Share

Kesialan yang hakiki

Aku menyipitkan mataku kala mendengar ucapan nya, kata nya dia takkan menjamahku jika aku tak mengizin kan nya Aish pria itu seperti bisa membaca fikiranku saja. Kamu memang tampan terlebih senyum mu juga manis tapi jangan berharap jika aku akan mencintaimu. 

Aku berjalan masuk menuju kamar mandi ahh rasanya segar sekali, aku basahi seluruh tubuh ku dari atas hingga kebawah rasa dingin menjalar ke seluruh tubuh ku namun selain rasa dingin ada rasa segar yang menyeruak pula.

Biasanya aku keluar hanya dengan handuk yang terlilit di dadaku, tapi sekarang pria itu ada di kamarku jadi aku harus apa, apa aku berlari saja menuju walk in closet!! Lagi pula jaraknya hanya 10 langkah dari kamar mandi baiklah aku harus segera bersiap.

Huh baiklah Nissa kamu pasti bisa, semangat.

Clek 

Setelah membuka pintu aku berusaha berlari menuju walk ini closet Aish sial terasnya licin.

Arrgghh 

Gbruggg 

Aih kepalaku sakit hiks hiks kesialan yang sungguh hakiki, mataku mulai beralih melihat Davian yang berlari kecil ke arahku "Kamu ga apa apa?" tanya Davian yang mulai berjongkok di depanku

"Aku berusaha memalingkan wajahku, ahh aku sungguh malu" ucap Anissa dalam batin nya.

"Nissa!! Kamu ga apa apa? "Teriak Davian lalu mengangkat tubuhku dan berjalan menuju ranjang "Kenapa kamu berlari? Kamu kan habis mandi pasti akan sangat licin kamu harusnya lebih berhati hati" ucap Davian lagi.

Aku mencoba membenarkan posisiku yang terduduk kurang nyaman, aku ingin merebahkan tubuhku namun Aish "Arrgghh Bunda, sakit!!" teriakku saat merasakan bokongku terasa sangat sakit.

Davian tampak panik dan mencoba menenangkan aku namun rasa sakit ini rasanya tidak ada hentinya aku hanya sedikit menggeser tubuhku namun rasa ngilu itu benar benar terasa menusuk hingga ke tulang.

"Bunda!!! Sakit!!" teriakku memanggil nama bunda, kulihat wajah Davian sangat panik ia berusaha membungkam mulutku dengan tangannya "Nissa kamu jangan teriak seperti itu nanti bunda dan yang lain akan berfikir hal yang lain" ucap Davian panik. 

Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang Davian bicarakan tapi aku tak perduli ini benar benar menyakitkan. Davian masih saja membungkat mulutku sedangkan aku mencoba melepaskan tangan Davian dari mulutku "Lepas, aku kamu tidak ini sangat menyakitkan jangan membuatku terus bergerak Aish" ucapku mencoba berontak 

"Kamu ini bodoh apa pura pura bodoh sih huh!! Aku akan melepaskan mu asal kamu jangan berteriak kesakitan seperti ini" perintah Davian 

Tangan Davian masih menutup mulutku sedangkan kedua tanganku mencoba melepaskan nya, aku membulatkan mataku saat handuk yang aku kenakan tiba tiba melorot ke bawah hingga memperlihatkan bukit kembar milikku. 

Arrgghh 

Saat teriakanku semakin menjadi ku lihat Davian memalingkan wajahnya. Aku kembali melilitkan handuk ku dengan erat, aku tak bisa berlari untuk menuju walk in closet karna bokongku yang masih terasa sakit. "Aku tak sengaja melihatnya" ucap Davian gagap "Tunggu disini, aku akan membawakan bajumu" ucap Davian lalu ia berjalan mengambil bajuku. 

Tak lama Davian kembali dengan dress pendek selutut serta benda keramatku. Apa dia tidak malu saat memberikan benda keramat ini padaku. "Pakai ini, aku akan menunggu di luar" ucap Davian lalu berjalan menuju pintu namun dengan cepat aku memanggil namanya 

"Davian" ucap Anissa.

