Sejak kejadian itu, Ayu membatasi diri, kata-kata mami selalu memojokkannya. Entah dirinya bodoh telah terpedaya ataukah merasa tak mampu untuk mengambil keputusan.Desi tak pernah lupa untuk memanjakannya, posisinya sama pula dengan Ayu. Dilematis yang dibuatnya sendiri. Kini, dirinya harus bertanggung jawab penuh pada Ayu. Apa lagi yang diharapkannya sudah ada di depan mata, keinginan mempunyai bayi, menimangnya, bahkan aroma dari bedak bayi lebih menguasai egonya."Pokoknya, Mas, bayi dalam kandungan Ayu harus jadi milikku."Pras memandang Desi istrinya, tak mengindahkan perasaannya lagi, yang sebenarnya cintanya lebih berat ke Ayu. Terbayang wajah lembut Ayu dan desahannya di ranjang, suami mana yang tak kangen dengan hal tersebut.Rasa rindu memeluk Ayu begitu menggebu."Sayang, aku lama tak mengajak jalan Ayu, bolehkah aku mengajaknya makan malam di luar?""Mas! Mau bikin masalah dengan Mami! Nggak, nggak ada makan malam di luar."Pras terdiam dan menunduk , wajahnya memelas, "
Kedatangan ibu Rita, membuat Ayu kaget, pasalnya ibunya tak memberitahukan hal kedatangannya. Namanya orang tua pasti menengok anaknya, apa saja dibawa, maka Ibu membawa banyak makanan kesukaan Ayu. Dari makanan kering hingga yang basah. Semua senang ibu datang, karena ibu yang selalu bisa menyelami semua, baik Desi, Pras juga asisten rumah tangga rumah ini, kecuali mami!.Mami sebal sekali atas kedatangan ibu. Ada saja yang disindirnya."Makanan seperti bagi saya sudah tidak layak makan, maaf ya bukan level saya." Mami segera pergi ke kamarnya.Ibu yang merasa tersinggung atas kata-katanya langsung terdiam dan menunduk."Sudahlah Bu, maafkan mami aku ya, memang begitu orangnya," cakap Desi dengan sedih.Ayu menatap ibunya dengan nelangsa. Belum seberapa perlakuannya pada Ayu Bu, batin Ayu."Iya ibu maklum, kan mami kamu biasa hidup di luar negeri kan?"Desi mengangguk dan tersenyum.Pras nampak sangat menikmati masakan ibu, maksud hati untuk anaknya, tapi Ayu belum makan sudah dilah
Perih rasanya, mendengar mami bicara seperti itu. Ibu hanya menatapnya sesaat."Terbuat dark apa sih hatinya, kok bisa kaya gitu amat," bisik ibu pelan."Entahlah, nggak pernah makan ati kali Bu, jadi nggak tahu rasanya tersakiti, lebih suka menyakiti," balas Ayu balik berbisik."Hai kalian ngomongin aku ya!!" Kali ini Mami mendekati Ayu dan ibunya yang sedang berdiri menatapnya dengan heran.Setelah agak dekat, "Dengar ya, sebenarnya aku marah pada anakmu! Mau saja dijadikan madu, alasannya apa coba? Pelakor juga bukan! Selingkuhan juga bukan! Itu jelas-jelas ingin merampas harta Desi kan? Katanya sahabat. Sahabatan macam apa kalian ini. Apa nggak tahu malu? Sampai hamil segala!""Desi sendiri yang memohon padaku, harap tau saja, Ayu sudah menolaknya, tapi anak ibu terus memaksa anak saya," jelas ibu."Sudah, Bu. Nggak usah diladeni, nanti malah jadi masalah.""Harus!! Kau tahu anak dalam rahimmu bukan apa-apa tanpa adanya Desi. Kau boleh pergi. Aku tak sudi melihat anakmu lahir!!""
