Share

Bukan Lagi Istrimu yang Lugu
Bukan Lagi Istrimu yang Lugu
Author: rinianza

BAB 1 Klien Penting

"Hallo, Febby. Apa kamu sedang sibuk? Ada sesuatu yang ingin aku katakan,” tanya Maya kalut.

“Ngga kok. Kenapa memangnya May? Kok seperti orang dikejar hantu,” jawab Febby ditelepon.

“Aduh Feb, gimana ya aku ngomongnya. Umm..”

“Ada apa sih May? Ngomong aja. Jangan buat aku penasaran.”

“Aku melihat suamimu berduaan dengan wanita lain di restoran tempat kerjaku.”

“Mas Kenny? Agh mana mungkin. Kamu salah lihat kali,” respon Febby sambil menelan ludah.

“Gak mungkin aku salah, Feb. Aku sudah memastikan, sampai aku pura-pura berjalan melewatinya hanya untuk memastikan wajah Kenny. Aku juga tidak mau salah memberikan informasi kepadamu.”

Sejenak Febby terdiam. Dia tidak tahu harus melanjutkan kata-kata penyangkalan untuk suaminya atau percaya begitu saja pada Maya, sahabat karibnya.

“Nah, ini dia aku foto Feb. Silakan kamu pastikan sendiri. Maaf ya Feb, aku harus memberitahumu info ini. Aku hanya ingin kamu sadar bahwa kita memang beda kasta dengan orang kaya raya semacam suamimu itu. Mereka mudah sekali mempermainkan perasaan orang. Kamu juga kan dulu bekerja di sini bersamaku, dan kita sudah biasa saling mengingatkan.”

“Aku tahu May, tapi.. ini gak mungkin. Mas Kenny bilang cinta dan sayang banget sama aku. Di foto ini, kenapa Mas Kenny terlihat akrab sekali dengan teman wanitanya? apa mereka sedekat itu, May?”

“Huftt.. aku tidak mau mengatakan apapun, takut kamu bertambah berat. Maaf Feb, aku harus kembali bekerja.”

“Ba-baiklah May. Makasih atas kepedulianmu,” ucap Febby lesu.

Setelah sambungan telepon berakhir, Febby menatap kembali foto dilayar ponselnya. Tanpa sadar, kedua matanya terasa panas dan air mata mulai merembes.

Hatinya terasa tercabik-cabik melihat suami yang selalu berkata mesra, ternyata ada main di belakangnya.

Selama Febby menikah dan tinggal di rumah keluarga Maharendra yang notabene adalah keluarga pengusaha kaya raya, hanya Kenny, Bang Ronald- kakak ipar, dan Pak Hendri Juan- ayah mertua, yang bisa dia andalkan. Mereka bertiga adalah orang yang selalu berlaku baik kepada Febby.

Beberapa lama kemudian, Febby keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Dia bermaksud ingin menyambut suaminya ketika sampai di rumah nanti. Namun, Febby terkejut ketika sampai di ruang tengah melihat Bang Ronald dan istrinya sedang bermesraan di sana.

“Bang, kamu jail banget sih. Kalau mau bercumbu pakai perasaan dong,” ledek Tantri yang melihat sosok Febby turun dari tangga.

“Kenapa sih kamu? Tadi tenang saja,” sahut Ronald bingung.

“Aku perlu imbangi kamu Sayang, jadi pelan-pelan dong. Bibir aku kan bukan makanan walaupun rasanya enak,” imbuh Tantri sambil bergelayut manja pada suaminya.

“Yaudah aku ikuti mau kamu. Loh.. ada Febby, mau kemana?” tanya Ronald yang melihat Febby berjalan cepat menjauh dari ruang tengah.

“Ma-maaf ganggu Bang Ronald dan Mba Tantri, aku mau tunggu Mas Kenny di ruang depan, permisi..”ucap Febby sambil menundukkan kepala.

“Egh, memangnya Kenny belum pulang? tadi dia sudah pergi dari kantor lebih dulu setelah meeting berakhir. Sudah malam begini, kemana dia?” tanya Ronald yang membuat Febby bertambah gundah.

“Mungkin ada keperluan lain, Bang,” jawab Febby seadanya.

“Hati-hati loh kalau suami sering pulang telat tanpa kabar, mungkin sudah tidak betah di rumah. Makanya kasih service yang benar,” sahut Tantri sinis.

“Sayang, tidak usah ikut-ikut,” potong Ronald.

