"DIANDRA SAFA!"Bentakkan keras Wisnu tidak membuat Diandra mundur. Sebaliknya, wanita itu menatap berani, tepat ke arah mata sang suami."Kenapa? Kau bilang kau mau melakukan apapun. Sekarang kau takut?" tantang Diandra.Wisnu yang sadar jika dirinya telah terbawa emosi menghembuskan napas kasar. Ia meremat rambutnya sendiri dengan perasaan kesal.Apa yang sebenarnya ada di pikiran Diandra sekarang? Apa rencananya."Apa sebenarnya yang kau rencanakan? Apa kau berniat membunuhku pelan-pelan?""Bukankah harusnya aku yang bertanya demikian? Aku yakin seorang Wisnu Aditya tidak sebodoh itu untuk tahu apa maksudku.""Diandra, aku benar-benar tidak ingin bermain. Tolong, jawab aku.""Kau sudah tahu jawabannya. Dan itu menyangkut soal Aruna, aku dan masa lalumu.""Juga perasaanmu." Sambung Diandra."Jika ini soal Ibuku yang terus mendesak mu agar lekas memiliki anak, aku minta maaf. Tolong jangan kau pikirkan perkataan Ibu, aku tidak apa jika kita tidak memiliki anak sekalipun. Sungguh.""K
Aruna mengikuti langkah Wisnu yang berjarak beberapa langkah di depan, pria itu masih saja diam dan enggan untuk menjawab pertanyaan Aruna."Kenapa kau membawaku ke sini? Kamu ingin belajar ilmu agama?" tanya Aruna lirih.Diam, Wisnu masih saja berjalan lurus sambil mengacuhkan Aruna yang berjalan tergopoh di belakangnya."Assalamu'alaikum.""Walaikumsalam."Wisnu menjabat tangan seorang lelaki yang tersenyum ramah pada keduanya, juga seorang wanita dengan pakaian rapi dan tertutup.Keempat orang tersebut duduk saling berhadapan, Aruna yang kebingungan hanya diam menyimak. Kejadian saat ini kembali mengingatkannya saat ia terjebak kebingungan bersama Wisnu, Chandra dan Diandra saat itu."Jadi, perkataan kamu kemarin serius, Nu?" tanya si lekaki.Wisnu mengangguk mantap, ia sempat melirik ke arah Aruna yang terdiam selama beberapa detik sebelum kembali berpaling, menatap ke arah lain."Iya, Gus. Aku serius, mungkin memang cuma ini jalan satu-satunya."Si lelaki dengan peci putih terseb
Mobil yang dikendarai Wisnu melaju perlahan. Suasana canggung begitu terasa di dalam sana. Aruna sibuk dengan dunianya sendiri, memandangi jalanan sekitar dari kaca jendela.Ponsel milik Wisnu bergetar, sebuah panggilan masuk dari Chandra."Halo?" sapanya menggunakan airpods."Kau di mana?" tanya Chandra dari seberang telepon."Baru saja menyelesaikan urusan."Pria itu diam sejenak, mendengar jawaban Chandra dari ujung panggilan."Kau bersama Diandra?" tanyanya saat tanpa sengaja mendengar suara sang istri."Ya." jawab Chandra singkat."Apa yang kau lakukan dengan Diandra?" tanya Wisnu penuh selidik.Nada bicaranya terkesan dingin dan coba mengintimidasi, meski kenyataanya hal itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap Chandra."rumah sakit. Diandra mimisan beberapa saat lalu."Mendengar jawaban Chandra membuat Wisnu menghentikan mobil secara tiba-tiba, membuat Aruna terhantuk kaca jendela tanpa sadar."Kau kenapa?" tanya gadis itu kesal.Tidak ada respon, Wisnu hanya diam dan kembali
Beberapa menit keduanya masih diam dengan pandangan yang saling tertaut. Sampai kemudian Aruna sadar dan memalingkan wajahnya lebih dulu, membuat Chandra juga melakukan hal yang sama.Deh aman keras jadi hal pertama yang didengar, baik Chandra maupun Aruna sama-sama merasa canggung dengan satu sama lain."Maaf," gumam Chandra lirih. Aruna mengangguk saja. Satu tangannya sibuk menutupi pipi yang terasa hangat tiba-tiba, sementara tangan yang lain meremat baju yang ia kenakan."Kau, mau pulang? Maksud ku, mungkin Wisnu akan menunggui Diandra sampai ia diperbolehkan pulang nanti. Jika kamu tidak keberatan, aku akan mengantarmu."Mendengar tawaran Chandra membuat Aruna kembali berpikir. Benar apa yang dikatakan Chandra.Melihat bagaimana khawatirnya Wisnu akan kondisi Diandra, besar kemungkinan pria itu akan menunggu Diandra. Dan tidak ada yang bisa ia lakukan.Jadi, daripada ia hanya berdiam diri di rumah sakit maka lebih baik ia menerima tawaran Chandra. Setidaknya ia bisa beristirahat
