Share

Bab 04

Author: Sukafiksi02
last update Last Updated: 2024-05-31 13:41:34

"Sayang," panggil Damian setelah duduk di samping Alora dengan dua mangkok bakso yang telah tersaji di depan keduanya.

"Hmm," reflek Alora langsung menoleh kearah Damian.

"Apa ada masalah, kenapa kamu tidak seperti biasanya?" Tanya Damian, menyadari perubahan pada Alora.

Alora hanya menggeleng pelan, dan itu membuat Damian semakin tidak tenang. Mengurungkan niatnya untuk menyantap segera bakso yang ada di tangannya, Damian lebih memilih untuk meletakkan mangkok berisi bakso itu di meja.

"Jangan membuatku penasaran sayang, jika memang ada masalah ceritalah aku akan menerima apapun itu sayang." Bujuk Damian.

"Tapi untuk masalah ini aku yakin kamu tidak akan bisa menerimanya." Jawab Alora masih tertunduk memandangi semangkuk bakso di hadapannya yang mulai menghangat.

"Serumit apa masalah itu sampai kamu mengatakan dengan yakin tentang aku yang tidak akan bisa menerimanya." Damian semakin tidak sabar dengan apa yang belum di ketahuinya, dan membuatnya mulai berpikir lalu menebak masalah apa yang tengah menjadi kerisauan sang kekasih.

"Alora." Panggil Damian dengan hanya menyebutkan nama, yang sudah pasti laki-laki itu mulai terbawa emosi karna Alora masih belum juga memberi kejelasan.

Sesaat Alora menggigit bibir bawahnya, untuk menahan sesuatu yang terasa menyakitkan. Namun, ketika Alora hendak menjawab Damian mendahului bersuara.

"Apakah ini tentang permasalahan restu dari kedua orang tuamu Ra, yang tidak pernah menyukai hubungan diantara kita?" Kata Damian sedikit melembut, refleks Alora menoleh dengan cepat.

Menatap lekat dan begitu dalam, Alora seakan mencoba menenangkan lewat dari tatapan teduhnya. Beberapa saat Alora gunakan hanya diam dan menatap Damian dengan teduh, gadis itu mulai siap untuk memberitahu apa masalah yang tengah di hadapinya.

"Apa kamu tau, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan restu dari keluargaku. Tapi ini tentang suatu permintaan dari Kakakku, yang memintaku untuk menikah dengan Mas Chakra setelah Kakak pulang dari rumah sakit." Seketika, Damian mengalihkan tatapannya ke arah lain, perwakilan dari sebuah rasa shock ketika logikanya tidak dapat menerima pernyataan dari sang kekasih.

"Lalu, apa kamu menerimanya Ra?" Suara itu terdengar mulai bergetar, kini tatapannya kembali terkunci pada Alora dan semakin tajam.

"Aku nggak ada pilihan lain Dam, waktu itu posisinya sangat sulit!" Alora mencoba menjelaskan, ketika dengan jelas ia baru saja berhasil menimpakan kecewa dan amarah yang begitu besar pada Damian.

"Sesulit apa?, dan kenapa Kakakmu harus meminta hal bodoh itu padamu Ra." Damian benar-benar tidak dapat menerima hal itu dengan mudah.

"Itu sulit Dam, sangat sulit karna waktu itu Kakak memintaku di saat dia kritis dan keselamatannya seperti sangat kecil untuk di raih. Maka saat itu aku tidak punya pilihan lain selain menerima permintaannya." Jelas Alora berharap Damian mengerti tentang posisinya saat itu.

Mendengar penjelasan dari Alora, perasaannya semakin sakit. Damian mengusap wajahnya kasar mencoba menetralisir rasa yang begitu berantakan ketika perasaannya di hantam banyak kejutan yang cukup menyakitkan.

"Dam, kamu mau kemana?" Refleks Alora mencegah Damian ketika laki-laki bertubuh tinggi tegap itu hendak berdiri.

 Tanpa memberi jawaban, Damian melepaskan tangan Alora yang mencoba mencegahnya lalu dengan cepat laki-laki itu mengeluarkan beberapa lembar kertas dan di serahkan pada tukang bakso, lalu segera meninggalkan tempat itu dan Alora seketika menangis tanpa bisa mencegah kepergian Damian.

Ketika tangisnya masih belum reda, tidak lama setelah kepergian Damian. Sebuah suara dari ponselnya seketika menghentikan tangis Alora, dan ia cepat-cepat menerima panggilan dari Kakaknya. Setelah beberapa saat panggilan telfon itu terputus, Alora segera memesan taksi online lalu segera pergi meninggalkan tempat itu beserta dua mangkuk bakso yang masih utuh belum sempat tersentuh karna sebuah permalasahan yang tiba-tiba hadir merusak segalanya.

