Home / Rumah Tangga / Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua / Bab 5. Kenangan yang Kembali Hadir

Share

Bab 5. Kenangan yang Kembali Hadir

Author: Nuri522
last update Last Updated: 2023-01-24 08:26:41

Angin malam membelai lembut rambut seorang gadis. Menghadirkan hawa dingin ke seluruh kepalanya yang tak tertutup hijab.

Sejak gadis itu terbangun karena mimpi buruk. Dia sama sekali tak bisa memejamkan matanya kembali. Sudah lama dari terakhir sang gadis mendapatkan bunga tidur yang aneh beberapa tahun yang lalu. Namun, sekarang mimpi itu hadir lagi.

Kilasan demi kilasan yang terekam di mimpi itu membuat gadis itu heran. Siapakah laki-laki yang berjanji akan datang melamar setelah memintanya untuk sabar menunggu selama mengenyam pendidikan di luar negeri?

Bahkan kebersamaan mereka teringat sangat manis. Gadis itu tersenyum dan mengiyakan permintaan pria di hadapannya. Namun, sesuatu terjadi, di saat yang sama pria itu langsung menghilang. Bukan itu! Dialah yang menghilang. Tubuhnya seakan terhempas ketika sebuah mobil menabraknya. Selanjutnya hanya kegelapan yang menyelimuti pandangan gadis itu. Dan seketika dia terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran.

‘’Apa gadis itu aku? Lalu siapakah pria itu? Aku merasa mengenalinya, tetapi wajahnya tak ingat sama sekali,” batinnya.

“Sebaiknya aku tanyakan masalah ini sama Ayah dan Bunda besok.”

Gadis itu berjalan kembali ke arah ranjang tempat tidurnya berada. Setelah selama satu jam hanya berdiri mengingat-ingat siapa pria di mimpinya. Namun, tak juga mendapatkan jawaban. Serasa ada sesuatu yang hilang di hatinya. Perasaan gelisah ketika tak bisa mengingat sama sekali.

Sedang di tempat yang berbeda, Aryo duduk di balkon lantai dua rumahnya. Mengingat kejadian tadi pagi. Kenapa rasa ini kembali hadir setelah bertahun-tahun berusaha dia lupakan? Kenangan itu kembali terlintas dengan tidak sopannya. Menghadirkan kembali getaran demi getaran yang sudah lama dia redam.

Aryo menggeleng merasa tak pantas lagi untuknya mengingat gadis itu. Gadis yang pertama dia cintai dalam hidupnya. Dia sangat berharga bahkan dulu pernah berjanji akan datang melamar setelah lulus kuliah S2 nya di Prancis dulu. Memberikan Aryo semangat untuk segera menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang memuaskan. Dengan begitu dia akan mendapatkan pekerjaan dan karir yang cemerlang. Di saat itu pula akan segera melamar gadis pujaannya yang telah berjanji akan menunggu sampai Aryo meminangnya untuk jadi seorang istri.

Namun, harapan tinggal harapan. Rencana yang pria itu susun sekian lama. Hancur kala mendengar pujaannya serta keluarga gadis itu menghilang entah ke mana. Tetangga bilang dia sudah pindah enam bulan sebelum Aryo kembali dari luar negeri. Pantas saja saat itu kontaknya sama sekali tak bisa dihubungi.

“Keluarga mereka sudah pindah rumah cukup lama, Dek. Bapak dan Pak RT di sini juga kurang tahu mereka sekarang ke mana,” papar salah satu pria paruh baya tetangga Indira dulu.

Hati Aryo hancur mendapati kenyataan. Bahkan mulai saat itu dia sama sekali tak pernah mau berkomitmen dengan gadis mana pun. Sekalipun sang Ayah yang kala itu masih hidup mengenalkannya kepada beberapa anak dari kolega bisnisnya. Dia tetap menolak. Sampai suatu hari sebuah undangan pernikahan diterimanya.

Aryo terkejut melihat nama yang tertera di dalam undangan tersebut. Nama gadis yang telah berjanji akan menunggunya untuk dipinang.

Lamunan Aryo buyar saat seseorang menggenggam tangannya dengan hangat. Dia menoleh memandang wajah istrinya yang dia cintai.

“Ada apa, Mas? Kulihat Mas Aryo sedang melamun. Apa ada masalah di kantor?” tanya Wulan merasa heran dengan sikap sang suami. Sejak tadi pagi Aryo selalu terlihat termenung sendiri.