“Benar dong aku. Abang jangan ngebelain Febby terus. Buktinya Abang selalu pulang tepat waktu karena ingin cepat bertemu aku kan? Aku tahu Abang capek kerja seharian, makanya di rumah aku hibur dan layani supaya Abang puas.”

“Tantri, ga perlu kamu ngomong begitu. Mungkin Kenny menjenguk temannya atau bertemu klien lain terus kejebak macet. Aku tahu arah bicaramu kemana.”

“Yaudahlah Bang, mending kita ke kamar aja yuk. Ngapain sih kita ikut pusing pikirin mereka,” ucap Tantri.

“Febby, kita tinggal dulu ya. Semoga tidak lama lagi Kenny datang.”

“Iya Bang Ronald.”

“Ihh ngapain sih pakai pamit segala. Ayoo Bang cepet ah, sebelum aku ngantuk nih,” Tantri menarik tangan suaminya kencang untuk segera mengikuti langkahnya.

Sejenak Febby menghela napas singkat dan melangkah menuju ruang tamu. Kemudian, dia bersandar di sofa sambil sesekali melihat jam dinding.

Beberapa kali juga Febby bangkit dari duduknya, berjalan bolak-balik hanya untuk membuang waktu agar rasa khawatirnya segera pergi.

Setelah hampir satu jam menunggu, Febby mendengar suara mesin mobil memasuki pekarangan rumah. Seketika jantung Febby berdetak cepat ketika foto yang diperlihatkan Maya tadi kembali muncul dipikirannya.

Tidak lama kemudian, Kenny datang membuka pintu rumah dan berjalan cepat menuju ruang tamu.

“Mas Kenny!” panggil Febby yang langsung bangkit dari duduknya.

“Lho Feb, kok ada di sini? kirain sudah tidur di kamar,” jawab Kenny.

“Aku tungguin Mas. Sudah jam setengah sebelas malam begini kok Mas Kenny gak kabarin aku.”

“Maaf Sayang tadi HP Mas lowbat. Yuk, kita ke kamar saja istirahat.”

Kenny merangkul Febby dan membawanya menuju kamar mereka di lantai dua. Sesampainya di kamar, Febby segera melepas rangkulan Kenny dengan cepat.

“Mas Kenny lebih baik segera mandi pakai air hangat,” ucap Febby sambil berlalu.

“Lho kok langsung suruh Mas mandi. Ngga mau kasih sun dulu atau peluk nih,” jawab Kenny sambil menatap heran Febby yang bersikap dingin.

“Ngga! Mandi dulu saja biar bisa cepat istirahat.”

“Hmm.. aku ngerti deh. Biar bisa cepat bobo sambil berpelukan kaan,” Kenny mencoba melucu.

“Aku buatkan teh hangat ya Mas,” ucap Febby langsung mengalihkan pandangan.

“Oke Sayang..”

Selama setengah jam Febby mondar-mandir di kamar dengan gundah sambil menggigit kuku tangannya. Dia memikirkan kata yang tepat untuk bertanya pada suaminya tentang kebenaran foto yang dikirim Maya tadi.

Setelah selesai mandi, Kenny tersenyum menatap Febby yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Sayang kenapa keliatan bingung gitu sih, ada masalah selama aku kerja?” tanya Kenny sambil menyeruput teh hangat setelah mengenakan baju tidur.

Febby menatap tajam kearah Kenny sambil memegang ponselnya.

“Aku minta maaf sudah pulang larut. Kamu kan tahu terkadang ada acara mendadak klien bisnis yang sangat penting,” terang Kenny sambil berjalan menghampiri Febby.

“Aku memang wanita kampung Mas, tapi bukan berarti aku bisa dibohongi,” jawab Febby ketus.

“Maksud kamu? Kok jadi marah dan berkata keras begitu.”

“Kata Bang Ronald meeting sudah berakhir sore, lalu kenapa Mas Kenny gak langsung pulang seperti Bang Ronald. Di telepon juga ga bisa!”

“Ya ampun Sayang, yaudah aku minta maaf sekali lagi. Ada klien penting perusahaan ingin membicarakan bisnis ketika aku ingin pulang. Kamu harus mengerti pekerjaanku dong sebagai seorang CEO. Jangan marah ah nanti manisnya hilang,” ucap Kenny sambil memeluk Febby dari belakang.

Febby segera melepaskan diri dari pelukan tersebut dan menghindar. Dia menatap tajam kearah Kenny dengan tatapan intimidasi.

“Kenapa sih Sayang?”

“Maksud Mas Kenny, ini klien pentingnya?” tanya Febby sambil menunjukkan foto di ponsel.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status