Siapa lagi nih?
Viki resmi menjadi seorang suami dengan istri yang tak diinginkan, tapi seperti janjinya dia tidak akan tinggal bersama Elsa. Kembali ke rumah orangtuanya dan segera menghubungi Arum. Wanita itu sebenarnya sudah sangat enggan menanggapi. Bahkan di hari yang harusnya menjadi malam pertama antara Viki dan Elsa, pria itu justru memilih menelponnya. Sama seperti kali ini ketika Viki mulai menelpon lagi. Arum sudah sebisa mungkin menghindar, tapi lama kelamaan pesan dan telpon itu menjadi sangat mengganggu. "Astaga. Mau apa lagi sih cowok ini?" entah sudah telepon yang keberapa sore itu. Arum akhirnya mengangkat panggilan video dari mantan brondong toxicnya itu sebelum dia tidur. Dia harus mencari alasan agar tidak perlu berlama-lama bicara dengannya. "Ada apa sih?" tanya Arum akhirnya mengangkat telepon itu. "Ya aku pengen ngobrol sama kamu, Arum!" jawab Viki santai. "Kamu itu suami orang Viki sekarang. Hargain sedikit aja lah istri kamu itu!" Arum bersikeras. "Ya justru itu aku telp
Arum sudah protes ke Rizki karena memberikan nomornya tanpa ijin ke Awan. Pria yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri itu justru tertawa terbahak saat dia mengatakan bahwa Awan menyatakan cinta padanya. Rizki justru berpesan agar dirinya harus menjaga perasaan Awan dengan baik karena menurutnya pria itu baik dan juga terlalu polos. Arum kesal juga, padahal posisinya saat ini Awan lah yang sudah memiliki istri dan anak, kenapa dia yang harus menjaga hati? Setelah perkenalan mereka, Awan akhirnya mengajak Arum bertemu untuk kedua kalinya. Awan sebenarnya ingin menjemput di kantor, tapi dengan 1001 alasan Arum berhasil meyakinkannya untuk langsung bertemu di sebuah kafe di dekat kantor Arum. Jadi disinilah mereka sore itu duduk berhadapan di lantai dua sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Jujur saja kalau urusan penampilan, dibandingkan dengan Viki, Awan bisa terbilang sangat ketinggalan jaman. Jaketnya terlihat sudah lama bahkan warnanya memudar sedangkan sepatunya hampir tidak bi
Belum sempat Arum menuntaskan melihat semua status W******p orang lain, sebuah panggilan video masuk. Arum hanya memutar bola matanya malas dan seketika moodnya memburuk. Belum sempat dirinya bicara, sebuah suara sudah terdengar emosi di seberang. Siapa lagi kalau bukan si brondong toxic, Viki. "Kamu lagi online tapi kenapa chat aku enggak dibales?" tanya Viki dengan penuh tanya curiga. "Ya aku emang belum bales. Aku habis mandi terus liatin W* story orang-orang," Arum menjawab dengan tak kalah ketus. "Enggak usah bohong kamu sama aku! Dari tadi juga bales chat lama banget. Lagi chat sama siapa?" tanya Viki menuduh tak berdasar. "Apaan sih gak jelas kamu tuh! Kalo vidcal cuman mau marah-marah aku tutup aja telepon ini!" ancam Arum akhirnya. "Hmh… ya udah enggak enggak…. Aku tuh cuman kangen sama kamu, Ay. Kamu tadi tumben-tumbenan pake lembur segala. Padahal aku pengen pulang bareng. Aku jadi pulang sendiri," responnya tiba-tiba lunak. "Ya namanya juga kerja! Kaya enggak tau aja
Saat akhirnya mereka pulang dari rumah Rizki, Awan sesekali melirik ke arah wanita yang terlihat sedikit mengantuk di sisinya. Pria itu sesekali mlipat bibirnya sendiri ke dalam karena ragu dengan apa yang ingin dia katakan. Akhirnya memberanikan diri untuk bertanya mengenai ‘pilihan’ yang Rizki sebutkan tadi. Dia tak bisa menahan diri dan ingin mendengar apa kata wanita itu. “Jadi sebenernya siapa sih nama mantan kamu yang Rizki ungkit-ungkit tadi? Dan masalah kamu sama dia itu apa sebenernya?” Awan penasaran juga. Arum tidak langsung menjawab. Justru sesekali melirik ke arah jalanan padat di sisi kirinya. Dia saja tidak pernah bercerita mengenai Viki pada orang lain, ya kecuali mungkin dua atau tiga orang, tapi kini Awan bertanya. “Aku enggak akan maksa kalau kamu enggak mau cerita. Cuman aku mau bilang aja kalo selama ini aku udah jujur banget sama kamu loh, Arum,” Awan sedikit mengingatkan. “Ok aku bakalan cerita... Cerita yang bakalan panjang dan melelahkan banget kayanya.” Ar
