Sesuai rencana, keesokan harinya Indira pulang dari rumah sakit. Wulan menjemput gadis itu ditemani Aryo di sisinya. Kentara sekali kalau sang suami masih marah pada istrinya itu. Apalagi setiap perhatian yang dia tunjukkan untuk Indira membuat sesuatu di hati Wulan meronta-ronta. Ternyata dia tak sekuat apa yang selalu diucapkannya. Ada rasa perih yang menyiksa kala dengan mata kepala sendiri Wulan melihat suaminya memberi perhatian pada Indira. Membuat gadis itu merasa canggung serta sungkan. Apa lagi dia tak enak kalau Wulan melihatnya. Indira tahu istri Aryo tersebut sedang menahan cemburu, dia tersenyum masam dan memandang ke arah lain kala Aryo membukakan pintu belakang mobil untuknya.“Terima kasih, Mas,” gumam Indira dengan senyum kaku.Aryo hendak membuka pintu mobil di samping kemudi untuk Wulan, tetapi Istrinya itu telah lebih dulu masuk sebelum Aryo membukanya. Di dalam sana Indira dapat melihat ada yang tak beres di antara keduanya. Ada rasa tak nyaman menyusup hatinya k
“Papa senang rumah tanggamu dan Aryo menantu Papa baik-baik saja setelah yang kakakmu lakukan,” ucap Papa Wulan. Dia belum tahu rencana pernikahan kedua Aryo dengan gadis masa lalunya.Aryo menoleh ke arah sang mertua. Apa yang didengarnya? Jadi, orang tua Indira sudah tahu apa yang dilakukan Rama, putra tertuanya? Berarti selama ini dia seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Bahkan, istri yang dia percaya sekali pun membohonginya.Wajah Aryo memerah, giginya gemeretak, rahangnya mengeras serta tangannya mengepal.“Maaf, semuanya. Aku duluan ke kamar. Badanku serasa tak enak. Jadi, tak bisa menemani Papa dan Mama di sini,” gumam Aryo. Dia sebisa mungkin mengatur emosinya agar tak meledak di hadapan sang mertua. Dia masih menghormati orang tua istrinya itu.“Permisi.” Mengalihkan Ria yang ada di pangkuannya kepada Wulan. Dengan tergesa dia masuk ke dalam kamar membuat orang tua Wulan melongo tak mengerti apa yang sudah terjadi. Tak biasanya menantu kesayangannya itu bersikap dingi
“Ma, Pa. Ada sesuatu yang akan aku sampaikan kepada kalian. Aku dan Mas Aryo sudah memutuskan, kalau suamiku akan menikah lagi.” “Apa?!” Orang tua Wulan terkejut mendengar ucapan putrinya.“Jangan bercanda kalian.” Mama Wulan membulatkan mata, tak percaya dengan pernyataan putrinya.“Aku serius, Ma.”“Tapi kenapa? Tunggu! Apa ... kamu berselingkuh di luar sana? Kamu mengkhianati putri kami?” tudingnya kepada Aryo. Ada kilat kemarahan di mata orang tua Wulan. Sedang Aryo hanya diam menunggu penjelasan istrinya.“Tidak, Ma. Mas Aryo sama sekali enggak selingkuh. Dia suami yang baik dan setia. Wulan yang sudah menyuruhnya menikah lagi.” Wanita tersebut mencoba menjelaskan kepada orang tuanya. Berharap mereka akan mendukung keputusan dia dan sang suami.“Jangan gil* kamu, Lan. Bagaimana mungkin kamu menyuruh suamimu menikah lagi. Siapa wanita itu? Biar Mama labrak. Beraninya dia mengganggu rumah tangga kalian. Apalagi sudah mempengaruhi kamu, Lan,” geram Bu Rina. Dia orang yang pertama t
“Papa kenapa?!” tanya Wulan panik, dia memandang suaminya. Gegas Aryo memapah tubuh mertuanya. Menyuruh Wulan mengambil kunci mobil di atas nakas kamar. Mendengar keributan Yuri yang sedang bermain dengan anak-anak segera keluar. Ketika melihat Wulan melewatinya, gadis itu bertanya.“Ada apa, Mbak?” tanya Yuri heran.“Dek, titip anak-anak, ya. Mbak mau ke rumah sakit dulu. Besok Mbak dan Mas-mu pulang pagi-pagi sekali.” Wulan berlalu tanpa menjawab pertanyaan adik iparnya. Dia terlihat sangat panik. Tak ingin sampai terjadi sesuatu dengan Papanya, jadi Wulan harus cepat-cepat mengantar ke Rumah Sakit.Setelah semua orang masuk termasuk Wulan, suaminya, dan Bu Rina serta Pak Agung dalam pangkuan. Aryo melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit terdekat.Setengah jam kemudian mereka sampai lalu segera membawa Papa Wulan ke ruang IGD untuk mendapatkan tindakan pertama oleh dokter jaga di sana. Wulan menangis di pelukan ibunya. Mereka sama-sama menumpahkan kekhawatiran di dalam hati. Takut ter
