Share

BAB 2 Wanita Lain

Seketika bola mata Kenny terbelalak melihat foto tersebut. Tubuhnya mematung, namun tidak dengan isi kepalanya yang langsung berputar.

“Kamu dapat foto ini dari mana Sayang?” Kenny mencoba menguasai diri.

“Udahlah jawab saja pertanyaanku, Mas. Ternyata ada wanita lain yang lebih penting dari aku? kenapa Mas Kenny tega banget sih?” air mata Febby sudah tidak bisa dibendung lagi.

“Sayang, kamu jangan salah sangka dulu. Kamu kan tahu kalau aku sayang dan cinta sama kamu, Feb. Masa sama foto seperti ini kamu langsung goyah dan berburuk sangka sama aku,” terang Kenny sambil menatap bola mata Febby yang basah.

“Terus kenapa Mas Kenny pegang tangan wanita itu. Kalau dia gak spesial harusnya gak ada pegang-pegangan tangan.”

“Seperti ini doang kamu bilang pegangan? Febby, Febby.. dengar ya, saat itu ada binatang kecil di tangannya. Aku refleks menyentuh untuk mengusir binatang itu.”

“Binatang apa, nyamuk, lalat, atau tawon? Perhatian sekali Mas Kenny sama cewek cantik. Harusnya Mas beritahu saja, biar dia sendiri yang usir binatang itu. Kenapa Mas Kenny pakai sentuh segala? Enak ya lembut tangannya?” Febby terlihat kesal.

“Kamu cemburu Febby, jadi jangan berkata-kata lagi. Aku ini suamimu, jadi kamu harus percaya dengan apa yang aku katakan.”

“Tapi Mas Kenny terlihat mesra sekali difoto ini. Tatapan Mas Kenny romantis banget, wajar kalau aku cemburu!”

“Tatapan apa? ini biasa saja kok, tatapan sama seperti kepada teman yang lain. Lagi pula kami saling menghormati jadi pasti ketika berbicara aku tatap matanya. Kemarilah. Aku mencintaimu, jadi tenang saja, tidak ada wanita lain yang bisa bermesraan denganku selain kamu,” ucap Kenny sambil memegang bahu Febby.

“Mas Kenny bohong. Aku gak suka Mas sedekat itu dengan wanita lain!”

“Aku tidak bohong Sayang. Yaudah iya, aku hanya akan dekat denganmu saja. Biarlah project besarku yang mengharuskan bertemu dengan wanita, biar dipegang oleh orang lain. Sudah cukup, percaya?”

Mereka saling bertukar pandang untuk beberapa saat. Kedua mata Febby mendadak sayu mendengar ucapan Kenny yang hangat. Febby mencoba mengerti dan memahami situasi kembali. Dia meraih tangan Kenny dan menggenggamnya.

“Mas Kenny serius, kan..?”

“Percaya sama aku Sayang. Aku mencintaimu karena kamu adalah istriku. Kamu juga mencintaiku, kan?”

Secepat kilat Febby menganggukan kepala sambil mengusap kedua matanya yang sempat basah. Kenny pun tidak tinggal diam. Dia ikut membantu mengusap wajah Febby yang basah, lalu mereka saling mendekap erat.

Kemudian, Kenny membawa Febby ke ranjang kehangatan tempat mereka memadu kasih. Febby pun tersenyum dan mengiyakan permintaan suaminya.

Seperti biasa, setiap pertengkaran atau perselisihan akibat kecemburuan Febby, selalu dapat dimenangkan oleh Kenny. Karakter Febby yang polos, pemaaf dan mudah dirayu membuat Kenny mampu meluluhkan hati istrinya kembali.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan keadaan. Semula Febby penuh dengan amarah dan rasa cemburu, kini dirinya seakan tunduk dan pasrah dengan perlakuan Kenny yang membuat kamar mereka penuh dengan kehangatan. Suara bisikan kecil yang menggairahkan mulai terdengar. Tubuh mereka saling beradu dengan keringat yang terus membasahi.

“Masss..”

**

Pukul 07.15 WIB

“Aduhh pegal sekali badanku,” ucap Febby yang tersadar dari tidurnya.

Febby meraba kasur di sebelah tempatnya berbaring dengan mata yang masih terpejam. Beberapa saat kemudian dia membuka mata dan melirik untuk memeriksa keberadaan suaminya.

“Mas Kenny.. Mas.. Mas Kennyy,”

Febby menarik baju tidur kimono yang ada dikursi sebelah tempat tidur untuk menutupi tubuhnya yang polos. Lalu, dia bangkit dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.