Hubungan cinta segiempat itu memang masih berlanjut antara Arum, Viki, Awan, dan Elsa. Tak ada yang pasti dalam kisah kasih mereka. Satu-satunya hal yang pasti bahwa adalah perasaan cinta itu memberi luka pada hati masing-masing. Arum yang seolah harus memilih antara dua pilihan padahal sama sekali tak ada pilihan untuknya. Viki yang terus mendamba Arum yang terdorong makin jauh. Awan yang mendamba Arum hingga lupa pada sosok istri yang dia miliki. Elsa yang tak kunjung mendapat pengakuan dari Viki bahkan hingga prosesi melahirkan semakin dekat. Selama masa kehamilan Elsa, dia masih setia tinggal di tempat kosnya yang dulu sendirian. Semenjak perutnya semakin besar, dia otomatis tidak lagi bisa bekerja. Sementara waktu, dia bergantung pada uang pemberian Viki. Tentu saja itu juga dari hasil bujuk rayu orang tua Viki yang juga ikut memberi walau tak banyak, tentu saja untuk bayi yang dikandungnya. Di lain sisi dia selalu berusaha membuat Viki jatuh cinta padanya namun nihil hasilnya. B
Hingga sore hari saat Elsa tidak sanggup lagi menahan sakit di perutnya, akhirnya didampingi Intan dan Rani pergi ke klinik. Di mobil pun Elsa kembali menghubungi Viki untuk mengatakan bahwa dia sedang perjalanan ke klinik untuk melahirkan. Dirinya juga tidak lupa menelpon orangtuanya di kampung dan memberi kabar kalau dia akan melahirkan. Orang tua Elsa menangis haru berbalut kesedihan di seberang sana memberi doa untuk kekuatan sang anak dan berjanji akan segera datang berkunjung. “Nanti kalo lu lahiran, emang udah paling bener lu tinggalin cowok itu. Suami apaan sampe istrinya mau ngelahirin enggak ada peduli-pedulinya sama sekali!” Rani yang memang asli Jakarta itu berkomentar. “Sorry ya, Ran. Aku jadi ngrepotin kamu,” Elsa yang duduk di kursi samping supir berkomentar. “No! Bukan masalah ngrepotin ato enggak. Gua ikhlas anterin lu sekarang. Masalahnya lu jelas bisa cari cowok yang jauh lebih baik daripada dia. Sayang sama lu dan ngehargain lu,” Rani menjelaskan dari belakang se
Sepeninggalan keluarga Viki yang sempat bersalaman dengan orangtuanya juga di depan. Basa-basi bahwa karena mereka sudah melakukan perjalanan jauh maka orang tua Viki akan diantar dulu untuk istirahat. Bapak Ibu Elsa kembali menemani sang putri dan cucu yang masih terlelap. Sebenarnya melihat canggungnya komunikasi Elsa dengan keluarga suaminya, mereka yakin ada yang tak beres dengan itu. Mau tak mau sang ibu harus bertanya. “Gimana tadi, Nak?” tanya sang ibu. Elsa bingung sebenarnya bagaimana caranya untuk menceritakan semua kepada kedua orangtuanya agar mereka tak teralu bersedih hati. Mengenai anak yang akan segera diasuh oleh orang tua Viki, atau mengenai perceraiannya yang semakin dekat. “Sebenernya gini, Bu, Pak. Hm… rumah tangga aku sama Viki emang enggak baik-baik aja. Kita banyak selisih paham dan enggak cocok. Aku kasian sama Fada kalau liat orangtuanya bertengkar terus. Makanya selama ini kita sebenernya juga udah tinggal terpisah. Viki sibuk kerja dan aku juga harus sece
Keesokan harinya saat seluruh tim HRD sedang akan mengadakan rapat internal. Mereka sudah berada di dalam ruang rapat sedangkan Pak Yos belum memasuki ruangan. Waktu jeda itu digunakan lagi dan lagi oleh tim yang sudah berkumpul untuk bergosip ria. Asti, Lili, Uli, Arum, Rizki, dan Tri tentu saja. "Kamu udah denger gosip terbaru yang bilang kalo anak baru itu si Prasti di marketing ternyata istri kedua Pak Eko?" Lili memulai gosip panasnya siang ini. "Astaga mulai deh, Lili!" Uli merespon. "Hahaha. Ya gimana ini kabar ter up to date loh!” Lili begitu menggebu bahkan mungkin matanya hampir keluar dari kepalanya. "Denger sih, tapi masih yakin enggak yakin," jawab Arum saat itu. "Ya aku juga denger siih, tapi..." Uli tidak melanjutkan ucapannya. "Ya sebenernya enggak masalah sih mau bener juga. Kan udah istri berarti udah nikah kan udah halal?" Asti bertanya. "Ah gimana sih, Ti kamu ini. Ya banyak masalahnya dong. Pertama, kita semua tahu kan Pak Eko tuh ISTI. Ikatan suami takut is