****

Di dalam ruangan rawat itu, selama obrolan Alara dengan seseorang di sebrang sana, semua orang hanya terdiam dan menyimak, dan ada beberapa kata yang Alara katakan yang cukup menarik perhatian Alora, sehingga gadis cantik itu ingin menanyakan apa maksud dari obrolan sang kakak dengan orang di balik telfon itu.

"Kak," panggil Alora setelah Alara menurunkan ponselnya ketika panggilan sudah terputus.

"Hmmm,"

"Kakak pesan dekor buat apa?," Alora bertanya berharap dugaannya salah.

"Oh ya, kakak lupa mau bilang sama kamu, sini-sini dek kakak liatin." Alara langsung meraih pergelangan tangan Alora, lalu menariknya pelan agar Alora dapat duduk di sampingnya.

"Liat, kakak udah pesenin kamu decor wedding ini dan udah deal baguskan?" Alara menunjukkan foto decor yang sangat cantik, dan menjelaskan dengan begitu semangat.

Sedangkan semua orang seketika terkejut dengan apa yang Alara lakukan, tidak terkecuali Chakra yang refleks memejamkan matanya menahan gejolak dalam dirinya agar ia dapat menahan emosinya.

"Kakak..." Panggil Alora dengan suara melemahnya.

Alara langsung menoleh menatap wajah sendu adiknya. "Aku mohon kak, untuk saat ini jangan membahas hal ini." Pinta Alora dengan nada suara yang masih sama.

Dalam waktu cepat, senyuman yang tadinya melengkung dan semangat yang sedari tadi begitu menggebu. Seketika lenyap ketika Alara menangkap wajah sendu dari adiknya.

"Apa kamu ingin mengingkari janjimu dek?" Tanya Alara menatap dalam pada Alora.

Alora menggeleng cepat. "Enggak kak, tapi sekarang cobalah untuk fokus terlebih dahulu pada pemulihan mu."

"Aku sudah melakukannya dek, dokter mengizinkanku pulang itu adalah hasil dari usahaku yang fokus pada pemulihan ku." Jawab Alara kekeh.

Sebuah tangan menyentuh lembut bahu Alora, mengurungkannya ketika Alora hendak kembali menjawab ucapan dari Alara. Di tatapnya sang mamah, dan Mirna membalas tatapan itu sembari menggelengkan kepalanya pelan. Alora seketika mengerti isyarat yang di berikan oleh mamanya, dan akhirnya Alora hanya diam membiarkan apa yang kakaknya lakukan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 75

    Tangis histeris memenuhi ruang rawat Alora, ketika dia baru mendapatkan kenyataan yang sangat menyakitkan dimana janinnya tidak berhasil di selamatkan dan harus terpaksa di relakan.Tapi perasaan ibu mana yang bisa langsung menerima saat kehilangan anaknya, dan itulah yang membuat Alora tidak bisa tenang meski kedua orang tuanya berusaha untuk menenangkannya.Damian yang mendengar teriakan histeris itu, buru-buru ia menghampiri ruangan Alora dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia itu dapat menenangkannya. Tanpa memperdulikan apapun lagi, Damian langsung membawa Alora ke dalam pelukannya."Ra! Tenang Ra!" Ucapnya mencoba menangkan Alora.Alora menggelengkan kepalanya, dan tangannya mencengkram erat lengan kekar Damian. "Bagaimana bisa aku tenang! Sedangkan anakku sudah pergi Dam!" Jawabnya terisak, terdengar sangat menyayat."Aku tau Ra! Aku tau, bagaimana perasaanmu saat ini, karna meski tidak sesakit yang kamu rasakan, aku juga merasakannya Ra! Bagaimana hancurnya kamu aku menge

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 74

    Kekhawatiran kembali di rasakan oleh Mirna dan Bagas ketika mendapat kabar dari Damian, dan kini keduanya tengah berjalan cepat menuju ke ruangan Alora.Damian segera berdiri ketika sudah melihat kehadiran orang tua Alora. "Apa yang sudah terjadi dengan putriku!?" Tanyanya tanpa sadar Mirna menggenggam tangan kekar Damian.Belum sempat Damian menjawab seorang Dokter menghampiri mereka. "Dengan keluarga pasien Alora?" Tanya Dokter itu, secara bersamaan Mirna dan Bagas mengangguk."Boleh ikut dengan saya, karna ada hal penting yang harus saya sampaikan." Pinta Dokter itu dan tanpa berpikir panjang Mirna dan Bagas segera mengiyakan.Dokter itu mempersilahkan kedua orang tua Alora untuk mengikuti langkahnya, dan kembali memperkenalkan mereka untuk duduk setelah berada dalam ruangannya.Sangat fokus Mirna dan Bagas mendengarkan penjelasan dari Dokter, perubahan reaksi Mirna dan Bagas sangat jelas terlihat ketika keduanya mendapati kebenaran tentang kondisi Alora saat ini."Takut kondisi ya

