Share

Ektra part 1

Linda*

Lagi, aku harus menahan diri mendengarkan omelan ibuku. Selama dua puluh lima tahun usiaku selalu saja ibu membanding-bandingkan aku dengan orang lain seperti Ambar dan Tuti terutama dengan Ambar.

Mendengar nama kedua wanita itu aku merasa sebal. Seperti hari ini, hampir satu jam aku mendengar omelan ibu yang lagi-lagi membandingkan aku dengan Ambar.

“Ambar itu bisa ngasih uang tiap bulan, bisa nyekolahin adiknya, bisa beli sawah, bisa rehab rumah. Kamu? Bensin aja masih minta sama ibu.” Begitulah kira-kira perkataan ibuku. Dia sedang panas gara-gara Ambar baru saja membeli sebidang sawah. Lagi, aku yang menjadi pelampiasan kemarahannya. Kadang aku berpikir, ada masalah apa sebenarnya antara ibuku dan ibunya Ambar. Kenapa ibu selalu kebakaran jenggot kalau keluarga Ambar selangkah lebih maju daripada keluarga kami.

Menjadi anak tunggal katanya suatu berkah tapi bukanlah berkah yang kurasakan tapi sakit hati setiap hari. Ibuku bukanlah sosok ibu
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status