Ayu memandang kalender mejanya, ternyata dari menikah dirinya belum mendapatkan menstruasi, ini sudah masuk bulan ke dua setelah menikah. Apakah dirinya hamil? Apakah tidak terlalu dini untuk memeriksakan diri? Coba beli tes pack saja lah.Pagi itu, dengan hati berdebar Ayu mengunakan tes packnya. Ditunggu lama ternyata garisnya buram, tapi terlihat ada dua garis merah. Ayu menatap wajahnya di cermin kecil.Apakah ini berarti dia hamil? Wajahnya menegang, hamil? Pertanyaan itu berulang-ulang terus dalam kepalanya. "Hoek ...." Ayu kembali muntah, tanpa sadar, dia muntah karena pasta gigi yang rasanya bikin enek perutnya.Ayu membekap mulutnya kuat-kuat. Segera membersihkan bekas murah yang hanya berisi cairan saja.Semoga saja tidak ada yang tahu kalau dirinya mutah-mutah, dari pagi tadi.Namun, perkiraan Ayu salah, saat pintu kamar mandinya terbuka, sudah berdiri Desi dengan tatapan tajam, tanpa banyak berkata, tangannya menarik tangan Ayu dan mengajaknya, entah kemana.Mobil yang di
"Apa ibu, mau ikut sekalian, ada mami loh di rumah.""Jangan! " jawab Ayu cepat."Kenapa?""Kasihan rumah peninggalan bapakku ini, biar ibu menjaganya." Ayu langsung menatap mata ibu, semoga saja lewat tatapan ini, ibu paham maksudku, batin Ayu."Betul pendapat Ayu, ibu mampir kapan-kapan, ya. Jaga kehamilan ini, Ayu. Jangan makan sembarangan, ya." Nasehat ibu."Tenang saja, Bu , Ayu tanggung jawab aku. Semua aku pilihkan yang terbaik untuk bayi dalam kandungan Ayu."Ayu tersenyum mendengar ucapan Desi yang begitu manis."Kita nggak bisa lama-lama , yuk pulang dulu, mami menunggu di rumah."Ayu menghela napasnya panjang. Sebenarnya rindu pada ibunya belum lah terobati, tapi ...."Baiklah, maafkan aku Bu, cuma sebentar.""Tak apa, jaga kesehatan kalian semua ya." Ibu memeluk Ayu dan Desi secara bergantian.Malam ini, kembali, Ayu duduk satu meja makan dengan seluruh keluarga, Mami, Desi dan Mas Pras.Kali ini makanan yang terhidang cukup menggugah selera cumi asam manis, udang saus tir
Kini Ayu dan Desi sudah duduk di kursi antrean depan klinik Dokter Sherly. Doker SPog wanita yang tergolong mahal, bagi Ayu. Karena setiap pertemuan Desi harus keluarkan hampir dua juta untuk sekali periksa saja, belum juga obat yang harus ditebusnya."Desi, apa sebaiknya, bulan depan di Dokter yang biasa aja." "Tenang, aja. nurut sama aku, karena aku pilihkan yang terbaik untukmu, baik untuk bayi dan juga kamu juga kan? maafkan Mas Pras, hanya bisa ya dan iya saja. Sebenarnya kau tanggung jawabku sepenuhnya."Desi menggenggam tangan Ayu sambil tersenyum. Ayu selalu saja luluh dengan senyum sahabatnya ini, tak ingin rasanya melukainya. Walaupun dirinya saat ini pun merasa sangat terluka setelah mengetahui sifat asli dari seorang Prasetyo yang notabene betul-betul tipe lelaki matre berat.Pras hanya memanfaatkan keadaan saja, Desi begitu mengidolakan suaminya, setelah menikah dan menyadari kewanitaannya tak bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Ada rasa malu dan menyesal m
Sejak kejadian itu, Ayu membatasi diri, kata-kata mami selalu memojokkannya. Entah dirinya bodoh telah terpedaya ataukah merasa tak mampu untuk mengambil keputusan.Desi tak pernah lupa untuk memanjakannya, posisinya sama pula dengan Ayu. Dilematis yang dibuatnya sendiri. Kini, dirinya harus bertanggung jawab penuh pada Ayu. Apa lagi yang diharapkannya sudah ada di depan mata, keinginan mempunyai bayi, menimangnya, bahkan aroma dari bedak bayi lebih menguasai egonya."Pokoknya, Mas, bayi dalam kandungan Ayu harus jadi milikku."Pras memandang Desi istrinya, tak mengindahkan perasaannya lagi, yang sebenarnya cintanya lebih berat ke Ayu. Terbayang wajah lembut Ayu dan desahannya di ranjang, suami mana yang tak kangen dengan hal tersebut.Rasa rindu memeluk Ayu begitu menggebu."Sayang, aku lama tak mengajak jalan Ayu, bolehkah aku mengajaknya makan malam di luar?""Mas! Mau bikin masalah dengan Mami! Nggak, nggak ada makan malam di luar."Pras terdiam dan menunduk , wajahnya memelas, "