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 73

    Senyuman di bibir Alora seketika sirna ketika tanpa sengaja matanya menangkap sosok Chakra bersama wanita yang pernah ia temui tengah berjalan mendekat ke arahnya, dan perubahan dari ekspresi Alora dapat Damian sadari, membuatnya seketika mengikuti kemana arah fokus mata Alora, dan ia langsung mengetahui alasannya.Tidak lama langkah Chakra dan Anggika berhenti tepat di depan Damian dan Alora duduk. "Apakah kembali bersama mantan saat mempunyai masalah dengan suami itu adalah keputusan yang menurutmu sudah sangat tepat?" Kata Chakra memancing reaksi dari orang-orang yang berada disana.Mendengar itu Alora segera berdiri karna ia tidak bisa membiarkan Chakra melakukan hal lebih jauh lagi, menyadari jika kini mereka tengah menjadi tontonan banyak orang."Mas, bisa kita bicarakan di lain tempat karna disini banyak orang." Ucap Alora menurunkan egonya mengalah agar Chakra dapat mendengarkannya.Chakra terkekeh. "Kenapa? Kamu malu karna banyak orang yang menonton, biarlah Ra biarkan orang

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 72

    Setelah Alora menyetujui untuk tinggal di apartemen Damian, dimana hanya itu pilihan yang menurutnya sangat aman mengingat bagaimana ia sangat mengerti sikap Damian padanya.Di dapur Alora tengah memasak untuk sarapan, di tengah kegiatannya yang tengah fokus pada masakannya tanpa ia sadari Damian memperhatikannya dengan tatapan yang sama seperti tatapannya yang dulu penuh cinta."Kesini lah Dam, aku yakin dengan hanya menatapku tidak akan membuatmu menjadi kenyang." Kata Alora saat mulai sadar akan kehadiran Damian dan juga tatapannya.Damian tersenyum, lalu segera menghampiri Alora yang mulai menata makanan di meja makan. "Aku hanya terlalu rindu dan hanya dengan menatapmu rinduku dapat berkurang." Kata Damian sembari mendudukkan bokongnya di kursi.Alora terkekeh. "Ayolah Dam, pagi-pagi gini lebih enak sarapan dari pada harus menggombal." Jawab Alora mencoba menyembunyikan salah tingkahnya, tapi Damian dapat melihat semu merah di pipi Alora.Merasa gemas Damian meraih tangan Alora m

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 71

    Anggika mengedarkan pandangannya saat memasuki kediaman Chakra, dan tanpa menunggu waktu lama ia seketika jatuh hati pada kediaman Chakra dan tanpa menunggu lama ia masuk lebih dalam mengikuti langkah lelaki di depannya.Tepat di depan pintu kamar langkah Chakra dan Anggika berhenti, lalu Chakra merogoh sakunya dan segera membuka pintu dengan kunci yang telah ia bawa."Ayo masuk Gi." Ajak Chakra mempersilahkan untuk Anggika masuk ke dalam kamar."Kamar ini adalah kamar tamu, dan bisa kamu gunakan dulu karna hanya kamar ini yang terjaga kebersihannya, setelah kamarku dan Alora." Jelas Chakra saat keduanya sudah berada di dalam kamar."Terimahkasih Chak telah mau membantuku." Ucap Anggika, yang beruntung mendapatkan kebaikan dari Chakra."Sama-sama, yaudah sekarang kamu istirahat dulu dan aku akan memanggil pelayan untuk memasakkan makan siang untuk kita." Ujar Chakra tanpa di sadari itu membuat Anggika kagum ketika ia menganggap jika itu adalah perhatian lebih dari Chakra.Setelah di r

  • Bukan Istri Pengganti Yang Sebenarnya    Bab 70

    Di tengah-tengah Damian dan Alora menikmati baksonya, ketika Alora hendak menyuapkan kembali sendok ke dalam mulutnya tiba-tiba perutnya terasa bergejolak membuatnya reflek meletakkan sendok nya.Melihat ada yang berbeda Damian menatap ke arah Alora yang tiba-tiba diam. "Ra, kamu kenapa?" Tanyanya mulai khawatir.Alora menggeleng, merasa perutnya semakin terasa tidak karuan tanpa berkata apapun Alora segera bangkit dan meninggalkan Damian, melihat sikap aneh Alora membuat Damian segera mengikutinya.Setelah berjalan cukup jauh dan tepat di sebuah pohon besar, Alora yang sudah tidak dapat menahan gejolak di dalam perutnya tanpa bisa di tahan lagi ia langsung memuntahkan semua yang ada dalam perutnya.Damian semakin khawatir ketika melihat Alora terus muntah, bahkan Alora terus muntah meski yang keluar kini hanya cairan saja.Setelah rasa ingin muntahnya telah mereda, Alora kembali menegakkan tubuhnya. Namun, tubuhnya terasa sangat lemah sampai ia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status