Kemilau masih mematung di tempat persembunyiannya. Suara desahan dua sejoli yang sedang bercinta di balkon sebelah membuat sekujur tubuhnya kaku. Punggungnya bersandar di tembok pembatas dan kepalanya tertunduk menatap lantai marmer yang ada di bawah kakinya. Radinka dan perempuan itu … ternyata mereka mempunyai hubungan khusus. Saat ke panti asuhan kemarin, mereka bahkan datang bersama menghadap ibu Sulis. Kenapa bisa? Apakah wanita itu merestui kekasihnya menikah dengan perempuan lain? Bisa dibilang, Kemilau hanyalah seorang bocah ingusan bila dibandingkan dengan dirinya. Why? Apa mereka hanya teman bercinta biasa sehingga tidak ada ikatan yang serius?Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Kemilau tersentak. Pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di dalam kepalanya lenyap seketika. Dengan langkah pelan dia kembali masuk ke kamar dan berjalan menuju pintu. “Nona, makan malam sudah siap. Nona sudah ditunggu di meja makan.” Salah seorang maid yang ditugaskan Nadya datang untuk meny
Satu minggu berlalu tanpa terasa. Sudah satu minggu pula Kemilau tinggal di kediaman Saskara dan mengurus segala hal yang berhubungan dengan pernikahan dia dan Radinka. Laki-laki yang justru tidak pernah terlihat batang hidungnya di rumah. Pasang surut rasa sedih dan takut, berkali-kali dialami oleh gadis itu. Semakin mendekati hari pernikahan, rasanya semakin galau, berdebar, putus asa. Semuanya bercampur aduk menjadi satu.Namun seperti biasanya, Nadya dan Greta seperti dua malaikat yang selalu ada untuknya. Menghapus air matanya dan menghiburnya setiap kali dia bersedih. Menguatkan Mila dengan janji kalau pernikahan ini adalah yang terbaik untuk dia dan Radinka. Sampai-sampai Kemilau sangat percaya kalau kedua perempuan dewasa itu benar-benar menyukainya. Hari pernikahan pun tiba. Pagi harinya Mila sudah dirias dengan begitu cantik dan sudah memakai kebaya yang dibeli minggu lalu. Ibu Sulis dan suaminya sudah datang sebagai perwakilan dan saksi dari pihak keluarga Mila. Gisel dan
Satu jam kemudian Kemilau tersadar dan mendapati dirinya sudah berada di kamar hotel tempatnya dirias tadi pagi. Tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Mila berusaha mengumpulkan tenaganya untuk duduk di kasur walaupun kepalanya masih sangat pusing. Dia langsung teringat kalau tadi dia masih berada di ballroom hotel karena acara pernikahan dia dengan Radinka masih berlangsung.Ah, Kemilau kembali mengingat apa yang sudah terjadi sebelum dia pingsan tadi. Perbuatan Radinka yang sudah mempermalukan dia sebagai wanita yang baru saja resmi dia jadikan istri. Di hadapan semua orang, laki-laki itu malah memamerkan Sheza dan menunjukkan kekagumannya kepada kekasihnya itu. Bukan hanya itu, rasa sakit Kemilau juga seakan bertambah ketika sang ibu mertua dan kakak iparnya jelas-jelas tidak berada di pihaknya, seperti yang mereka lakukan selama satu minggu ini. Hati Kemilau berdebar begitu kencang. Apakah aslinya mereka hanya bersandiwara?Kemilau memandang cincin yang melingkar di jari manis tan
Kemilau masih belum bisa melupakan isi WC yang barusan dia bersihkan. Sampai sekarang perutnya mual dan menolak untuk memakan jatah makan malam yang diberikan Maria. Setangkup nasi, sepotong tahu dan sepotong tempe. Sangat kontras dengan makanan yang dia makan selama seminggu belakangan. Air mata Mila lagi-lagi terjatuh meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan. Bahkan menu di panti masih lebih mausiawi dari pada ini.Perut Kemilau sudah keroncongan. Sejak siang tadi dia memang belum makan. Di resepsi hanya makan sedikit. Mana bisa makan banyak kalau gaun ketat seperti itu? Dan sampai sekarang perutnya sama sekali belum terisi. Apalagi visual kamar mandi itu sudah membuat pikirannya terkontaminasi. Selera makannya hilang begitu saja. Sekarang dia memaksa kedua matanya untuk terpejam. Dipeluknya dirinya sendiri, dan lututunya ditekuk sampai ke dada. Tidak ada selimut di sini. Bahkan kasur yang diberikan kepadanya tidak ada alas. Mila tau Nadya pasti sengaja melakukan ini supaya dia te