Acara di panti asuhan pun sukses dilaksanakan, ibu senang sekali bahkan Desi dan Ayu terlihat bagai kakak beradik saja. "Aku janji akan menjaga Ayu Bu, maafkan atas segala yang terjadi.""Ibu tahu Nak. maksud dari kamu. Dengan menyuruh suamimu menikahi Ayu. agar Ayu pun tak tercoreng muka karena persyaratan hamil dari kamu.""Ibu maafkan saya, Bu." Desi memeluk ibu ayu dengan erat.Ayu memandang Desi, "Kau keterlaluan Des, membawa aku ke dalam polemik seperti ini." Ayu sudah terisak lagi.Desi menghela napasnya, memang dirinya tak menceritakan segala persoalan rumah tangganya pada Ayu, juga sifat suaminya. Desi pun baru mengetahui Pras begitu."Ayu, semua tak sesuai ekspektasiku. bila aku bilang terus terang padamu, kalau mau sewa rahimmu kan nggak lucu ," ujar Desi."Kita selangkah lagi, biarkan anak Ayu lahir dengan selamat." sambung ibu."Anak aku Bu." kata Desi membetulkan perkataan ibu.Ibu terdiam, serba dalam kebimbangan. Ayu masih diam. ***"Tau kan? Makanya mohon kerjasama
Dalam sebuah rumah yang disewanya diam-diam, Ayu duduk terpekur, segera tangannya menggapai ponsel dalam tasnya, membuka penutup ponsel dan mengambil memori chipnya, lalu menggantinya dengan kartu chip yang baru.Semua dilakukan dengan cekatan. Sudah keputusan Ayu pergi sejauhnya dari ujijan yang menderanya.Dirinya masih dalam kawasan ibukota, Ayu sengaja mencari tempat tinggal jauh dari kota, enam jam perjalanan dari rumah kontrakan pilihan Pras. Pasti Pras belum menyadari kalau sebenarnya Ayu tak ada di rumah itu.Maafkan aku Mas, aku harus lakukan ini, aku pun ingin bahagia. Terlebih Desi, memang secara rasio, tak masalah anaknya di asuh Desi, toh, nyatanya dirinya pun tak akan jauh dari Desi.Tapi, Ayu mengelus lagi perutnya,Tubuhnya terasa lelah sekali. Rumah yang di sewanya ini, cukup rindang dan adem, Ayu sudah membayarnya untuk satu tahun penuh. Sampai anakku lahir, batin Ayu. Sesaat Ayu membuka bekal makannya. Tak lama dirinya sudah tertidur lelap.***Pras nampak gusar, b
Terpaksa kini, Pras harus rawat inap di rumah sakit. Daya tubuh ya betul-betul drop. Sudah dua kantong infus masuk ke dalam tubuhnya."Cepatlah pulih, Mas. Aku butuh bantuanmu mencari Ayu," isak Desi seraya terus memegang erat tangan suaminya. Pandangan Pras nanar, melihat air mata Desi. "Sudahlah, sayang. sabar, aku akan segera baik-baik saja." Tangan satunya Pras menggapai ujung kepala Desi. Walau bagaimanapun, wanita ini pernah ada di dalam hatinya.Hening sesaat. Pras kembali memejamkan matanya. Desi memandang wajah suaminya, Prasetyo lah lelaki yang paling mengerti dirinya. Segala keluh kesahnya selalu di dengarnya tak pernah suaminya begitu drop kondisinya.Desi mengelus pipi suaminya dan mengecupnya pelan, "maafkan aku, Mas." Malam ini, Pras sudah diperbolehkan untuk pulang. Wajahnya sudah tak pucat lagi, banyak perubahan pada tubuhnya, sedikit kurus."Aku buatkan makanan kesukaanmu, Mas.""Sudahlah Des, nggak usah. Aku ingin kau duduk saja denganku."Desi memapah suaminya p
Apakah Desi baik-baik saja? kecelakaan itu membuat Pras sangat panik. "Bangun, Sayang." Pras menggengam tangan Istri erat-erat.Desi tampak sangat pucat, kondisinya sangat memprihatinkan.Beberapa anggota tubuhnya terluka cukup parah.Bagaimana memberitahukan berita ini pada Mami, pikir Pras. Pikirannya semakin kalut. Sementara Desi belum juga tersadar."Desi, maafkan aku, kau yang memilih Ayu masuk dalam kehidupan rumah tangga kita, aku yang terlalu juga gunakan perasaaan. Akhirnya menjadi seperti ini. Jujur, aku lebih bahagia seperti dulu. namun, aku tak bisa berbuat banyak setelah aku mengenal Ayu lebih dalam, apa lagi Ayu sedang hamil anakku, maafkan pula pernyataanku yang menyakitimu, maafkan aku ...." Pras menunduk dan mengecup punggung tangan Desi.Sudah dua hari berlalu, dua hari pula Pras tak pernah meninggalkan Desi. Dan hari ini, Desi siuman! namun, ada sebuah takdir yang tak terduga, ternyata mata Desi tak bisa melihat! sebuah pecahan kaca merusak kedua bola matanya. Sung
Rumah kontrakan milik Ayu begitu ramai oleh penjenguk bayi yang baru dilahirkan itu. Kasak kusuk pertanyaan pun mulai timbul. Ayah si bayi mengapa tak hadir. Ayu berusaha untuk menutupinya, memang Ayu sudah tunjukan surat nikahnya, dan saat ini memang dirinya sedang di runding masalah. Tak selamanya harus kembali pulang bukan? aku harus hadapi semua resiko keputusannya sebagai istri ke dua, begitu Ayu menjelaskan pada mereka.Akhirnya mereka pun mengerti juga, bagaimana posisi Ayu saat ini."Maafkan saya ibu RT. bukannya saya ini melarikan diri, tapi saya ingin selesaikan masalahku.'"Tak apa Ayu. semoga masalahnya cepat selesai dengan baik ya, Ayu.""Terima kasih Bu,"Begitu juga Desi, operasi transparasi bola mata pada mata Desi berjalan dengan. sempurna. Kini, Desi sudah bisa melihat lagi, sekarang tinggal pemulihan saja. Ada wajah bahagia terpancar dari lubuk hati suaminya. Tapi hal itu tak bisa dilampiaskan pada isterinya.Hari-hari dilalui Pras dalam keterpurukan, dirinya hanya