Pria itu menggeleng sambil memberikan senyumnya kepada sang istri. Dia mencium tangan Wulan sambil mengusapnya lembut.

“Tidak apa-apa, Sayang. Mas hanya sedang memikirkan pekerjaan saja,” kilahnya. Dia sama sekali tak ingin Wulan tahu apa yang mengganggu pikirannya.

Bagaimanapun Aryo tak mau sampai istrinya itu sakit hati mengetahui suaminya sedang memikirkan wanita lain. Meskipun, ya, sama sekali bukan salah Aryo jika rasa itu kembali muncul.

Pertanyaan Yuri adiknya tadi pagi membuat Aryo kembali teringat dengan gadis yang dicintainya dulu. Mungkinkah rasa itu masih ada membekas?

Sedangkan di hati Wulan ada rasa tak percaya dengan ucapan suaminya. Dia tahu Aryo sedang berbohong. Suaminya tak pandai menyimpan rahasia apa pun padanya. Wulan tahu ketika Aryo sedang jujur atau tidak. Namun, sebisa mungkin dia menampakkan ekspresi seolah percaya.

“Ya sudah, kita istirahat dulu, ya, Mas. Ini sudah tengah malam. Nanti Mas Aryo kecapaian. Jangan suka begadang tak baik untuk kesehatan.” Wulan menuntun suaminya ke kamar tanpa penolakan dari Aryo. Dia mengunci pintu kaca penghubung kamar dan balkon.

Aryo yang tak ingin lebih jauh lagi berdosa kepada sang istri dengan memikirkan wanita lain. Dia ingin melupakan semuanya, dengan lembut lelaki itu memeluk Wulan dari belakang. Meninggalkan jejak demi jejak di leher jenjang sang istri. Membawanya ke dalam peraduan yang selalu menjadi candu bagi setiap pasangan halal

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Ending

    Akan tetapi, wanita itu berhenti sejenak di depan pintu. Sorot matanya menangkap sosok tampan di dalam sana yang tengah mengusap perut Indira. Ia berniat kembali berbalik arah, tetapi Indira melihat Wulan yang bergegas langsung memanggilnya.Wulan menoleh dan tersenyum menatap adik madu dan sang suami. Sebenarnya, ia pergi bukan karena cemburu, tetapi lebih karena tidak enak hati telah mengganggu kebersamaan Aryo dan Indira. Wulan memasuki kamar adik madunya. Aryo segera berdiri menghampiri Wulan dan merangkulnya. “Mbak cuma mau nyuruh kamu turun. Kita makan bersama. Hidangannya sudah siap ,” ujar Wulan.“Mbak masak sendiri?”“Iya spesial buat kamu, Ra. Mbak masak ayam bakar.”“lho, kok repot-repot sih, Mbak. Padahal Mbak Wulan sendiri pasti capek ngurus Salma dan anak-anak, kan?” ujar Indira memandang heran wajah kakak madunya yang seperti tak pernah merasa capek.“Wulan memang begitu, Ra. Dia wanita hebat yang seperti tak pernah kenal lelah dalam hidupnya,” timpal Aryo dan mendap

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 59

    Mereka jalan bersama sekedar melihat wahana yang ada. Siang ini udara begitu panas sehingga membuat para pengunjung kegerahan. Begitu pun dengan Indira, seketika tubuh Indira lemas dan matanya sedikit berkunang. Penglihatannya mulai redup seakan hari akan menjelang malam. Indira tak sadarkan diri. Untung saja, Salma sedang Wulan susui pun tangan Aryo sigap tubuh sang istri dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat. Satu keluarga itu panik bukan main melihat Indira tak sadarkan diri. Apalagi, Aryo, kentara sekali kekhawatiran di wajah pria itu.Setelah sampai, Indira segera ditangani oleh dokter.Selang beberapa saat, dokter yang memeriksa Indira keluar dengan wajah senyum merekah. Aryo bergegas menghampirinya. “Ada apa dengan istri saya, dok? Kenapa dia bisa pingsan gini. Apa istri saya sedang sakit, dok?” cecar Aryo. Wulan mengelus punggung sang suami agar tetap bersabar.Bibir dokter itu tersenyum lebar. Lalu mengulurkan tangan pada Aryo dan mengucapkan selamat. Membuat keb

