Share

Bukan Istri Pilihan Suamiku
Bukan Istri Pilihan Suamiku
Author: Liazta

Bab 1

"Kau wanita yang baik menurut kedua orang tua ku." Suara tertawa pria itu, begitu sangat keras, tepat di daun telinga, wanita yang sedang berdiri di depannya.

"Kau wanita yang begitu sangat baik, menurut mereka, kau wanita polos, yang suci. Tidak sama seperti wanita lain." Tatapan mata pria itu, seakan ingin membunuh wanita muda nan berparas cantik tersebut. Masih teringat olehnya, bagaimana mama dan papanya membujuk, agar mau menikah dengan Hana. Gadis polos nan dinilai baik oleh kedua orang tuanya. Tujuan lain dari kedua orang tuanya, sudah pasti untuk menyelamatkan nama baik keluarga.

Wanita muda itu hanya diam tanpa mampu berkata apa-apa. Air matanya menetes dengan sendirinya. Hana sangat takut, ketika pria itu menatapnya dengan sorot mata yang penuh amarah dan kebencian. Pipinya terasa sakit, ketik telapak tangan lebar itu, menekan keras kedua belah pipinya.

"Bagiku, kau sama saja dengan wanita yang lain. Kau, sama saja dengan kakak mu." Pria itu tersenyum mengejek istrinya. Mahkota

"Kau, mungkin bisa menipu kedua orang tuaku, dengan wajah polos mu, namun kau, tidak akan pernah bisa untuk menipu aku. Menurut ku, wajah mu sangat biasa, tidak seperti Berliana. Kau bukanlah wanita tipe Ku. Aku menyukai wanita yang memiliki body tinggi, langsing seperti Berliana.

Berliana, kau tau nama itu? Ha... Ha... Kau, tidak mungkin tidak tahu, karena dia kakak, mu. Dia artis terkenal, yang cantik dan seksi. Seperti itu yang aku suka. Bukan wanita seperti kau, yang terlalu tampak biasa saja." Pria berparas tampan itu, memandang tubuh polos wanita, yang baru saja jadi istrinya. Dari atas hingga ke bawah dan naik lagi keatas. Pria yang masih memakai stelan jas berwarna putih itu, bernama Daffin Aliando, berusia 32 tahun.

Apapun yang diucapkan suaminya, tidak ada satupun yang bisa untuk dijawabnya. Ia hanya bisa menangis dengan mata yang terpejam.

Tangannya dengan sangat keras menggenggam benda berbentuk bulat milik wanita yang baru saja menjadi istrinya. "Ini, sangat tidak mengoda," Dafin mencubit keras bagian puncak benda berbentuk gunung tersebut.

Mata yang tadi terpejam, kini terbuka dengan lebar, ketika dikejutkan dengan rasa sakit di bagian dadanya. Bukan hanya sakit ketika diremas namun juga, sakti ketika dicubit dengan keras kemudian di plintir, oleh suaminya. Hana hanya menagis ketika suaminya menggenggam bagian dadanya dengan sangat kuat. Ini untuk pertama kalinya, bagian miliknya di sentuh oleh pria. Dengan sangat kasar dan tanpa perasaan, meremas dengan keras, mencubit bagian puncak atas, berulang-ulang kali. Seandainya bisa menjerit, ia akan menjerit dengan keras, ketika merasakan sakit yang luar biasa.

Dipandangnya bukit yang tidak besar tersebut. Kulit yang berwarna putih bersih, kini sudah meninggalkan jejak-jejak merah, tangannya. "Mengapa kau, mau menjadi istriku? Apa kau, berharap bisa menjadi orang kaya? Apa Berliana, yang sudah memerintahkan mu. Apa si Susi, takut miskin dan menjadi gembel. Apa kalian, beranggapan, kalau aku ini, merupakan piala bergilir?" Wajahnya merah padam, matanya memerah menatap wajah istrinya.

Tidak hanya sakit di bagian tubuh saja, namun juga dihatinya. Tuduhan, hinaan, cacian, mengalir begitu saja dari mulut suaminya. Bagaimana mungkin pria yang baru saja menikahinya, dengan tegas mengatakan bahwa, ia bukanlah wanita yang diinginkannya. Bahkan pria itu, dengan sangat nyata membandingkan dirinya dengan wanita lain, yang tidak lain kakak tirinya sendiri.

