Home / Rumah Tangga / Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda / Bab 2. Saya Hanya Meminta Satu Hal

Share

Bab 2. Saya Hanya Meminta Satu Hal

last update Last Updated: 2024-06-28 18:46:24

Isabella mengerti situasi yang sedang dihadapinya, tetapi kalimat yang keluar dari mulut Satria terdengar menyakitkan karena ucapan Satria seolah menggambarkan kehidupan rumah tangga mereka yang buruk dan mungkin bagaikan neraka. “Saya tidak akan meminta apapun dari kamu, kecuali satu hal.” Tatapan Isabella dipenuhi sendu karena dia harus menghadapi kehancuran hidupnya.

Satria melirik dingin sesaat. “Jangan berharap saya akan mengabulkan permintaan kamu!”

“Hanya satu. Tolong jaga sikap kamu di depan orangtua kita, saya tidak ingin mereka bersedih saat tahu isi pernikahan kita ....” Dunia Isabella sudah rubuh, tetapi dia masih mencoba berdiri tegap dan tetap menggapai cita-cita apapun yang terjadi. Dia tidak ingin menyia-nyiakan usaha orangtuanya selama ini.

Raut wajah Satria sangat datar, dan tatapannya sangat dingin. “Hari ini saya tetap ke kampus. Kalau mau pergi ke rumah sakit, pergi saja dengan sopir.” Satria berlalu meninggalkan Isabella yang hanya mampu menatap punggungnya yang dingin.

Di kampus, hari ini Satria terkesan pendiam, tetapi syukurnya tidak satupun mengetahui pernikahannya dengan Isabella kecuali Naura karena mereka tinggal di daerah yang sama. “Nay.” Satria segera menghampiri Naura yang sedang berjalan sendiri.

“Satria!” Tentu saja Naura kaget melihat Satria yang kini sudah menjadi suami Isabella. “Kamu sudah kuliah?” Gadis ini menjaga jarak dari Satria. Mereka memang berjalan beriringan, tetapi terdapat jarak sekitar satu meter dari keduanya.

“Ya. Saya tidak ingin ketinggalan materi,” kekeh Satria masih sangat hangat seperti biasanya.

“Oh ...,” sahut Naura, tetapi terkesan lebih kaku dan canggung dari biasanya. “Satria, saya harus ke perpustakaan. Maaf ya, saya duluan.” Segera, Naura mengambil langkah meninggalkan Satria.

“Ya, itu kebiasan kamu,” gumam Satria seiring melihat punggung Naura yang semakin menjauh. “Kamu tidak pernah memberikan kesempatan untuk saya mendekati kamu, kecuali di awal kedatangan saya ke kota ini. Saya kembali karena kita pernah berjanji akan menjadi sepasang kekasih dan menikah. Saya memaafkan kamu karena mengingkari janji, tapi sampai sekarang saya tetap menyukai kamu.” Cinta yang ada di dalam hati Satria bukan cinta monyet, ini adalah cinta yang tulus untuk Naura.

Di sisi lain, Isabella menjalani hari-harinya sebagai perawat. Hari ini dia membuat laporan yang menyatakan jika dia telah bebas bertugas untuk merawat Satria secara pribadi, maka kini dia kembali menjadi perawat magang di rumah sakit hingga sore tiba. Namun, dia kaget saat melihat Satria sudah menunggu di halaman rumah sakit. “Kamu kesini?”

“Ya. Mama yang menyuruh saya menjemput kamu.” Tatapan serta gaya bicara Satria selalu dingin.

“Sejak kapan kamu di sini?” Namun, raut wajah Isabella berbeda. Dia menunjukan senyuman dan selalu bersikap santun pada suaminya.

“Lumayan lama. Apa yang kamu lakukan di sana?” Namun, alih-alih senyuman justru yang didapatkan Isabella adalah bentakan dari Satria. Bukan bentakan keras, tetapi suara Satria terdengar lebih bertenaga ditambah raut wajahnya yang terlihat marah.

“Sebelum pulang saya harus memastikan pasien yang saya tangani baik-baik saja,” penjelasan Isabella menggunakan suara santun walau sekarang senyumannya hilang. Terdapat kesedihan dan rasa terancam dalam matanya.

“Cepat naik!” Suara datar dan dingin Satria. Dia menyodorkan helm ke arah Isabella, tetapi matanya tidak pernah menatap istrinya.

Mereka berboncengan. Satria menggunakan motor gede yang satu minggu lalu baru selesai diperbaiki. Motor ini yang pernah membuatnya kecelakaan hingga mengalami cedera kaki, tulangnya patah, maka dari itu Satria memerlukan perawatan lebih lama dari cedera kaki biasa dan karena alasan itu juga akhirnya Isabella harus bersedia menginap di rumah Satria untuk menjadi perawat pribadinya.