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 59

    Sudah beberapa hari ia tinggal di rumah baru, membuat Indira sedikit kesepian. Pasalnya, ia merasa masih asing di tempat ini. Apalagi, seminggu ini Aryo tak bisa berkunjung seperti biasanya. Ia harus rela jatahnya bersama sang suami kini terganggu gara-gara kondisi kehamilan Wulan yang membuat semua orang khawatir.Bagaimana tidak, selama tujuh hari ini, badan Wulan lemas dan muntah-muntah. Bahkan, setiap ia memakan nasi atau pun bubur pasti selalu tak masuk. Terkadang Wulan hanya mau makan roti dan pisang saja. Untunglah, kedua makanan itu pun termasuk ke dalam sumber karbohidrat. Jadi, menurut dokter itu tak begitu membuat khawatir. Namun, tetap saja ia tak bisa meninggalkan sang istri begitu saja. Meski, ia merasa bersalah telah abai terhadap istri yang lain.“Maaf, Ra. Mas benar-benar tak enak sama kamu. Maaf juga kalau Mas sudah abai sebagai seorang suami,” ujar Aryo ketika ia menyempatkan diri untuk mampir ke rumah istri keduanya meski hanya bisa sebentar, itu pun sepulangnya A

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 58

    Setelah memastikan Wulan baik-baik saja selepas siuman. Aryo terpaksa harus meninggalkan istri pertamanya untuk melanjutkan rencana kepindahan Indira, itu pun atas izin dari Wulan.“Mas pergi saja. Bukankah ini sudah direncanakan Mas beberapa bulan yang lalu. Aku enggak apa-apa, kok. Sekarang sudah lebih baik. Lagi pula, ini bukan kehamilan pertamaku. Jadi, aku udah bisa jaga diri.”Indira yang duduk di ranjang menemani Wulan menggeleng.“Enggak, Mas. Jangan tinggalin Mbak Wulan. Kepindahanku bisa dipending, tapi kesehatan Mbak Wulan lebih penting. Aku enggak mau kecolongan lagi, terus Mbak malah kembali pingsan,” kekeh Indira tak ingin mengindahkan ucapan kakak madunya.“Mbak enggak apa-apa, Ra. Kamu jangan khawatir. Tadi, Mbak pingsan gara-gara kelelahan aja. Beberapa Minggu ini kan kegiatan Danish di sekolah banyak banget, terus belum lagi kerjaan rumah yang enggak selesai-selesai. Mungkin itu juga yang membuat tubuh Mbak drop.”“Apa perlu Mas nyari orang lagi buat nemenin kamu di

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 57

    Hari sudah menjelang malam. Mereka sibuk merapikan barang yang akan di bawa ke rumah barunya. Ada perasaan sedih karena harus meninggalkan kamar yang menyimpan banyak kenangan. Indira menatap foto keluarga saat dirinya masih kecil. “Kalau kamu belum siap untuk pindah, enggak papa kok, Sayang,” ucap Aryo seraya menepuk pundaknya.“Insya Allah aku siap kok, Mas. Sudah kewajibanku sebagai istri untuk nurut sama suami.”“Makasih ya, Sayang. Aku janji akan selalu berusaha menjaga dan membahagiakanmu semampu yang aku bisa. Aku enggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi.”Indira mengangguk sambil tersenyum. “Mbak Wulan gimana, Mas? Udah tahu aku mau pindah? Keberatan enggak? Soalnya aku enggak enak sama Mbak Wulan. Mas Aryo udah ngasih aku rumah,”“Udah, Sayang. Wulan juga senang kalau kamu bahagia. Lagi pula, kamu juga berhak mendapatkannya. Mas jadi tenang sudah memberikan tempat tinggal layak untuk kalian berdua. Berarti fokus Mas kedepannya untuk membiayai kalian berdua dan yang

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 56

    “Maafkan kesalahan anak kami ya Nak Indira. Maaf sebagai orang tua kita nggak becus mendidik anak. Kami menyesal sekarang atas semua perbuatan Rama sama kamu,” ujar ini Bu Rina sambil memohon maaf dengan berurai air mata.Indira meraih tangan Bu Rina dan menggenggamnya dengan erat.“Aku memaafkan semua kesalahan Mas Rama dulu. Meski sulit, tapi aku sedang berusaha untuk ikhlas. Lupakan semua yang telah terjadi. Bukankah Allah maha pemaaf kenapa kita saja sebagai hamba yang tak memiliki kuasa tidak?“Lagi pula, aku bersyukur dengan jalan ini, bisa mengenal sosok kakak seperti Mbak Wulan,” tambahnya lagi. Mendengar ucapan Indira, Buu Rina menghambur ke arah madu sang putri dan memeluknya erat. Ia mengucap terima kasih karena sudah mendapat maaf dari mereka. Hatinya sedikit lega. Padahal, ia dan sang suami sempat berpikiran picik terhadap wanita itu.Keduanya kira, Indira itu wanita yang gila harta sehingga mengincar Aryo dan bahkan mau menjadi istri kedua dari menantunya. Ternyata sang

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 55.