Hana tidak mengerti, mengapa kakak tirinya pergi di saat hari pernikahannya, yang sudah hitungan hari. Hingga dirinya yang tidak tahu apa-apa, harus menggantikan, seperti ini. Air matanya mengalir dengan deras, hingga isak tangis, lolos dari bibirnya, ketika menyadari bahwa dirinya hanya seorang pengganti.

Dipandangnya wajah cantik wanita yang menjadi isterinya. Bibir wanita itu, sudah memuncak dengan tangan dan kaki gemetar.

Wajah cantik milik Hana, kini sudah terlihat sangat pucat dan ketakutan. Entah apa yang akan dilakukan suaminya, ia sungguh tidak tahu. Apakah, pria itu akan mencabut nyawanya. Entah mengapa, pikiran seperti ini, muncul di benak kepalanya. Hanya untaian doa yang terus terucap di dalam hati, agar pria itu, mau mengasihaninya dan mengakhiri ini semua.

Saat masuk ke dalam kamar hotel, yang menjadi kamar pengantin. Sikap manis suaminya, didepan para tamu undangan dan kedua mertuanya, hilang seketika. Sekarang pria itu, terlihat sangat menakutkan baginya.

Meskipun tahu istrinya sangat kesakitan, namun tetap saja, ia mencubit puting kecil berwarna coklat muda tersebut. Semakin melihat Hana sakit, hatinya semakin senang.

Tidak ada yang bisa dilakukannya. Saat ini, kedua tangannya diikat ke depan dengan menggunakan dasi yang tadi di pakai Daffin. Gaun pengantin yang tadi dipakainya, sudah terjatuh dilantai dengan bentuk sudah rusak parah. Suaminya dengan sengaja menggunting gaun berwarna putih yang menjadi pakaian penuh sejarah untuknya. Seharusnya gaun itu menjadi gaun kesayangan, yang akan diabadikannya.

Meskipun pria itu sudah menjadi suaminya, namun Hana tetap saja sangat malu ketika suaminya menatap tubuh polosnya.

"Kau tidak sebanding dengannya. kau tahu, bahwa aku sangat mencintainya. Namun apa yang telah dilakukan kakak mu, memuat aku muak. Aku sangat tidak terima perlakuannya seperti ini. Dia sudah menghancurkan harga diri ku. Aku tidak akan pernah melepaskan mu. Selagi dia tidak kembali, jangan berharap kau bisa terbebas dari aku. Kau tau, aku menikah dengan mu, karena keterpaksaan saja," Daffin tersenyum mengejek Hana.

"Bang sakit sekali, ampun." Hana merintih kesakitan saat tangan pria itu sangat keras menarik kain putih di kepalanya. Bukan hanya kain dan mahkota saja yang terlepas dari kepalanya. Namun juga beberapa helai rambutnya ikut tertarik.

Daffin tersenyum dan melepaskan tali rambut istrinya. Rambut panjang yang hitam pekat dan lurus itu, kini sudah tergerai. "Kau cantik juga, jadi tidak buat malu. Aku tidak perlu gengsi untuk memperkenalkan mu, sebagai istri. Perlu diakuinya, wajah Hana jauh lebih cantik dari pada Berliana.

"Abang, Hana minta maaf." Hanya kalimat ini yang terucap dari bibirnya. Ia sedikit menjerit menahan rasa sakit di kulit kepalanya, ketika rambutnya ditarik dengan keras. Kepalanya mendongak ke langit-langit kamar yang berwarna putih.

"Aku akan melakukan seperti ini setiap saat. Aku akan membuat kau menyesal menjadi istri ku. Kau orang miskin yang berharap bisa hidup senang dan bergelimang harta, bila menikah dengan ku. Benar seperti itu?" Pria itu tersenyum memandang rendah istrinya.

"Gak bang, itu gak benar." Hana membantah tuduhan pria tersebut. Rasa sakit di kulit kepalanya, membuatnya tidak tahan. Setelah Papanya meninggal, semua harta peninggalan Papanya, diambil Mama tirinya. Uang itu dihabiskan Susi, untuk menaikkan nama Berlian Casandra untuk menjadi seorang artis, sesuai dengan mimpi Berliana. Awalnya, Berliana hanya menyanyi kafe dan penyanyi orgen tunggal di acara nikahan,

"Tidak mengaku?" Daffin semakin menarik keras rambut Istrinya hingga terdengar suara hentakan dari rambut tersebut. Kau akan rasakan, penderita mu. Kau akan merasa neraka di dunia." Daffin tertawa dengan sangat keras tepat di daun telinga istrinya. Tangannya dengan sangat keras menarik rambut panjang Hana.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status