Share

Bab 231

Author: Ayesha
Tatapan Raka seketika mendingin. "Urusan antara aku dan Brielle, nggak ada hubungannya dengan orang luar."

Harvis menatap pria yang menjadi penyebab Brielle pingsan itu, tetapi akhirnya dia memilih untuk berbalik dan keluar.

Raka menekan gagang pintu dan melangkah perlahan masuk, lalu duduk di tepi ranjang. Dia menunduk, memandangi wanita yang terbaring lemah dengan wajah pucat.

Tiba-tiba Brielle terbangun dengan kaget, dia langsung duduk tegak dan berteriak, "Anya!"

Begitu melihat Raka berdiri di sisi ranjang, matanya seketika menampakkan keterkejutan.

"Anya aku titipkan ke ibuku. Kamu istirahat saja," ucap Raka lembut.

Brielle pun menghela napas lega. Dia merapikan rambutnya dengan pelan. Karena terus-menerus menjaga putrinya belakangan ini, pikiran Brielle jadi terlalu tegang. Ditambah lagi dia kurang tidur, akhirnya dia pun jatuh pingsan.

Brielle bersandar kembali dan memejamkan matanya. Kepalanya memang masih terasa pusing.

Saat itu, Harvis masuk ke kamar. Melihat Brielle sudah si
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Iin Iin
kapan ya si Raka nyesal udah ngelepas Brielle..
goodnovel comment avatar
Hari Santiana
kapan sih brielle pergi bawa anya dan buat raka menyesal sedalam2nya. bosan juga lama2 ni novel
goodnovel comment avatar
Evi Yulianti
akan ada sesi dimana Raka menyesal nggak sich Thor? sudah menyakiti Brielle dan mengecewakan Anya,, kemudian tidak hanya Brielle yang benci Raka tapi juga Anya,, Dan juga jadi menyesal Meira juga Raline,,?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 322

    Malam itu, Anya tetap bermalam di rumah Keluarga Pramudita. Brielle berpikir, wajar saja putrinya senang berada di sana, karena anak kecil memang menyukai suasana meriah saat hari raya.Beberapa hari terakhir dia hampir terus berada di laboratorium. Rumahnya bahkan belum ditempeli hiasan tahun baru, tidak ada selembar pun dekorasi atau lampion. Dia pun bertekad setelah selesai membahas pendanaan proyek besok, sore harinya dia akan pergi membeli beberapa perlengkapan.Bagi dirinya pribadi, semua itu mungkin tidak terlalu penting, tetapi dia tetap ingin menciptakan suasana tahun baru untuk putrinya.Keesokan paginya.Brielle datang tepat waktu ke kantor pusat Grup Pramudita. Ketika membuka pintu ruang kerja utama, Raka sudah berdiri di depan jendela besar, seakan menantinya.Awalnya Madeline juga dijadwalkan hadir. Namun karena ada urusan mendadak, pertemuan lanjutan soal pendanaan hanya dihadiri Brielle seorang."Duduklah." Raka berbalik badan, memberi isyarat ke arah sofa.Brielle baru

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 321

    Tatapan Raka kembali tertuju pada Lambert. "Nggak kabarin kalau kamu sudah pulang."Lambert tersenyum tipis. "Baru tiba pagi ini, tadinya ingin ajak kalian makan malam bersama."Raka bertanya lagi, "Kasus adikmu ada perkembangan?"Wajah Lambert seketika menjadi kaku. "Masih terus diupayakan."Brielle sebenarnya tidak pernah menanyakan kondisi adik Lambert. Namun melihat ekspresi seriusnya, dia menduga pasti sangat gawat."Kalau ada yang perlu bantuanku, katakan saja." Raka menepuk bahu Lambert.Lambert mengangguk hormat. "Aku pamit dulu."Sebelum pergi, dia menoleh pada Brielle. "Kalau kamu butuh data lanjutan, cari aku kapan saja."Brielle mengangguk. "Terima kasih atas bantuanmu, Pak Lambert."Anya menengadah, kepala bulat mungilnya bergerak melihat ketiga orang dewasa itu mengobrol.Saat Lambert hendak pergi, dia pun melambaikan tangan sopan. "Dadah, Paman Lambert.""Dadah," jawab Lambert sambil tersenyum pada si kecil.Pintu lift pun tertutup.Brielle segera merasakan sepasang mata

