Huhh ternyata begini rasanya memiliki seorang bayi dirumah, memang sangat melelahkan tapi juga sangat menyenangkan, meskipun aku harus menghadapi mata panda.Untunglah disini ada Bu Marsitoh dan juga Mamah yang membantu pekerjaanku dan ikut mengurus Fisya juga jadi semua ini tidak begitu berat."Aku berangkat kerja yah" ucap Dimas setelah ia selesai makan"Iya Mas, hati hati yah di jalannya" ucapku yang ada disampingnya menemani sarapan pagi ini, untunglah Fisya masih tidur jadi aku bisa menemani Dimas sarapan"Heem, berangkat yah" ucap Dimas ia lalu mengecup kening sang istri singkat lalu beranjak pergi ke kantor Setelah selesai makan aku kembali ke kamar dan melihat Fisya, takutnya bangun.Tap tap tapClek Ahh ternyata putri kecilku ini masih tertidur pulas, setelah aku fikir fikir dan aku lihat juga dengan seksama tenyata wajah putriku ini sangat mirip sekali dengan Ayahnya. Aku tak habis fikir kenapa bisa seperti itu, padahal selama 8 bulan itu aku yang mengandungnya bukan Ayah
Aku minta maaf karna aku harus ninggalin kamu sama Fisya, tapi aku bener bener janji sama kamu kalo aku pasti akan langsung pulang kalo kerjaan aku disana udah beres" ucap Dimas sembari memegang kedua tangan Istrinya "Janji yah kalo kerjaan kamu bener bener udah beres kamu harus cepet pulang kerumah" ucap Meysa "Iya aku janji Yaang, lagian yah mana mungkin aku mau lama lama di luar sementara disini aku punya dua bidadari cantik yang menunggu aku pulang" ucap Dimas mengalihkan kedua tangannya menuju kedua pipi Meysa dan sedikit menekannya hingga membuat bibir Meysa mengerucut "Ihh nyebelin, jelek tau kalo aku di giniin" ucap Meysa "Kata siapa kamu jelek? Kamu Istri aku yang paling cantik dan gak ada wanita yang bisa nandingin kecantikan kamu, paham" ucap Dimas lagi "Gombal deh, ck dasar" ucap Meysa berdecak "Aku ga gombal Yaang, kamu emang cantik ko" ucap Dimas "Kalo ga ada kamu selama seminggu, terus aku harus ngapain? Aku juga pasti bakal kangen banget sama kamu Yaang" ucap Me
2001Namaku Anissa puspita sari. Usiaku masih terbilang muda yakni 20 tahun, bentuk badanku cukup ideal, pinggang ramping perut rata dan jangan lupakan bentuk dadaku yang yang menurutku sangat pas tidak besar dan tidak kecil namun tetap berisi dan kenyal. Hobby ku ke club malam dan jalan jalan bersama teman temanku, namun akhir akhir ini Ayah dan Bundaku sangat rewel dan juga bawel. Banyak mengatur! "Ga boleh pulang malem lah jangan gonta ganti cowo lah, padahal mereka bukan pacarku tapi teman temanku" Aku menyayangi mereka tapi mereka terlalu banyak mengatur hidupku, terlebih mereka sering sekali membanggakan kakak perempuanku dan membedakan aku dan kakakku itu. "Kamu harus mencontoh kakak mu lah atau lihat kakak mu dia rajin, pintar dan jangan lupakan kakak mu tidak pernah membuat masalah" "Hahhhh .. Jadi aku si pembuat onar maksudnya begitu?." Gerutu gadis itu. Menyebalkan sekali, padahal setiap anak kan punya kelebihan dan kekurangannya masing masing tapi dengan seenaknya mere
Pria yang tadi menolong Anissa menatap dingin ke arah Galang dan sesekali menatap Anissa yang sudah menangis."Kenapa lo diem hah? Benerkan lo cowo bayaran si cewe murahan ini" ucap Galang emosi.Anissa sudah tak mampu untuk membela dirinya lagi dan menjawab semua tudingan Galang kepadanya, dirinya sudah malu dengan orang orang yang berkerumun dan kini tampak jelas membicarakannya.Anissa hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terus menangis tampa henti.Pria yang sedari tadi mematung kini menatap Anissa lekat lekat dan setelahnya menatap Galang sinis. satu detik kemudian.BUGHHGalang tampak tersukur ke lantai, pria tadi tampak memukul Galang kembali dan menarik kerah baju Galang."Berhentilah melecehkan gadis itu, kau pun tak jauh lebih baik dari pada dia" ucap pria itu lalu memukul Galang lagi hingga Galang meringis kesakitan di bagian perutnya."Sialan, lo itu sebene