“Mas.. Mas Kenny ada di dalam? Mas Kennyyy..”

Beberapa kali Febby mengetuk pintu kamar mandi, namun tidak ada respon jawaban dari dalam. Tanpa menunggu waktu lama, Febby segera membuka engsel pintu. Benar saja, dia tidak menemukan Kenny di sana.

“Apa Mas Kenny sudah turun ke bawah untuk sarapan? Tapi biasanya dia pergi kerja jam 09.00 pagi. Mana mungkin jam segini sudah sarapan. Lebih baik aku telepon saja,” Febby meraih ponsel di atas meja nakas.

Terdengar suara nada dering dari seberang saluran telepon.

“Hallo Sayang. Kamu sudah bangun?”

“Mas Kenny kok sudah tidak ada di kamar. Mas dimana, kenapa tidak bangunkan aku?”

“Maaf Sayang tadi aku bangun lebih dulu karena teringat ada meeting di kantor. Aku mau pamit sama kamu, tapi aku lihat sepertinya kamu kelelahan karena semalaman kita bergulat,” jawab Kenny sambil bercanda.

“Ah biasanya Mas Kenny tetap bangunkan aku. Lagi pula Mas sendiri apa tidak capek sudah berangkat lagi pagi-pagi.”

“Maunya sih masih manja-manjaan sama kamu. Tapi, namanya juga tugas dan kewajibanku sebagai seorang CEO perusahaan. Habis meeting aku bisa istirahat sebentar di ruanganku nanti kok.”

“Mas Kenny sudah sarapan? Aku jadi gak sempat buatkan deh.”

“Gak masalah Sayang. Aku bisa beli nanti, minta tolong asisten.”

“Hmm.. baiklah kalau begitu. Semoga lancar meetingnya ya Mas.”

“Makasih Sayang.. I love you.”

Telepon berakhir.

Setelah itu, Febby segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Wajahnya berseri-seri sambil terus tersenyum mengingat apa yang dilakukan Kenny untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak salah pilih, hanya Febby yang ada dihatinya.

Sementara itu, di tempat yang berbeda terlihat mobil sport hitam memasuki kawasan gedung tinggi yang memiliki lahan parkir cukup luas. Seorang wanita cantik dengan tubuh dan penampilan yang menawan duduk tepat di samping kursi pengemudi.

“Sayang, makasih ya kamu sudah mau mengantarkan aku ke kantor. Pagi-pagi datang ke apartemen untuk menjemputku berangkat kerja.”

“Dena, hal itu bukanlah sesuatu yang berat. Tenang saja, aku bisa atur semuanya.”

“Kenny, kamu memang sosok lelaki idaman. Sayang sekali kamu sudah menikah. Sebenarnya aku tidak masalah dijadikan yang kedua, tetapi keluargamu yang lain..”

“Dena ingat, aku tidak mau hubungan kita diketahui bukan karena istriku, Febby. Tetapi aku khawatir jika keluargaku tahu. Apalagi jika sampai papah dan kakakku tahu, bisa habis aku disidang. Aku dipercaya mengisi kursi CEO karena dapat memenuhi permintaan Papahku untuk menikah. Sayang sekali aku belum bertemu denganmu saat itu. Jadi, perempuan polos seperti Febby yang aku nikahi.”

“Tapi kan dia kampungan. Masa lelaki sepertimu mau dengan wanita tidak berpendidikan seperti dia. Hanya lulus SMA dari sekolah di desa. Sementara kita kan lulusan perguruan tinggi luar negeri. Ceraikan saja dia, dan nikahi aku.”

“Tidak semudah itu. Papahku pasti akan bertanya-tanya. Yang terpenting bagiku dia tidak banyak tingkah, dan aku mendapatkan posisi di perusahaan.”

“Lalu aku bagaimana? Aku mencintaimu Ken. Aku ingin hidup bersamamu. Kapan itu bisa terwujud?”

“Nanti ada waktunya ya Sayang. Yang penting kita kan masih bisa sama-sama,” jawab Kenny sambil mengumbar senyum.

Tanpa menunggu lama, Dena langsung memeluk Kenny dengan mesra. Mereka pun saling berpandangan, merapat, mendekatkan wajah, dan saling melumat.

“Huft.. baiklah Sayang. Nanti makan siang, aku ke sini lagi ya. Kita makan di luar bersama seperti kemarin,” ucap Kenny sambil membelai rambut Dena.

“Aku tunggu yah..”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status