Share

Bab 5. Kenangan yang Kembali Hadir

Angin malam membelai lembut rambut seorang gadis. Menghadirkan hawa dingin ke seluruh kepalanya yang tak tertutup hijab.

Sejak gadis itu terbangun karena mimpi buruk. Dia sama sekali tak bisa memejamkan matanya kembali. Sudah lama dari terakhir sang gadis mendapatkan bunga tidur yang aneh beberapa tahun yang lalu. Namun, sekarang mimpi itu hadir lagi.

Kilasan demi kilasan yang terekam di mimpi itu membuat gadis itu heran. Siapakah laki-laki yang berjanji akan datang melamar setelah memintanya untuk sabar menunggu selama mengenyam pendidikan di luar negeri?

Bahkan kebersamaan mereka teringat sangat manis. Gadis itu tersenyum dan mengiyakan permintaan pria di hadapannya. Namun, sesuatu terjadi, di saat yang sama pria itu langsung menghilang. Bukan itu! Dialah yang menghilang. Tubuhnya seakan terhempas ketika sebuah mobil menabraknya. Selanjutnya hanya kegelapan yang menyelimuti pandangan gadis itu. Dan seketika dia terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran.

‘’Apa gadis itu aku? Lalu siapakah pria itu? Aku merasa mengenalinya, tetapi wajahnya tak ingat sama sekali,” batinnya.

“Sebaiknya aku tanyakan masalah ini sama Ayah dan Bunda besok.”

Gadis itu berjalan kembali ke arah ranjang tempat tidurnya berada. Setelah selama satu jam hanya berdiri mengingat-ingat siapa pria di mimpinya. Namun, tak juga mendapatkan jawaban. Serasa ada sesuatu yang hilang di hatinya. Perasaan gelisah ketika tak bisa mengingat sama sekali.

Sedang di tempat yang berbeda, Aryo duduk di balkon lantai dua rumahnya. Mengingat kejadian tadi pagi. Kenapa rasa ini kembali hadir setelah bertahun-tahun berusaha dia lupakan? Kenangan itu kembali terlintas dengan tidak sopannya. Menghadirkan kembali getaran demi getaran yang sudah lama dia redam.

Aryo menggeleng merasa tak pantas lagi untuknya mengingat gadis itu. Gadis yang pertama dia cintai dalam hidupnya. Dia sangat berharga bahkan dulu pernah berjanji akan datang melamar setelah lulus kuliah S2 nya di Prancis dulu. Memberikan Aryo semangat untuk segera menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang memuaskan. Dengan begitu dia akan mendapatkan pekerjaan dan karir yang cemerlang. Di saat itu pula akan segera melamar gadis pujaannya yang telah berjanji akan menunggu sampai Aryo meminangnya untuk jadi seorang istri.

Namun, harapan tinggal harapan. Rencana yang pria itu susun sekian lama. Hancur kala mendengar pujaannya serta keluarga gadis itu menghilang entah ke mana. Tetangga bilang dia sudah pindah enam bulan sebelum Aryo kembali dari luar negeri. Pantas saja saat itu kontaknya sama sekali tak bisa dihubungi.

“Keluarga mereka sudah pindah rumah cukup lama, Dek. Bapak dan Pak RT di sini juga kurang tahu mereka sekarang ke mana,” papar salah satu pria paruh baya tetangga Indira dulu.

Hati Aryo hancur mendapati kenyataan. Bahkan mulai saat itu dia sama sekali tak pernah mau berkomitmen dengan gadis mana pun. Sekalipun sang Ayah yang kala itu masih hidup mengenalkannya kepada beberapa anak dari kolega bisnisnya. Dia tetap menolak. Sampai suatu hari sebuah undangan pernikahan diterimanya.

Aryo terkejut melihat nama yang tertera di dalam undangan tersebut. Nama gadis yang telah berjanji akan menunggunya untuk dipinang.

Lamunan Aryo buyar saat seseorang menggenggam tangannya dengan hangat. Dia menoleh memandang wajah istrinya yang dia cintai.

“Ada apa, Mas? Kulihat Mas Aryo sedang melamun. Apa ada masalah di kantor?” tanya Wulan merasa heran dengan sikap sang suami. Sejak tadi pagi Aryo selalu terlihat termenung sendiri.

Pria itu menggeleng sambil memberikan senyumnya kepada sang istri. Dia mencium tangan Wulan sambil mengusapnya lembut.

“Tidak apa-apa, Sayang. Mas hanya sedang memikirkan pekerjaan saja,” kilahnya. Dia sama sekali tak ingin Wulan tahu apa yang mengganggu pikirannya.

Bagaimanapun Aryo tak mau sampai istrinya itu sakit hati mengetahui suaminya sedang memikirkan wanita lain. Meskipun, ya, sama sekali bukan salah Aryo jika rasa itu kembali muncul.

Pertanyaan Yuri adiknya tadi pagi membuat Aryo kembali teringat dengan gadis yang dicintainya dulu. Mungkinkah rasa itu masih ada membekas?

Sedangkan di hati Wulan ada rasa tak percaya dengan ucapan suaminya. Dia tahu Aryo sedang berbohong. Suaminya tak pandai menyimpan rahasia apa pun padanya. Wulan tahu ketika Aryo sedang jujur atau tidak. Namun, sebisa mungkin dia menampakkan ekspresi seolah percaya.

“Ya sudah, kita istirahat dulu, ya, Mas. Ini sudah tengah malam. Nanti Mas Aryo kecapaian. Jangan suka begadang tak baik untuk kesehatan.” Wulan menuntun suaminya ke kamar tanpa penolakan dari Aryo. Dia mengunci pintu kaca penghubung kamar dan balkon.

Aryo yang tak ingin lebih jauh lagi berdosa kepada sang istri dengan memikirkan wanita lain. Dia ingin melupakan semuanya, dengan lembut lelaki itu memeluk Wulan dari belakang. Meninggalkan jejak demi jejak di leher jenjang sang istri. Membawanya ke dalam peraduan yang selalu menjadi candu bagi setiap pasangan halal

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status