    “Masih sakit?” tanya Aryo melihat cara jalan sang istri yang tak biasa.Pipi Indira merah merona mengingat kejadian semalam. Wanita itu hanya menjawab dengan anggukan tetapi kemudian berubah jadi gelengan. Sebenarnya, ia malu membahas hal yang masih tabu untuknya tersebut, apalagi ketika melihat kasur yang masih berantakan.Aryo mendekat ke tubuh Indira dan memeluknya dari belakang. Ia mencium aroma tubuh wanita itu yang baru saja selesai mandi keramas. “Kamu wangi banget, Ra.”“Jangan gitu Mas, aku malu,” ujarnya seraya mendorong tubuh suaminya.Bibir Aryo terkekeh pelan melihat reaksi sang istri yang terlihat lucu saat wajahnya tengah memerah karena dia goda. Ada rasa lega dalam diri pria itu sekarang. Terlebih Indira sudah mau menunaikan kewajibannya sebagai istri. Suara ketukan pintu dari luar membuatnya terlonjak kaget. Ia melangkahkan kaki ke arah pintu dan membukanya. Bunda Indira sudah berdiri di sana dengan senyum canggung. “Maaf Bunda ganggu kalian enggak?” ucapnya seraya

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 54

    “Ra, kok Mas enggak lihat Bunda dan Ayah?”“Oh, hari ini mereka nginap di rumah saudara yang lagi hajatan, Mas. Emangnya Mas udah lupa?”Aryo menggeleng sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.“Mas lupa, Ra.”“Kebanyakan mikirin kerjaan, jadi gampang banget lupa,” kekeh Indira yang tengah membuka kerudung yang dikenakannya di meja rias.Tangan Aryo terulur untuk menyisir untaian demi untaian mahkota kepala sang istri. “Mas lebih baik wudu dulu, deh. Kita salat bareng, ya. Mas jadi imamnya.Malam memang telah menyambut, kini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam lebih belasan menit. Sudah waktunya bagi mereka untuk menunaikan ibadah wajib bersama-sama. Kebetulan, magrib tadi Aryo tak salat di rumah, melainkan di mesjid.“Iya. Kita wudu bareng.”Sang istri mengangguk dan mengikuti suaminya yang lebih dulu mengambil wudu di kamar mandi. Setelah keduanya suci, Aryo memimpin Indira untuk salat berjamaah. Sangat terasa khusyuk dan damai.Wanita itu tak pernah menyangka bakal sampai di

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Bab 53

    Indira merasa kesusahan untuk bernapas karena Aryo begitu kuat memeluknya. Wanita itu melepaskan pelukannya. Pria itu membungkukkan badannya di depan Indira hingga membuatnya tak nyaman. Jemarinya mendorong bangkunya ke belakang agar ia bisa menghindar. “Kamu mau ngapain, Mas?” “Apa perlu aku sujud di kakimu agar aku bisa membuktikan rasa cintaku padamu? Betapa aku mengkhawatirkan keadaanmu. Apa masih ada tempat yang lebih nyaman untuk berbagi cerita selain kepada pasangan sendiri?” Wanita itu tercengang atas ucapan Aryo. Matanya bersitatap dengannya. Tangan Aryo meraba ke bawah hendak mencari bunga yang terjatuh. “Mas kok ngomongnya begitu.”“Kamu aja nggak percaya sama, Mas,” jawabnya seraya bangkit dan kembali duduk di kursi kemudi. Sementara Indira membetulkan bangku ke posisi semula. Ia menghembuskan napas lega sembari mengusap dada.“Aku percaya kok sama, Mas.”“Kalau percaya, berarti kamu bisa cerita sama, Mas,” ucap Aryo.Indira tersenyum dan mengangguk. Senyum di bibir A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status