasaran Yandi pada Reina semakin menjadi-jadi. Ia yang begitu penasaran segera mencari bi Ami dan meminta wanita itu untuk menceritakan semua hal tentang putri semata wayangnya itu. Wanita itu pun menuruti semua keinginan tuan mudanya dan menceritakan semua hal tentang anaknya. Mulai dari kebiasaan, makanan kesukaan, minuman kesuka
Setelah puas menceritakan semua hal yang mampu membuat hati seorang anggota cheerleaders SMA Citra berbunga-bunga, Rein segera berpamitan dan meninggalkan sahabatnya dengan segudang pertanyaan di kepalanya. Reina terus saja mempertanyakan sosok asli seorang anak majikan bundanya. “Apa dia benaran Yandi yang gue kenal, ya? Apa mereka tuh sebenarnya satu orang, jadi anak majikan bunda gue itu Yandi?” Reina terus saja memikirkan sosok pria yang pernah mengiriminya sebuah surat. Sambil memijat pelan kepalanya, gadis itu mencoba untuk mengingat semua sikap Yandi yang diketahuinya selama ini.Reina juga terus membayangkan bagaimana situasi saat Yandi mendapatkan pernyataan cita dari seorang siswi. Ia sangat penasaran pada reaksi yang akan diberikan oleh Yandi setelah mendapat pernyataan cinta dari siswi tersebut.Berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakannya, ia merasa Yandi bukanlah orang yang mudah berteman dengan siswa-siswi di sekolah. Apalagi jika ada siswi
Gosip tentang hubungan Yandi dan Rein kini semakin memanas. Meski kejadian di mana siswi itu menyatakan perasaannya telah lewat seminggu lamanya, namun gosip ini tak kunjung mendingin dan berlalu. Malahan gosip ini semakin panas dan terus saja dibicarakan oleh para siswa-siswi SMA Citra.Gosip yang telah beredar sejak seminggu yang lalu ini, membuat Reina merasa semakin tak bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mata gadis itu terlihat seolah-olah sedang memperhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan di depan kelas. Namun, kenyataannya ia sama sekali tak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. “Apa mereka udah pacaran, ya? Masa sih? Tapi... itu kan bukan urusan gue. Lagian gue kan cuman kagum doang, bukan suka sama Yandi. Kenapa gue harus ke pikiran banget coba? Emangnya gue siapanya Yandi? Kan gue bukan siapa-siapanyq dia.” Gadis itu membatin tak mengerti dengan dirinya. Ia merasa dirinya tak perlu terlalu memikirkan soal gosip yang sed
“Aah....” Suara teriakan Rein terdengar ke seluruh penjuru rumah. Teriakan gadis itu pun membuat kedua orang tuanya menghampirinya dengan terburu-buru.Teriakan gadis itu membuat kedua orang tuanya sangat terkejut. Begitu kedua orang tua gadis itu memasuki kamarnya, mereka terkejut melihat kamar putrinya yang sangat berantakan bak kapal pecah. Mulai dari sepatu, tas hingga pakaian putri mereka tercecer di berbagai sudut kamar gadis itu.Kedua orang tua Rein yang belum melihat dirinya pun menjadi panik, dan berpikir jika putri mereka telah diculik. “Reina...” teriak mami dan papi Reina bersamaan, namun tak ada jawab dari putri mereka.Hingga beberapa saat terdengar suatu suara dari kamar mandi. “Bentar...” Suara itu begitu terdengar sangat familier di telinga sepasang suami istri itu. Dan ketika pintu kamar mandi dibuka, dilihat kedua pasangan itu sosok yang sedang dicari mereka keluar dari dalam ruangan itu.
Memiliki seorang kekasih adalah hal yang luar biasa bagi seorang remaja pria yang kini berusia tujuh belas tahun. Yandi yang tak pernah memiliki hubungan istimewa dengan seorang gadis membuatnya merasa sangat bahagia. Remaja itu bahkan selalu menuruti apa pun permintaan sang pujaan hati.Tak hanya Yandi yang merasa begitu bahagia. Rein yang sebelumnya pernah menjalin hubungan istimewa dengan beberapa teman prianya, juga merasakan apa yang dirasakan Yandi. Perasaannya saat menjadi kekasih Yandi, terasa begitu berbeda saat dirinya menjadi kekasih pria lain.Tak seperti para mantan kekasihnya, Rein yang tak pernah dimanjakan oleh mereka dengan menuruti semua keinginannya. Justru Yandi selalu memanjakannya. Remaja pria itu selalu menuruti apa pun permintaan dari gadis cantik itu. Sekalipun tak pernah Yandi mengeluarkan kata-kata penolakan dari mulutnya saat kekasihnya meminta apa pun itu.Kebahagiaan besar ini tentu saja harus dibagikan pada sahabat setia. Meskipun
Kebahagiaan di hati Rein kini sedang meluap. Meski ini bukanlah pertama kalinya ia menjalin sebuah hubungan, namun ia tetap saja bertingkah layaknya seperti seseorang yang baru pernah mengalami hal itu.“Reinaaa...”Rein yang terus-menerus meneriaki nama sahabatnya, membuat gadis itu kebingungan. Rein terus saja meneriaki nama gadis itu sambil memeluknya dan tersenyum sendiri, membuat gadis itu terheran-heran dengan tingkah sahabatnya. “Apaan sih? Perasaan dari tadi lo teriak mulu! Lo sakit?” ujar Reina yang tak mengerti dengan tingkah sahabatnya.“Ish... Reina... sembarangan aja lo, gue gak sakit,” ujar Rein cemberut“Sorry... habisnya lo teriakin nama gue mulu. Udah gitu meluk gue sambil senyum-senyum sendiri lagi. Kan gue jadi mikirnya... lo gak waras,” ujar Reina mengecilkan suaranya saat mengatakan sahabatnya tak waras. Wajah Rein pun semakin cemberut sedangkan Reina tertawa puas melihat reaksi sa