Kemilau menjerit histeris menyadari ada seseorang yang diam-diam mengambil tangga dari sana. Siapa yang melakukannya?? Gadis itu bahkan tidak tau kalau tangga seperti itu bisa dilepas pasang. Ya Tuhan! Bagaimana caranya agar dia bisa keluar kalau benda itu tidak ada?? "Toloonggggg!" Mila berteriak meminta tolong dari dasar kolam sedalam dua meter tersebut."Pak Mus tolongggggg!" Lagi, dia berteriak kepada orang yang baru saja pergi meninggalkan tempat ini. Ah, Mila bahkan tidak tega berpikir kalau Mus lah yang mengangkat tangga itu. Pria itu terlalu baik untuk dituduh melakukan hal jahat seperti itu."Tolonngggggggg!" Kedua kaki Kemilau semakin bergetar di tempatnya saat ular sepanjang dua meter itu semakin mendekat. Air matanyapun sudah menganak sungai membanjiri pipi. Apakah dia akan mati sekarang? Please jangan! Mila masih ingin hidup meski teraniaya begini. Dia juga ingin menggapai mimpi-mimpinya."Tolonggggg!!" Mila melihat ke atas lantai dua. Dia mendapati Nadya dan Greta sedan
Kemilau tidak bisa tidur. Bagaimana mungkin? Siapa juga orang normal yang bisa tidur di dalam kolam renang yang hanya berselimutkan langit kelam seperti ini? Seluruh permukaan kulitnya terasa dingin. Perutnya juga lapar seharian tidak diisi. Setiap detik dia ketakutan akan segalanya. Takut hujan akan turun, takut ada mahluk halus, takut semuanya. Dia sangat siaga mengawasi sekeliling. Berjaga-jaga kalau Nadya mengirim yang aneh-aneh lagi lewat saluran air. Tak sedetikpun gadis itu memejamkan matanya. Jika sebelumnya Kemilau mengira dia akan sanggup melewati ujian kehidupan yang Allah titipkan lewat keluarga suaminya, malam ini dia kehilangan seluruh kekuatan tersebut. Dia baru menyadari kalau semua orang yang ada di rumah ini tidak memiliki hati nurani. Nadya, Radinka, Greta, semuanya. Termasuk maid. Tidak mungkin tidak ada dari mereka yang tau kalau Kemilau terjebak di dalam kolam renang. Dia sangat yakin para maid tidak berani bertindak karena patuh pada Nadya. Memang tidak bisa di
Kemilau sudah sangat senang ketika dia mengira akan mati dan bisa bertemu dengan ayah ibunya sekarang. Toh rasa-rasanya sudah tidak ada gunanya dia hidup. Sudah tidak ada lagi yang bisa dia harapkan di dunia ini. Studi, keluarga panti asuhan, cita-citanya menjadi pengacara, semuanya sudah raib, menghilang dari genggaman. Sudah tidak ada lagi hal menjanjikan yang membuatnya semangat untuk hidup.Dan Kemilau harus kecewa ketika menyadari dia masih hidup. Dia masih bernapas dan masih bisa membuka kedua matanya. Penderitaannya sama sekali belum berakhir. Gadis itu juga merasakan kalau sekarang dia sedang berbaring di atas kasur. Sedikit lebih empuk. Mungkin ini bukan kamarnya? Entahlah, Mila mengesampingkan dulu dugaannya. Kedua matanya masih terpejam untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya.Ingatannya kembali ke kejadian itu. Entah kapan, karena Mila tidak tau sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri. Satu-satunya yang dia ingat hanyalah ketakutan yang dia rasakan saat tubuhnya berusaha
“Devara??” Ekspresi wajah Kemilau tidak bisa berbohong kalau dia sangat terkejut melihat Deva ada di sini. Di depan mata! Oh Tuhan! Rasanya seperti sudah lama tidak bertemu, padahal dia baru menikah tiga hari yang lalu. Merasa senang karena tidak sengaja meet up dengan seseorang yang dia anggap ‘keluarga’, Mila refleks memeluk Deva begitu saja.“Ya ampun, Dev, kangen gue sama lo,” ucapnya serius dan begitu dalam. Dia memang merindukan orang-orang yang ada di circle-nya dulu. Baru seminggu lebih di kediaman Saskara, Mila sudah merasa seperti jauh dari peradaban. “Gue juga, Mil. Lo … baik-baik aja, Mil? Kok pakai baju ini?” Deva ternyata menyadari pakaian yang dikenakan Kemilau. Sepertinya dia sangat mengenali modelan seragam yang seperti itu, seringnya dipakai oleh pembantu di rumah-rumah orang kaya.Kemilau yang lupa kalau dia masih memakai seragam maid-nya, langsung menarik diri dari Devara lantaran malu. Dia pasti sangat kucel dan jelek.“E—h. Gue … baik-baik aja kok." Mila berusa