Mobil yang dikendarai Chandra berhenti tepat di depan rumah bertingkat tersebut. Chandra turun lebih dulu diikuti Aruna setelahnya.Langkah keduanya terhenti saat melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir tidak jauh dari mobil milik Chandra.Keduanya saling berpandangan selama beberapa saat sebelum kemudian Chandra berjalan lebih dulu memasuki rumah.Pintu terbuka, dan hal yang pertama kali Chandra lihat adalah keberadaan seorang wanita muda dengan kacamata hitam yang menggantung di hidung.Chandra terdiam, ia bahkan mengabaikan Aruna yang berbisik, bertanya soal siapa wanita yang ada di rumah Wisnu itu.Merasa ada orang lain selain dirinya, wanita dengan dress merah panjang selutut itu menoleh. Ia terdiam dengan ekspresi kaku, juga satu tangannya yang bergerak melepas kacamata hitamnya."Chandra." Bisiknya perlahan.Chandra yang sadar lebih dulu berdeham kecil, ia menoleh ke arah Aruna dengan wajah yang sulit dijelaskan. Ia tampak seperti orang gugup saat ini."Aruna, sepertinya
Seperti apa yang dikatakan Sofie sebelumnya. Wisnu benar-benar datang ke rumah. Namun bukan hanya kedatangan pria itu saja, melainkan juga kehadiran Diandra bersama pria itu.Juga sebuah koper berukuran sedang yang pria itu gandeng di salah satu tangannya.Keduanya tiba pukul sepuluh malam, tepat disaat Aruna baru saja menyelesaikan acara memasak untuk makan malam.Omong-omong alasan keterlambatan makan malam adalah karena Aruna yang tanpa sengaja tertidur saat sore hari. Dan ia kelaparan pada saat ini.Pintu utama terbuka. Sofie yang saat itu baru saja selesai mandi menoleh, gadis itu tersenyum tipis melihat siapa yang datang."Kak Wisnu, Kak Diandra," sapanya sambil berjalan menghampiri dua orang tersebut.Dilihat dari ekspresi wajah juga tatapan mata saja, Sofie sudah tahu jika Wisnu tidak terlalu senang dengan kehadirannya.Tapi yang membuat Sofie penasaran, kenapa Wisnu dan Diandra harus datang ke mari? Bukankah mereka memiliki rumah yang terletak di pusat kota?"Kenapa kamu di
"Apa yang kalian lakukan?"Wisnu yang terkejut dengan segera menghampiri sang wanita. Ia memegang bahu Diandra dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi."Kamu terbangun? Aku hanya tidak sengaja bertemu Aruna tadi, dan ku lihat ia juga tidak bisa tidur jadi ku ajak untuk minum teh melati," terang Wisnu dengan nada suara lembut.Aruna yang masih berdiri di tempatnya kemudian menimpali."Iya, benar. Kami hanya minum teh melati saja."Diandra. Wanita itu sebelumnya memang sudah tertidur lebih dulu, namun ia terbangun saat mendapati sang suami tidak ada di tempatnya.Dan disaat ia berjalan mencari Wisnu, tanpa sengaja dirinya mendengar dua orang yang tengah berbincang di taman belakang. Dan itulah kenapa ia bisa menemukan Aruna juga Wisnu di taman belakang.Helaan napas panjang terdengar dari sela bibir Diandra. Wanita itu kemudian menggandeng lengan sang suami erat, mengajaknya untuk kembali ke dalam kamar."Baiklah. Aruna, boleh tolong bawa cangkir itu kembali ke dapur? Sepertinya aku
Keadaan perusahaan terpantau sibuk pada siang hari. Setiap orang yang berada di ruangannya sibuk dengan tugas dan pekerjaan mereka masing-masing.Begitupun dengan Wisnu. Pria dengan kemeja berwarna biru itu memijit keningnya sendiri yang terasa berdenyut bukan main.Beberapa saat yang lalu ia baru saja mendapatkan kabar dari Chandra jika ada masalah di perusahaan. Seorang karyawan senior ketahuan menggelapkan sejumlah dana perusahaan dan menyebabkan kerugian.Wisnu tidak habis pikir, selama ini ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk karyawan-karyawan nya. Ia selalu berusaha memanusiakan setiap orang meski ada kalanya ia menjadi begitu tegas. Namun, pria itu tidak habis pikir, mengapa masih saja ada karyawannya yang tega menusuknya dari belakang.Manusia memang lebih menyeramkan, bukan?Pintu ruangannya diketuk, Chandra masuk setelah dipersilahkan.Pria itu membawa satu gelas minuman dan memberikannya pada Wisnu. Ia juga sama, masalah yang tengah dihadapi perusahaan saat in