“Jangan ngebut. Saya takut ....” Suara Isabella bergetar karena ini pertama kalinya Satria memboncengnya menggunakan motor.

Satria tidak menyahut, tetapi menambah kecepatan hingga akhirnya Isabella harus memeluk perut Satria erat-erat. Tubuh lelaki itu dipenuhi tatto, sekarang semua tatto tersebunyi di balik t-shirt hitam serta jaket kulit hitam, tetapi walaupun jaketnya cukup tebal dia masih bisa merasakan tangan Isabella yang gemetar, hanya saja hal itu tidak menyurutkan aksinya kebut-kebutan di jalan.

“Hanya seperti ini saja takut. Pantas saja kamu tidak bisa melawan orangtua!” celetuk Satria yang sudah menginjak rem dadakan hingga tubuh Isabella menempel di punggungnya.

Isabella tidak lantas mengangkat wajahnya yang sejak tadi tenggelam di punggung Satria, tetapi dia segera sadar kala Satria melepaskan kedua tangannya cukup kasar. “Maaf ....” Kalimat pertama yang diucapkan Isabella.

Satria berdecak. Dia sudah melepas helmnya. “Kalau kamu lebih tegas, kita tidak akan menikah!”

Isabella segera mengerti maksud Satria. “Kenapa kamu seolah menyalahkan saya? Saya sudah mencoba menjelaskan di depan orangtua kita jika kita tidak berzina, tapi papa kamu yang selalu berambisi menikahkan kita dan berulang kali mengatakan kita berzina.”

Satria kembali mendengus, kemudian menyalakan mesin motornya lalu menerobos jalan tol untuk sedikit melepaskan kecewa pada kenyataan yang sedang dijalaninya.

Isabella kembali memeluk perut Satria erat-erat, tetapi kali ini seiring memohon, “Tolong jangan seperti ini. Ini membahayakan kita berdua. Lagipula kamu melanggar, kenapa kamu masuk ke jalan tol ... tolong berhenti ....”

Angin sangat kencang, entah berapa banyak kecepatan motor yang sedang dilajukan oleh Satria hingga Isabella merasa kehidupannya sedang berada di ujung tanduk.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda   Bab 150. Ending

    Hari demi hari berganti, ucapan Satria bukan hanya bualan karena dia membuktikannya lewat sikap yang tulus walaupun Haris tidak melihatnya secara langsung karena pasangan suami dan istri ini tinggal terpisah dengan pria itu.Setiap malam, Satria menemani Isabella menyusui Attar, dia juga sering membantu mengganti popok atau pakaian basah Attar.Satria melakukannya diiringi senyuman lembut, tutur kata senada, serta belaian penuh kasih sayang pada Attar dan Isabella.Kini, usia Attar sudah dua minggu. “Nanti kita adakan acara potong rambut sama aqiqah. Saya sudah coba bicara sama Mama, tapi belum secara langsung,” ucap lembut Satria pada Isabella.Namun, bagaimanapun sikap Satria, nyatanya Isabella tetap bersikap datar. “Iya.”“Saya sudah menabung, semoga cukup buat acara besar.” Kini Satria terkekeh. Kemudian menyodorkan uang belanja sekalian uang susu dan pempers pada Isabella. “Kalau uangnya nggak sampai minggu depan, jangan sungkan minta lagi ya, Sayang.” Tatapannya sangat lembut.“

  • Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda   Bab 149. Satria Berjanji Akan Menjadi Suami Sekaligus Ayah

    Ini adalah malam pertama Isabella dan Satria tidur bersama bayi mereka. Bayi merah itu terlentang di tengah-tengah pasangan suami istri ini. Tidak henti Satria menatapnya diiringi senyuman.Isabella menyadarinya, tetapi dia masih bersikap dingin dan datar. “Saya akan tidur, lagian Attar tidur. Ini kesempatan saya untuk ikut tidur.”“Ya, Sayang. Kamu tidur saja, biar nanti aku yang menjaga Attar.”Isabella tidak pernah meminta, tetapi tidak mungkin menolak perhatian Satria pada bayi mereka.Jadi saat Attar menangis tengah malam, Satria yang menjaga dan mengasuh. Dia juga menghangatkan asi yang sudah tersedia di dalam botol. Tidak lupa menyuruh Isabella kembali tidur setelah sempat terbangun karena tangisan Attar.Hingga saat pagi hari Satria terlambat bangun, tetapi Isabella membiarkan suaminya tanpa peduli aktivitas apa yang menanti Satria.Satria tersentak saat melihat jam dinding. “Hah, serius sudah jam sembilan!”“Ya,” jawab datar Isabella.“Harusnya saya kuliah pagi. Sekarang saya

  • Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda   Bab 148. Attar Amir Aqil