Kedatangan ibu Rita, membuat Ayu kaget, pasalnya ibunya tak memberitahukan hal kedatangannya. Namanya orang tua pasti menengok anaknya, apa saja dibawa, maka Ibu membawa banyak makanan kesukaan Ayu. Dari makanan kering hingga yang basah. Semua senang ibu datang, karena ibu yang selalu bisa menyelami semua, baik Desi, Pras juga asisten rumah tangga rumah ini, kecuali mami!.Mami sebal sekali atas kedatangan ibu. Ada saja yang disindirnya."Makanan seperti bagi saya sudah tidak layak makan, maaf ya bukan level saya." Mami segera pergi ke kamarnya.Ibu yang merasa tersinggung atas kata-katanya langsung terdiam dan menunduk."Sudahlah Bu, maafkan mami aku ya, memang begitu orangnya," cakap Desi dengan sedih.Ayu menatap ibunya dengan nelangsa. Belum seberapa perlakuannya pada Ayu Bu, batin Ayu."Iya ibu maklum, kan mami kamu biasa hidup di luar negeri kan?"Desi mengangguk dan tersenyum.Pras nampak sangat menikmati masakan ibu, maksud hati untuk anaknya, tapi Ayu belum makan sudah dilah
Perih rasanya, mendengar mami bicara seperti itu. Ibu hanya menatapnya sesaat."Terbuat dark apa sih hatinya, kok bisa kaya gitu amat," bisik ibu pelan."Entahlah, nggak pernah makan ati kali Bu, jadi nggak tahu rasanya tersakiti, lebih suka menyakiti," balas Ayu balik berbisik."Hai kalian ngomongin aku ya!!" Kali ini Mami mendekati Ayu dan ibunya yang sedang berdiri menatapnya dengan heran.Setelah agak dekat, "Dengar ya, sebenarnya aku marah pada anakmu! Mau saja dijadikan madu, alasannya apa coba? Pelakor juga bukan! Selingkuhan juga bukan! Itu jelas-jelas ingin merampas harta Desi kan? Katanya sahabat. Sahabatan macam apa kalian ini. Apa nggak tahu malu? Sampai hamil segala!""Desi sendiri yang memohon padaku, harap tau saja, Ayu sudah menolaknya, tapi anak ibu terus memaksa anak saya," jelas ibu."Sudah, Bu. Nggak usah diladeni, nanti malah jadi masalah.""Harus!! Kau tahu anak dalam rahimmu bukan apa-apa tanpa adanya Desi. Kau boleh pergi. Aku tak sudi melihat anakmu lahir!!""
Acara di panti asuhan pun sukses dilaksanakan, ibu senang sekali bahkan Desi dan Ayu terlihat bagai kakak beradik saja. "Aku janji akan menjaga Ayu Bu, maafkan atas segala yang terjadi.""Ibu tahu Nak. maksud dari kamu. Dengan menyuruh suamimu menikahi Ayu. agar Ayu pun tak tercoreng muka karena persyaratan hamil dari kamu.""Ibu maafkan saya, Bu." Desi memeluk ibu ayu dengan erat.Ayu memandang Desi, "Kau keterlaluan Des, membawa aku ke dalam polemik seperti ini." Ayu sudah terisak lagi.Desi menghela napasnya, memang dirinya tak menceritakan segala persoalan rumah tangganya pada Ayu, juga sifat suaminya. Desi pun baru mengetahui Pras begitu."Ayu, semua tak sesuai ekspektasiku. bila aku bilang terus terang padamu, kalau mau sewa rahimmu kan nggak lucu ," ujar Desi."Kita selangkah lagi, biarkan anak Ayu lahir dengan selamat." sambung ibu."Anak aku Bu." kata Desi membetulkan perkataan ibu.Ibu terdiam, serba dalam kebimbangan. Ayu masih diam. ***"Tau kan? Makanya mohon kerjasama
Dalam sebuah rumah yang disewanya diam-diam, Ayu duduk terpekur, segera tangannya menggapai ponsel dalam tasnya, membuka penutup ponsel dan mengambil memori chipnya, lalu menggantinya dengan kartu chip yang baru.Semua dilakukan dengan cekatan. Sudah keputusan Ayu pergi sejauhnya dari ujijan yang menderanya.Dirinya masih dalam kawasan ibukota, Ayu sengaja mencari tempat tinggal jauh dari kota, enam jam perjalanan dari rumah kontrakan pilihan Pras. Pasti Pras belum menyadari kalau sebenarnya Ayu tak ada di rumah itu.Maafkan aku Mas, aku harus lakukan ini, aku pun ingin bahagia. Terlebih Desi, memang secara rasio, tak masalah anaknya di asuh Desi, toh, nyatanya dirinya pun tak akan jauh dari Desi.Tapi, Ayu mengelus lagi perutnya,Tubuhnya terasa lelah sekali. Rumah yang di sewanya ini, cukup rindang dan adem, Ayu sudah membayarnya untuk satu tahun penuh. Sampai anakku lahir, batin Ayu. Sesaat Ayu membuka bekal makannya. Tak lama dirinya sudah tertidur lelap.***Pras nampak gusar, b