Menjalani kehidupan berumah tangga itu bagaikan naik roller coaster. Kadang naik, kadang turun, kadang landai lintasannya. Namun, semua itu selalu disyukuri oleh pasangan Shaka dan Safa. Meski terkadang keributan selalu ada tetapi mereka bersyukur, rasa cinta yang awalnya tak ada kini begitu tersemai membuat masing-masing tak pernah menyalahkan masa lalu mereka.Ya, meski pertemuan keduanya tidak baik hingga melakukan kesalahan fatal. Tetapi keduanya bertekad untuk menjalani rumah tangga dengan lebih baik. Safa yang selama ini selalu menganggap jika kisah percintaannya selalu berakhir tragis, akhirnya menemukan muara cintanya. Dia adalah Shaka. Lelaki baik yang mampu menjadikannya ratu di rumah. Meski kadang suaminya sedikit menyebalkan tetapi Safa tetap cinta. Orang kan gak ada yang sempurna termasuk dirinya. Asal dia jangan diduakan, itu sudah jadi harga mati.Dan Shaka yang selalu dibayangi kesalahan sang ayah, kini menemukan cintanya. Dia adalah Safa. Safa yang telah membuatnya ja
🍁 Tiara 🍁Aku tengah membersihkan riasan wajahku. Selesai sudah acara pernikahan yang memuakkan ini. Jika bukan karena desakkan Papah, aku tak sudi menikah dengannya. Meski semua keluargaku dan para sahabat mengatakan dia sangat tampan. Tapi bagiku, dia biasa saja.Suara pintu terbuka menampilkan sesosok lelaki jangkung dengan kulit yang tidak terlalu putih tapi juga tidak terlalu gelap. Kulihat lelaki yang kini bergelar suamiku mengulas sebuah senyum. Tampan. Namun, aku hanya menatapnya sekilas lalu memilih melanjutkan aktivitas untuk membersihkan wajah dan semua pernak pernik yang menempel pada tubuhku.“Boleh aku masuk, ‘kan?”Aku hanya mengangguk, malas bersuara.“Aku mau numpang ke kamar mandi boleh?”“Silakan,” sahutku dengan ekspresi muka datar.Lelaki itu menuju ke kamar mandi, sedangkan aku melanjutkan melepaskan hiasan di kepalaku. Setelah kurang lebih lima belas menit, dia keluar
🍁 Gilang 🍁“Papah minta kamu menikah sama Tiara, dia anak sahabat papah. Papah yakin dia anak yang baik,” titah Papah penuh ketegasan.“Tapi Pah, demi Allah, Gilang gak cinta sama dia. Gilang cintanya sama Amanda. Amanda gadis yang baik Pah,” kekeuhku.“Amanda putranya Rosna? Si perebut suami orang lain, bahkan membuat suaminya sendiri mati karena menahan sakit hati? Mamah gak setuju kamu sama Amanda. Apa kamu gak lihat kakak lelakinya? Si Anton persis ibunya. Merebut istri sepupumu, Martin. Paling Amanda gak jauh beda sama ibu dan kakaknya. Paling nanti juga selingkuh bahkan jadi pelakor. Camkan omongan mamahmu ini,” sinis mamah.“Ya Allah, Mah. Amanda gak seperti itu. Amanda gadis baik. Gilang cinta sama Amanda.”“Oke nikahi dia, tapi akan mamah doakan hidup kamu gak berkah. Tak akan pernah ada kebahagiaan dalam rumah tangga kalian. Gak akan ada harta gak akan ada anak dan awas saja kalau na
🍁 Tiara 🍁Aku tengah berjalan menyusuri toko rotiku. Aku lulusan sarjana ilmu gizi dan memilih bekerja dengan membuat usahaku sendiri.Savira Cake and Bakery diambil dari nama mendiang adikku. Dia meninggal saat berusia lima bulan. Aku sangat sedih saat itu. Tujuh tahun kunantikan kehadirannya. Setelah dia lahir ternyata aku hanya diberi kebahagiaan menjadi kakak selama lima bulan. Aku pikir aku akan mempunyai adik lagi ternyata mamahku malah bercerai dengan Papah saat usiaku menginjak delapan tahun.Benci, marah sekaligus rindu berkecambuk dalam hatiku kala itu. Aku sangat membencinya. Dia bahkan menjadi lebih perhatian pada kedua anak tirinya daripada diriku, hingga saat usiaku sepuluh tahun, aku menangis memintanya datang ke acara ulang tahunku. Saat itu hujan lebat disertai petir. Aku ke sana ditemani Mbok Nem, pengasuhku.Dia menolak tegas dengan alasan sedang hamil muda, adikku katanya. Masih kuingat dengan jelasbinar wajah bahagianya