    Suana hening sangat lama, hingga Satria kembali bicara. “Apa kamu tetap akan melanjutkan perceraian, apa kamu akan mengubah keputusan kamu?”Isabella menjawab santun, “Saya yang harus menanyakan itu pada kamu.”“Kalau saya tetap melanjutkan?”“Saya juga ....” Hati Isabella seakan sudah kebal pada rasa sakit. Bahkan yang ini. “Kalau kamu memilih berpisah, sebelumnya kamu harus beri nama anak kita.” Ini adalah permintaan sederhana Isabella, tetapi diwajibkan pada Satria.Satria memandangi Isabella karena tatapan istrinya seolah tanpa keraguan walaupun mereka bercerai.Satria kembali menunduk, tetapi tidak melepaskan tangan Isabella. Lalu berkata lirih, “Naura pergi. Dia mencampakan saya. Apalagi yang harus saya lakukan karena andai berpisah sama kamu, saya tidak yakin Naura akan bersama saya ....”Isabella menjawab datar, “Itu urusan kamu. Jangan menjadikan saya cadangan karena kamu gagal mendapatkan Naura!”Satria kembali memandangi wajah Isabella. Kini, dalam tatapan Isabella terdapat

  • Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda   Bab 147. Hasil Test DNA

    Satria masuk ke kamar rawat, jadi dia bertemu dengan orangtuanya dan orangtua Isabella yang sedang berkumpul.Semua orang menyambut kedatangan Satria dengan hangat, termasuk Isabella. Mia segera menggiring putranya menuju tempat mereka duduk berkumpul. “Alhamdulillah kamu sudah datang ....” Senyumannya menunjukan kebahagiaan, tetapi hatinya sangat kesal pada Satria setelah mengetahui sikap buruknya pada Isabella dan bayi mereka yang belum diberi nama.Tanpa persetujuan Isabella, Mia segera meraih amplop cokelat yang berisi laporan hasil test DNA hingga gadis ini terkejut.Namun, ternyata Mia menyampaikannya sangat bijak di hadapan suaminya, anaknya dan kedua mertuanya. “Ini hasil test DNA anak kalian. Dokter yang memberikannya karena Isabella seorang perawat walaupun bukan di rumah sakit ini, jadi Abel memiliki hak istimewa, yaitu mendapatkan test DNA tanpa perlu meminta.”Mia

  • Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda   Bab 146. Hari ini Saya Akan Menceraikan Abel!

    Isabella hanya menatap sendu pada langit-langit. “Bukan perpisahan yang Abel mau karena sebelum itu Satria harus tahu jika selama ini saya mengandung anaknya ....”Pun, hatinya semakin lebur saat memikirkan bayi mereka. “Sabar ya, Sayang ... pasti akhirnya Papa kamu akan menerima kamu ....”Bayi mungil itu berada di dalam box yang sangat hangat, wajahnya sangat polos dan murni.Namun, ternyata hari ini Satria tidak datang ke rumah sakit dan dia juga tidak terlihat di rumah. Maka Haris sangat murka.Saat ini, hanya Mia yang menemai Isabella hingga ketukan pintu memecah keheningan dan membuat wanita ini bersemangat. “Pasti itu Satria! Mama buka dulu ya, pintunya.” Mia segera meletakan pisau di atas piring saat buah yang dikupasnya belum selesai.Isabella hanya memandangi punggung Mia yang semakin mendekati pintu, tetapi dia tidak yakin itu Satria. “Kalau itu Satria, harusnya tidak usah mengetuk pintu.”Mia tersenyum bahagia saat membukakan pintu, tetapi senyumannya perlahan redup karena

  • Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda   Bab 145. Tinggalkan Satria!

    Satria berjuang demi menghentikan kepergian Naura, tapi sudah terlambat karena Naura sudah berjalan hendak masuk ke dalam pesawat. Namun, Satria juga melihat Devan yang berjalan di belalang Naura. Devan sempat melirik dan menyadari kehadiran Satria, tetapi dia memilih abai dan berpura-pura tidak melihatnya. Saat ini kepala Satria dipenuhi pertanyaan. "Kenapa Naura bersama Devan?" Sekaligus, dia harus rela saat hatinya sakit dan hancur karena harus menyaksikan kepergian Naura. "Nay ...." Rintih Satria. Naura menoleh karena panggilan lemah Satria membuat dadanya berdebar, tetapi sayangnya keberadaan Satria terhalangi oleh lalu lalang. Naura menundukan wajahnya sangat sendu. "Pasti cuma perasaan karena tidak mungkin Satria mencegah saya pergi ...."Maka, akhirnya Naura terbang keluar negeri meninggalkan semua kenangannya bersama Satria. Pun, Satria harus menyaksikan hari-harinya dengan Naura berakhir dan mungkin tidak akan pernah terulang.Satria termenung cukup lama di bandara ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status