Pagi itu Anissa masih tertidur pulas di ranjangnya, hawa dingin yang menyelinap masuk membuatnya enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya.Namun sebuah suara terdengar nyaring dan menggema membangunkan nya."Nis, bangun Nak lihat sudah siang" teriak Lidya membangunkan putrinya.Anissa tampak enggan menjawab ucapan bundanya dan memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut hingga ke kepala."Anissa, bangun!! Kamu susah banget sih di banguninnya" ucap Lidya kesal "Yahh, bangunin tuh anak gadisnya masa jam segini belum bangun" ucap Lidya kesal.Anissa tampak memerjapkan matanya perlahan dan mulai bangkit dan terduduk di ranjangnya "Bawell banget sih!! Ga tau apa aku masih ngantuk gini" dumel Anissa kesal.Saat Anissa tengah mengoceh sendiri tiba tiba suara Handoko terdengar jelas ke telinga Anissa namun ntah apa yang terjadi suara Handoko tampak sangat lembut saat membangunkan putrinya itu."Anissa ini Ay
Davian tampak menarik nafasnya dan membuangnya kasar "Aku sebenarnya enggan melepaskanmu, tapi jika itu membuatmu senang maka akan kulakukan" ucap Davian pasrah.Entah perasaan macam apa yang kini bersarang di hati Davian, melepaskan Anissa? Aku bahkan tak memilikinya tapi aku malah enggan melepaskannya. Kenapa hatiku menolaknya aku jelas tak mencintainya namun ada rasa kasihan pada gadis ini aku juga hanya ingin membuatnya lebih baik lagi."Kalaupun kamu membatalkan penikahan kita, Ayahku pasti akan menjodohkan ku dengan pria lain selain dirimu, dan aku tidak mau hal itu terjadi.Bukan karna aku menginginkanmu tapi menurutku kamu pria baik dan jika aku di jodohkan dengan yang lain aku tak bisa menjamin bahwa dia akan sama baiknya denganmu. Itulah alasanku ingin mati atau pergi saja melarikan diri" ucap Anissa frustasi."Aku tak perduli jika kamu tak mencintaiku, tapi izinkan lah aku menjadi suamimu!! Jangan melarikan diri!!
Terlihat di setiap ruangan dirumah Anissa kala itu sudah di rias sedemikian rupanya. Davian dan Ayahnya sudah melangkah kan kakinya masuk kerumah Anissa, Disana sudah banyak tamu yang datang termasuk ada penghulu yang sudah terduduk di tempatnya.Perasaan campur aduk beradu menjadi satu, grogi, gemetar itulah yang di rasakan Davian sekarang. Handoko dan Lidya kemudian berjalan menghampiri Davian dan Ayahnya. "Wahh wahh ini calon besan udah gagah aja" ucap Handoko memberi senyum bahagia nya.Yudha Ayahnya Davian tersenyum mendengar ucapan Handoko "Bukan calon tapi memang besan toh" ucap Yudha sembari menepuk pelan lengan Handoko kemudian setelahnya mereka tertawa bersama."Ahh iyah aku sampe lupa, tinggal menghitung menit dan putramu akan menjadi putraku juga" ucap HandokoPercakapan di antara dua besan itu tampak asik, namun tidak untuk Davian. Waktu semakin cepat berlalu setiap detik rasanya jantungnya mau copot karna memikirkan ia harus meng
Masih banyak tamu yang datang untuk memberi selamat ku lihat sedari tadi Anissa tampak tak nyaman dengan pakaiannya, sebenarnya tadi ku lihat dia sedikit menarik samping yang ia kenakan, apa jangan jangan dia menariknya terlalu kencang hingga ku lihat beberapa kali tangan nya mencoba mempererat ikatannya.Ckck ternyata dia sangat lucu sekali, kini ku lihat ada sepasang suami istri yang datang untuk memberi selamat, aku melirik wajah Anissa yang mulai tak karuan wajahnya tampak gelisah, apalagi saat tamu ikut kini semakin mendekat, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan namun akhirnya aku menekan tubuh Anissa agar duduk di kursi, ku lihat wajahnya melihatku dengan heran.Akhirnya tamu tadi memberi selamat dan pergi menjauh dari kamu, aku mulai terduduk lagi di samping Anissa, aku tak berani bertanya padanya. Namun ku lihat wajahnya terlihat aneh, matanya menjauh agar tak bisa terlihat olehku, apa samping yang ia kenakan masih belum nyaman? "Anissa" ucapku me