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 320

    Awalnya, Remus sempat khawatir dirinya akan diminta mencuri data penting. Namun akhirnya dia sadar, yang ditanyakan Lambert hanya hal-hal sepele seperti apakah Brielle sudah pulang kerja atau apakah dia sudah makan. Saat itu dia baru mengerti, rupanya Lambert hanya memintanya jadi "pengamat" agar bisa mendukung usahanya mendekati Brielle.Ketika Brielle keluar ke ruang istirahat, di meja makan sudah ada kotak makan siang mewah yang dibungkus Lambert dari restoran bintang lima. Brielle benar-benar merasa sungkan, apalagi Lambert harus repot-repot datang di tengah hujan deras hanya untuk membawakan makanan."Makanlah selagi hangat, jangan sampai perutmu sakit. Aku keluar dulu untuk telepon sebentar," kata Lambert, lalu benar-benar pergi keluar.Dia tidak mengganggu Brielle saat makan. Hati Brielle terasa hangat. Saat mencium aroma masakan itu, barulah dia sadar betapa laparnya dia sebenarnya.Kabar ini ternyata juga tersebar ke dalam grup. Faye melihat foto curian Lambert saat membawakan

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 319

    "Sedang kupikirkan," jawab Brielle.Wajah Raka tampak semakin suram. Dia menatap Brielle beberapa detik, lalu berbalik pada Madeline dan Louie. "Pendanaan lanjutan akan aku siapkan, tapi mulai sekarang, progres eksperimen harus dilaporkan padaku setiap minggu.""Baik, tidak masalah," Madeline mengangguk.Raka menatap Brielle sekali lagi, tanpa berkata apa-apa, lalu melangkah keluar ruangan dengan langkah tegas.Begitu pintu tertutup, Zondi mengembuskan napas panjang. "Tatapan Pak Raka barusan, aku kira dia benar-benar akan menarik pendanaan ...."Brielle menundukkan mata, entah apa yang sedang dipikirkannya. Dia tahu Raka tidak jadi menarik diri karena penyakit Devina yang masih menunggu obat ini. Namun apakah Raka benar-benar memmercayainya? Itu yang tidak bisa dia pastikan."Brielle, singkirkan masalah pribadi. Kali ini, jangan sampai mengecewakan kepercayaan Raka," kata Madeline dengan nada tegas.Brielle mengangguk dan menambahkan, "Aku dan dia nggak punya urusan pribadi."Louie me

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 318

    "Beritahu Profesor Madeline, kita adakan rapat sore ini! Dan tolong minta dia panggil Raka untuk hadir juga."Zondi pun keluar. Brielle bersandar pada meja laboratorium dengan wajah tegang. Pikirannya kembali terbayang pada seorang ibu di rumah sakit yang sedang menunggu obat baru ini. Tatapan penuh harap untuk tetap hidup itu membuat hatinya terasa berat.Pukul tiga sore, suasana di ruang rapat laboratorium terasa muram. Profesor Madeline dan Profesor Louie sudah lebih dulu hadir, keduanya sedang membicarakan data eksperimen dengan suara rendah.Brielle duduk di kursi utama, jemarinya mengetuk ringan permukaan meja dan sesekali matanya melirik ke arah pintu. Hanya satu orang yang belum datang dan rapat ini tak bisa dimulai tanpanya."Pak Raka sudah sampai." Zondi mendorong pintu masuk.Gerakan tangan Brielle terhenti, kemudian dia mengangkat wajah.Raka melangkah masuk ke ruang rapat. Seakan baru saja keluar dari sebuah pertemuan resmi, dia mengenakan setelan jas rapi, rambut hitamnya

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 317

    Tatapan Brielle tanpa sadar sempat melirik ke arah meja seberang. Raka sedang berbincang dengan para tamunya. Seolah merasakan tatapan itu, dia pun menoleh ke arahnya, membuat Brielle buru-buru mengalihkan pandangan.Selesai makan, Niro mengantar Fina pulang. Namun, dia sengaja menciptakan kesempatan agar keduanya bisa lebih banyak berduaan."Niro, ajaklah Nona Brielle pergi minum kopi atau sekadar jalan-jalan sebentar. Nenek mau tidur siang," ucap Fina."Baik, Nek. Nenek istirahatlah," jawab Niro."Brielle, lain kali datang lagi ya, bawa putrimu bermain ke rumahku," tambah Fina."Baik, Nek." Brielle mengangguk sopan.Keluar dari rumah, Brielle menoleh ke arah Niro. "Kamu sibuk nggak? Kalau sibuk ....""Nggak sibuk," potong Niro cepat.Belum sempat dia melanjutkan, ponsel Brielle berdering. Ternyata Zondi yang menelepon. "Aku angkat dulu ya," katanya.Niro mengangguk.Setelah mendengarkan beberapa kalimat dari seberang, wajah Brielle seketika berubah serius. Niro memandangnya dengan ce

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status