Share

Pria Aneh

Arletta benar-benar bingung dengan pria di depannya. Melihat Arletta benar-benar sudah melupakan dirinya, pria tampan itu berjalan mendekat dan menunduk ke arah Arletta yang masih belum sepenuhnya sadar.

"Kau harus ingat, saat kau di bawah pengaruh obat perangsang waktu itu, kau mengambil keuntungan dariku dan mengambil keperjakaan milikku. Kau juga meninggalkan aku setelah paginya kau terbangun." Pria tampan itu bergerak semakin dekat membuat Arletta benar-benar tidak berkutik.

"Apa yang kau mau? Aku juga menderita kehilangan saat itu," keluh Arletta dengan wajah menyedihkan.

Arletta akhirnya ingat, saat itu setelah bangun dan waktunya sangat mendesak dengan kedatangan kedua kembarannya. Arletta pergi meninggalkan pria yang menjadi penolongnya malam itu.

"Kau tahu, aku belum pernah disentuh oleh siapapun sampai saat kau mengambil keuntungan dariku. Aku juga sudah kehilangan banyak dan berusaha mencarimu dan sekarang setelah kita bertemu, kau mau kabur atau lari lagi dari tanggung jawabmu?" Pria itu melipat tangannya di dada sembari menatap tajam Arletta.

"Kau butuh uang?" Arletta bertahan dengan wajah polos membuat pria tampan di depannya memutar mata.

"Aku ingin tubuhmu sebagai ganti rugi. Aku juga akan tinggal denganmu mulai sekarang, kau tidak perlu takut! Aku bisa memasak dan membersihkan rumah jadi kau tidak perlu repot-repot membersihkan rumah dan perutmu lagi." Pria tampan itu tersenyum kecil.

"Astaga, apakah benar-benar ada laki-laki yang mau mengerjakan pekerjaan rumah?" Arletta bertanya dengan lirih.

"Selain itu apalagi yang kau inginkan?" tanya Arletta sembari mengangkat kepala. Entah bagaimana Arletta merasa pria di depannya tidak berbahaya sama sekali.

"Kau tidak boleh berdekatan dengan pria lain, kontak fisik dengan pria lain. Dan yang lebih penting kau tidak boleh memiliki hubungan apapun dengan pria lain." Satu-persatu pria itu mengucapkan kata-kata lantang yang terlihat seperti ancaman.

"Baiklah," angguk Arletta dengan cepat seraya bangkit dari tempat tidur.

"Kau tidak boleh menyentuh diriku tanpa izin, kau tidak boleh memegang barangku seenaknya dan kau tidak boleh mengajak perempuan manapun ke sini. Aku tidak suka kebisingan apalagi keributan." Arletta juga mengatakan syarat yang dimilikinya.

"Jadi, aku boleh menyentuhmu ketika kau izinkan begitu? Sayangnya aku tidak suka dengan syarat yang kau ajukan sebab aku, sudah tidak tahan lagi ingin menyentuh dan memakanmu." Pria itu bergerak maju dengan cepat dan meraih pinggang Arletta.

Tanpa menunggu persetujuan Arletta dia langsung mencuri ciuman dari bibir indah Arletta yang sejak tadi menjadi incarannya.

"Manis, sama seperti malam itu." Pria itu terlihat senang dengan wajah tampan menyeringai penuh kemenangan.

Arletta benar-benar tidak mampu untuk melawannya kembali. Membuat tubuhnya benar-benar tidak bisa menentang keinginan pria tampan di depannya.

"Kau adalah milikku, aku mendengarkanmu dan kau mendengar apa yang aku ucapkan." Ini jelas ancaman namun Arletta tidak merasakan takut sama sekali. Senyumnya makin mengembang saat ia melihat wajah tampan di depannya.

"Aku tidak suka diperintah, aku akan melakukan apapun yang aku suka dan tidak ada yang bisa melarangnya." Arletta berbisik di telinga pria itu dengan nakal.

"Kau nakal juga ternyata tapi aku tahu belum ada satu pun laki-laki yang memasuki dirimu selain aku jadi, kau tidak bisa menentang ucapanku atau aku akan mengirim bukti keterlibatan kau dengan dunia bawah." Pria tampan itu berbisik di telinga Arletta sembari menjilat telinga Arletta yang putih bersih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status