Davian lalu menatapku dengan malu malu "Ada apa" ucap Davian lagi

"Hm .. Pinggang sampai bawahku terasa sakit aku tak bisa memakainya sendiri" ucap Anissa 

Ku lihat Davian tampak membulatkan matanya tak percaya, apa ucapan ku itu salah, pinggang sampai bahwa ku memang sakitkan. Davian lalu berjalan ke arahku dan duduk di sampingku "Bantu aku tapi sebelumnya tolong tutup gorden itu dengan rapat setelah itu tolong matikan lampunya" ucapku merasa kikuk dengan ucapanku itu 

"Baiklah" ucap Davian lalu ia berjalan menuju jendela dan menutup gorden itu dengan rapat setelahnya ia mematikan lampu juga namun karna hari juga belum gelap aku masih bisa melihat tubuh Davian dengan jelas 

Ku lihat Davian tampak berjalan ke arahku, ia duduk di samping ku beberapa kali ku lihat ia menelan ludahnya. Ya ampun jantungku benar benar berdetak tak karuan haruskah aku memberikannya padanya? Badanku juga terasa panas dingin aku tidak tau apa ini tapi ku rasakan desiran aneh menjalar di tubuhku.

Nafasku juga mulai memburu aku yakin Davian juga merasakan hal yang sama karna beberapa kali ku lihat ia menarik nafasnya dan membuangnya kasar 

Cup 

Satu kecupan mendadak mendarat di bibirku, aku ingin menolak nya namun entah kenapa otak dan tubuhku tidak mau mendengarkan akal sehat ku. Saat aku mulai menikmati permainan nya Davian justru malah menghentikan nya dan pergi meninggalkan ku begitu saja. Aish dasar pria tak tanggung jawab kenapa ia malah pergi meninggalkan aku sih, harusnya dia tahu bahwa aku mulai menikmati permainan nya lagi pula juga aku kan istrinya kenapa dia seperti itu sih dasar pria menyebalkan. 

Ahh tadi kan aku mau menyuruhnya membantuku memakai baju Aish dasar, sekarang aku harus berusaha memakai baju sendiri padahal ini benar benar sakit bahkan siku tanganku juga sangat linu.

*** 

Anisa benar benar membuatku panas dingin sedari tadi aku tak kuat menahannya hingga aku mulai menciumnya namun aku takut dia marah, aku segera menghentikan aksiku dan berjalan cepat menuju pintu. 

Ahh kenapa tadi dia harus berlari dan sampai terjatuh sih!! Aku menciumnya dan itu bukan salahku, dia yang sudah membuatku melakukan hal itu. Tapi aku kan suaminya kenapa aku merasa bersalah seolah aku berusaha memperkosanya. 

Aku ingin keluar dan menjernihkan fikiranku namun tiba tiba Bunda keluar dari kamarnya "Davian kamu mau kemana Nak" tanya Lidya 

"Davian mau pulang kerumah dulu Bund" ucap Davian asal 

"Masa pengantin baru pulang sih, emangnya cukup sekali doang" ucap Lidya terkekeh 

Aish aku benar benar mati kutu apa yang harus ku jawab sekarang, apa jangan jangan Bunda tadi mendengar teriakan Anisa dan berfikir bahwa aku dan Anisa tadi .." batin Davian berucap 

"Eum, Bunda Davian, Davian ke kamar dulu Bun" ucapku lalu setengah berlari menuju kamar.

Clek 

Aku masuk ke kamar dimana ada Anisa disana, namun ku lihat Nissa tengah merebahkan badannya diranjang. Katanya tak bisa memakai baju itu sendiri bisa dasar modus. 

Aku berjalan menuju kamar mandi si kecil masih belum mau tidu jadi aku harus merendamnya di kamar mandi.

Sebelum aku masuk ku lihat mata Anisa terpejam, apa dia tidur atau pura pura tidur karna tau jika aku ada disini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status