Wulan membujuk Papa dan Mamanya untuk merestui Aryo menikah lagi. Dia bilang anggap saja ini adalah penebusan terhadap kesalahan kakaknya. Jadi, agar suaminya bisa kembali bersama dengan gadis itu dan bisa membahagiakannya, Wulan harus rela berbagi suami.Meski mereka masih merasa keberatan dengan rencana yang dirasa tak masuk akal menurut kedua orang tua Wulan. Tatap saja tak bisa mempengaruhi pemikiran putrinya. Wulan tetap kukuh. Dia tak ingin semuanya batal karena apa pun. Sedang dari keluarga Aryo. Yang pertama diberitahukan yaitu paman Hasan. Dia adik bungsu papanya sekaligus saudara satu-satunya yang masih hidup.Karena ini pernikahan yang serba cepat dan mendadak Aryo tak bisa mengabari semua keluarga besarnya. Dia hanya mengatakan ke kerabat terdekat saja. Untuk pernikahan nanti barulah semua orang akan diberitahu.Sesuai rencana malam Minggu ini Aryo melamar Indira secara resmi. Dia diantar Wulan, Yuri dan Pak Hasan sebagai perwakilan keluarga. Tak disangka pula di detik keb
Indira sadar dari pingsannya. Setelah hampir setengah jam dia tak sadarkan diri. Semua orang termasuk Aryo merasa lega mendengar calon istrinya sudah siuman. Meski tak menunjukkannya kepada semua orang, pria itu dari tadi khawatir. Membuat hatinya tak tenang. Apalagi Aryo tak tahu apa yang membuatnya pingsan.Mereka yang menunggu di ruang tamu akhirnya bisa tersenyum. Tapi tidak dengan Bu Rina. Wanita itu tak suka melihat menantu dan putrinya terlihat mengkhawatirkan Indira. ‘Dasar tukang drama. Palingan juga cari perhatian. Berlebihan sekali kalau dia sampai pingsan,’ batin Bu Rina. Dia masih tak tahu apa yang telah terjadi kepada Indira. Memang dulu hanya Rama yang mengetahui Indira hilang ingatan. Setelah kecelakaan itu terjadi, pemuda itu sempat menemui calon istrinya di Rumah Sakit. Rupanya itu pertemuan terakhir mereka, Indira menghilang tak tahu dia pergi ke mana bersama keluarganya. Tak ada jejak atau pun kabar. Dia mencoba abai dan senang segala perbuatannya terhadap gadis
Hari Minggu seperti biasa Indira pergi keluar rumah untuk mencari udara segar. Kebetulan Yuri mengajaknya untuk lari pagi bersama. Mereka juga sempat sarapan bubur bersama.Indira merasa sudah akrab dengan Yuri. Merasa tak asing lagi bisa sedang di dekatnya. Mereka tertawa ketika Yuri menceritakan pengalaman lucunya. Dia juga mengatakan apa yang disukai dan tidak oleh kakaknya.“Boleh aku panggil Mbak Indira dengan sebutan Ira saja?” tanya Yuri. Memang gadis itu sudah dari dulu lebih nyaman memanggil Indira dengan nama itu sebelum ingatannya hilang.“Tentu. Senyamannya kamu aja, Ri. Aku merasa mempunyai seorang adik. Dari dulu memang suka iri kalau lihat orang lain punya adik. Aku ‘kan anak satu-satunya jadi suka merasa kesepian,” jelas Indira.Yuri mengangguk. Dia tahu dari dulu memang Indira sering mengatakan itu kepada Aryo. Makanya, kakaknya mengenalkan Yuri kepada Indira, pria itu bilang kepada Indira kalau dia boleh menganggap Yuri sebagai adiknya sendiri. Indira senang luar bia
Dari tadi pagi Indira tak keluar dari kamarnya membuat orang tua gadis itu khawatir, tak biasanya putrinya begitu.“Bun, mana Ira? Kenapa dari tadi enggak keluar kamar? Kira-kira ada apa, ya? Apa ada masalah?” tanya Ayah Indira.Bunda gadis itu mengiyakan ucapan suaminya. Tak seperti biasanya putrinya mengurung diri. Setelah menyiapkan makan malam di meja, gegas ia ke kamar sang putri. Mengecek keadaannya, mereka takut terjadi sesuatu terhadap Indira apalagi gadis itu baru saja sembuh dari sakitnya.Bu Rumi mengetuk pintu kamar sang putri namun tak ada sahutan dari dalam membuatnya panik takut terjadi sesuatu terhadap anaknya. Dia berlari menghampiri suaminya, memberitahukan kalau Indira tak menyahut sedikit pun di kamarnya.Dengan rasa khawatir ayah Indira mencari kunci cadangan kamar putrinya. Membukanya berharap tak terjadi apa pun terhadap Indira. Alangkah terkejutnya ketika pintu berhasil terbuka, Indira tak ada di kamarnya. Mereka mencari di kamar mandi, tetapi tak ada juga. “Y