Share

6 - Dia Harga Diriku

‘Ya Tuhan, ada dia.’

Tak tahu harus berbuat apa, Raya hanya diam berdiri di depan pintu ruang ganti karena terkejut melihat Andro sudah berada dalam kamar mereka, sampai Andro memanggilnya untuk mendekat dengan menepuk sofa di sampingnya.

“Kemarilah.”

Meski ragu, Raya tetap berjalan mendekat sambil meremas-remas tangannya di depan perutnya. Kemudian duduk dengan patuh di sofa yang baru saja di tepuk oleh Andro.

Beberapa detik awal. Andro hanya diam mengawasi Raya dari ujung kepala hingga kaki, yang diawasi, hatinya sudah mulai berlarian tak karuan. Antara takut, malu dan bingung. Membuat Raya serba salah.

Tatapan Andro berakhir pada paras polos tanpa riasan Raya, tapi menurut Andro ini justru sangat menarik, terlihat cantik natural dan imut. 

Namun setelah mengamati, hal terbesar yang ada dalam benak Andro adalah rasa penasaran karena sepertinya, wajah Raya tidak asing baginya.

“Apa sebelumnya kita pernah bertemu?” nada suara Andro diselimuti aura dingin.

“Ah?” Raya terkejut dengan pertanyaan Andro yang tiba-tiba. Dia bingung. “Bertemu?”

Setelah sejenak berpikir apakah benar mereka pernah bertemu, Raya lalu menggelengkan kepalanya dengan ragu, merasa tidak pernah bertemu Andro.

Raya tahu, pria setampan dan sekaya Andro, meskipun keadaannya kurang sempurna, pasti banyak wanita diluar sana yang mengantri untuk sekedar jadi pemanis ranjang baginya. Jadi wajar kalau salah satu wanita Andro ada yang mirip dengan dirinya.

“Tunggu!” 

Andro menginstruksi dengan tegas seperti menemukan sesuatu, mengagetkan Raya lagi dan semakin membuat Raya takut karena Andro mulai mendekat, sambil melebarkan matanya menatap wajah Raya.

“Coba mendekat lagi!” Andro berkata sambil meraih bahu Raya, merasa kurang dekat.

“Akh,” tarikan Andro pada bahunya membuat Raya meringis kesakitan, rupanya Raya baru menyadari kalau bekas sodokan Yarina pada bahunya masih terasa sakit ketika dipegang.

“Ada apa?” Tanya Andro bingung, melihat Raya kesakitan.

“Tidak,” Raya menggelengkan kepalanya sambil memegangi bahunya.

Krek!

Tanpa berkata dan aba-aba, andro merobek bagian bahu baju pengantin yang masih melekat di tubuh Raya.

“Ah? Apa yang kamu lakukan?” Raya bereaksi, segera menutupi bahu telan*angnya.

Andro segera menyingkirkan tangan Raya. Dari depan, Andro tak melihat apa-apa. Namun tak putus asa, Andro segera mengecek ke belakang bahu Raya. 

Benar saja, ada bekas memar yang hitam menguning di belakang bahunya.

“Memar yang sama dengan di kedua pipimu.” Ucap Andro.

Setelah Andro menyinggung pipi, barulah Raya sadar kalau dia sudah menghapus riasannya dan membuat memar bekas cengkraman Yarina di pipinya terlihat meski sudah memudar dari warna ungu menjadi coklat kekuningan. Tapi apa pentingnya itu semua bagi Andro? Itu yang menjadi pertanyaan di hati Raya.

“Istirahatlah lebih dulu, ganti bajumu, pilih pakaian di lemari. Aku akan kembali nanti.” Tegas Andro pada Raya.

***



Di ruang kerjanya, tepatnya di sebelah kamar mereka. Andro sudah memanggil Hans untuk menghadapnya.

Di balik meja kerja tanpa kursi, Andro diatas kursi rodanya menatap ke arah Hans yang berdiri di depannya.

“Sekretaris Hans.”

“Ya Tuan Muda,” jawab sekretaris Hans dengan sikap tegap.

“Tolong carikan aku data masa lalu istriku, pastikan tidak ada yang terlewat. Detail, sampai hal terkecil termasuk makanan dan minuman kesukaannya, tempat favoritnya, riwayat kesehatannya, juga siapa saja laki-laki yang pernah dekat dengannya.”

“Baik Tuan Muda.”



Kemudian, Andro terdiam cukup lama.

Sekretaris Hans sudah paham luar dalam pada sifat tuan mudanya ini, jeda saat memberi perintah satu dengan perintah lainnya selalu lumayan lama, jadi dirinya harus berdiri cukup lama untuk sabar menunggu sampai tuan mudanya berkata “selesai”.

Banyak orang mengira itu kerena tuan mudanya lambat berpikir. Padahal sekretaris Hans tau betul jika semua itu merupakan sebab dari sifat kehati-hatian dan perfeksionis Andro, ia tak mau bertindak gegabah maupun melakukan sedikit saja kesalahan dalam memutuskan apapun. Tenang, tegas dan penuh integritas.

Andro mengambil pena yang tertancap di atas meja pada tempatnya lalu memainkannya, memutarnya dengan jari-jarinya. Menatap kosong pada satu sudut. Ia berpikir, ‘Aku benar-benar penasaran, apa benar aku pernah bertemu dengannya sebelum ini. Wajah itu sangat familiar, bahkan ada rasa haru saat aku menatapnya. Rayana Lazuardi. Siapa dia…’

“Oh ya. Satu lagi hal yang terpenting.” Imbuh Andro pada sekretaris Hans.

Sekretaris Hans mengangguk.

Masih sambil memainkan pena dengan jari-jarinya, Andro berdiri dari kursi rodanya. Melangkah ke depan mejanya dan mendudukkan sebagian pantatnya di meja tersebut.

“Aku melihat bekas memar di pipi juga di bahu istriku. Selidiki apa yang terjadi padanya!”

“Siap Tuan.” Sekretaris Hans mengangguk lagi.

“Sepertinya itu semua dilakukan seseorang dengan sengaja.” Ucap Andro lagi, “usut sampai tuntas, siapa yang berani-beraninya menyakiti istriku.” Andro menancapkan pena pada tempatnya dengan kasar. “Dia adalah harga diriku, menghinanya sama artinya dengan menghinaku, sakit hatinya adalah amarahku.”

Sekretaris Hans mengangguk tegas. Namun dalam hatinya, ia memiliki keheranan tersendiri pada sikap tuannya. Akankah tuan muda sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis ini?

Apa gunung es yang bisa mengaramkan kapal Titanic di hati tuan muda sudah meleleh karena gadis yang baru beberapa jam lalu dinikahinya?

Pasalnya, selama ini antipati Andro pada wanita hampir menyebabkan rumor penyuka sesama jenis menempel padanya, itu salah satu sebab keluarga Prakarsa mendesak Andro untuk segera menikah dengan menagih hutang perjodohan pada keluarga Lazuardi. Meskipun Andro juga memiliki alasannya sendiri kenapa mau menerima pernikahan ini.







Komen (12)
goodnovel comment avatar
Indriyani Chatarina
jg shnxhagng:)jtnshmgkshg?
goodnovel comment avatar
Cut Rosi Dyanti
Mahal batt koin atau bonus kenapa gak 5 poin aja sih :(
goodnovel comment avatar
Marcos
ih kenapalah pas seru harus pake koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status