Genap tiga bulan pernikahanku dengan Gilang. Namun, hubungan kami masih dingin. Lebih tepatnya akulah yang menjarak. Gilang selalu berusaha mencairkan kecanggungan kami. Tapi aku memilih menutup mata, telinga dan hati. Masa bodoh, kalau dia lelah pasti dia akan menceraikanku. Apalagi aku tahu jika Amanda sudah kembali dan bekerja di kantor yang sama dengannya.Dan aku pun tahu, Amanda tengah berupaya merebut Gilang dariku. Baguslah, biarkan si pelakor beraksi. Sebentar lagi buaya cap badak bakalan terpikat. Dan aku akan melenggang bebas, sendiri seperti dulu.Beberapa kali Mamah memintaku mengunjunginya, namun tak pernah kugubris. Aku selalu berpikir aku tak butuh ibu seperti dia, lagian aku masih mempunyai ayah yang menyayangiku setulus hati. Suami? Halah, sebentar lagi paling juga lari ke pelukan mantannya.“Tiara?”“Mamah. Kapan datang?” ternyata Mamah mertua yang datang.“Baru saja. Wah, toko roti kamu semakin rame
🍁 Gilang 🍁Menurut kalian lebih baik memiliki raganya tapi tidak hatinya atau memiliki hatinya tapi tidak raganya? Silakan kalian pilih karena untuk saat ini aku tidak punya pilihan alias mentok tembok jadi aku belum punya jalan keluar. Apalagi memilih.Tiga bulan lamanya kami menikah, namun Tiara masih saja dingin kepadaku. Padahal aku sudah berusaha bersikap manis padanya. Yang membuatku sedih adalah sikapnya begitu hangat jika sedang bersama Mamah, Papah bahkan Hana. Dia bisa menjadi pribadi yang hangat bahkan selalu tersenyum.Senyum itu, adalah senyum terindah yang pernah kulihat. Secara fisik, baik Tiara dan Amanda sama-sama cantik. Tapi entahlah, aku tidak mengerti dengan urusan hati. Sungguh aku akui aku telah jatuh cinta pada istriku karena senyumnya. Senyum tercantik yang pernah kulihat ternyata ada padanya. Sayang senyum itu tak pernah terbit untukku.Berbagai cara kulakukan untuk membuatnya jatuh cinta, minimal menerima kehadiranku. Namun, m
🍁 Tiara 🍁Semenjak kejadian handuk, aku semakin bersikap dingin bahkan di depan Papah. Aku tak peduli, aku merasa terhina sekali. Dalam bayanganku Gilang pasti bersorak karena melihat yang harusnya tak boleh dia lihat dan dia akan membandingkannya dengan Amanda.Dalam tiga bulan pernikahan kami, mau tak mau kadang kami harus seranjang terutama jika menginap di rumah mertua. Tapi kalau di rumah, aku tidak mau seranjang lagi dengan Gilang.Aku kini selalu tidur di ruang kerjaku, masa bodoh tubuhku harus menahan rasa sakit akibat tidur di sofa yang penting aku tidak seranjang dengannya.Selama seminggu ini, kami tak pernah bertegur sapa. Bahkan saat kami sedang perjalanan ke Jogja bersama keluarga besarnya aku memilih pura-pura tidur hingga mobil sampai di tempat tujuan.“Ayok Nduk, beginilah rumah orang tua papahnya Gilang. Masih model kuno. Sengaja dipertahankan seperti ini karena rumah ini menyimpan begitu banyak kenangan, ya &lsqu
🍁 Gilang 🍁Aku senang sekali Tiara membelikanku kemeja batik. Bahkan malam harinya langsung aku pakai.“Kamu mau kemana, Lang?” tanya Budhe Narti.“Gak kemana-mana, Budhe.”“Kok pake batik?”“Gak papa kepingin aja.”“Ya ampun Mas, itu belum dicuci juga,” gerutu Hana.“Biarin.”“Mambu Mas.”“Ya gak usah cium-ciumlah. Gitu aja repot.”“Astaga! Mbak Tiara yang sabar ya sama kelakuan nyeleneh masku.”Kulihat Tiara hanya tersenyum kikuk. Ya Allah, kapan es batu dalam hati istriku mencair? Sungguh aku tersiksa.***“Baru pulang kerja, Lang?”“Iya Pah. Tiara mana?”“Tadi di depan, kayaknya beli sesuatu di warung Pak Ulin.”“Oh.”Aku tengah mencopot sepatuku ketikaPapah mengajakku bicara serius.&