Share

Menghadapi Tudingan

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2024-06-26 07:58:54

Inge mengambil napas panjang. Tidak ada pilihan selain memenuhi perintah Bu Farah. Semakin lama ditunda, atasannya itu pasti akan semakin murka. Inge mengenal betul karakter Bu Farah. Dia sudah bekerja di sekolah itu selama empat tahun. Bu Farah orang yang sangat baik tetapi dia sangat keras kepada anak buahnya yang melanggar perintahnya.

Menggunakan ojek online, Inge akhirnya mencapai halaman sekolah. 

“Selamat siang, Miss Inge,” sapa penjaga keamanan sekolah dengan ramah. Inge pun membalas sapaannya dengan anggukan kepala.

Suasana sekolah sudah lumayan sepi. Memang kalau ditengok dari jadwal yang sudah dia susun, pentas seni telah usai sekitar setengah jam yang lalu. Namun seperti biasa, tetap ada beberapa siswa yang masih menunggu untuk dijemput. Mereka berada di ruang playground, di sebelah pos keamanan.

Ketika Inge melewati ruang tersebut, matanya bertemu dengan seorang guru yang sedang bertugas di situ. Guru itu terlihat sangat jelas melengos, menghindari tatapannya.

Inge menelan ludah. Padahal sebelumnya, hanya dia yang terlihat paling ramah  kepada dirinya dibanding rekan guru yang lain.

“Miss Inge!”

Sebuah suara terpekik dengan nada kegirangan. Tidak berapa lama si pemilik suara sudah menempel di kakinya.

“N-naomi?” desis Inge canggung. “Naomi belum dijemput?”

Dia segera mengedar pandangan. Tentu saja mencari sosok Lucas. 

“Miss tadi kemana? Mimi cari-cari Miss loh, Mimi tadi nyanyi sama nari… bagus.” Naomi tidak menjawab, dia justru asyik berceloteh sembari menarik-narik baju Inge, membuyarkan lamunan ibu gurunya tersebut. Naomi memang selalu menyebut dirinya dengan nama kecil ‘Mimi’.

“Mimi, ayo kita pulang, Sayang!”

Belum sempat Inge menjawab, sudah ada suara lain di belakang mereka. Reflek Inge menoleh, kemudian mengangguk kaku. Ternyata yang memanggil Naomi adalah Bu Emma, istri Pak Benny.  

“Mimi pulang sama Oma, Miss Inge,” ceplos Naomi. Gadis cilik itu pun segera berlari mendekati neneknya.

“Kamu yang namanya Inge?” tanya Bu Emma.

Inge mengangguk takut-takut.

“Mimi sering cerita soal Anda, sepertinya Anda adalah guru favoritnya,” lanjut Bu Emma dengan wajah berbinar.

Inge mengangguk lagi dengan sikap hormat.

“Ayo, Mimi pamitan dulu sama Miss Inge!” Bu Emma berkata sembari mengelus kepala gadis cilik itu.

Naomi pun menurut, dia mengucap salam dan memberi lambaian tangan kepada Inge.

Inge balas melambai, meski senyumnya terbit dengan sangat terpaksa. Perasaan Inge menjadi tidak karuan. Apa reaksi gadis cilik itu jika nanti dia benar-benar tinggal di rumahnya? Lalu bagaimana dengan Bu Emma? Juga Pak Benny?

Inge menelan ludah. Sepertinya dia harus bicara lagi dengan Lucas soal permintaan lelaki itu untuk tinggal di rumahnya.

“Hebat kamu ya, Ing.”

Inge terperanjat.

Viana sudah berdiri di sampingnya dengan senyum sinis. “Anak sama ibunya pun bisa kamu ambil hatinya. Betewe, dukun kamu orang mana sih? Ampuh banget peletnya!”

Inge diam saja. Dia melangkahkan kakinya lagi, menuju ruang kepala sekolah.

Dia harus melewati ruang guru terlebih dahulu, sebelum mencapai ruang yang dia maksud. Sudah pasti, semua guru yang berada di ruangan itu melihat kepada dirinya. Inge berjalan menunduk, tidak berani untuk membalas tatapan mereka yang tampak penuh kebencian.

“Baru beberapa bulan, saudara-saudara… belum satu tahun, udah gatel ternyata!” ceplos suara, yang sepertinya sengaja dinaikkan volumenya. Segera setelah itu cekikikan terdengar.

“Hei, jangan gitu. Siapa yang tahan godaan duda tampan kaya raya?” sahut yang lain.

“Janda oh janda.”

Inge menghela napas. Telinganya masih bisa mendengar cemoohan meski kini dia sudah berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah.

Dengan menebalkan hati, Inge mengetuk pintu. Dan segera mendorong pintunya ketika mendengar jawaban dari Bu Farah. Suasana dingin seketika merebak. Bukan sebab pendingin ruangan yang berfungsi dengan baik, tetapi karena tatapan tajam Bu Farah yang tepat menghujam ke jantungnya.

“S-selamat s-siang, Bu Farah.”

“Duduk!”

Takut-takut Inge melangkah menuju kursi di depan meja Bu Farah, kemudian duduk dengan gerakan yang sangat canggung. Kepalanya menunduk dalam.

“Silakan kamu jelaskan perihal… .” Bu Farah menarik napas panjang. Dia seperti susah untuk meneruskan kalimatnya.

“Kamu tau maksud saya kan?” Akhirnya wanita itu berkata lagi.

Inge mengangguk tetapi bingung harus menjelaskan apa. Jika dia mengatakan tentang pernikahannya dengan Lucas, apakah lelaki itu berkenan?

“Inge, saya sungguh menyesal telah meminta tolong Pak Lucas mengantar kamu ke rumah sakit.”

Inge mendongak. Kaget dengan pernyataan tersebut.

“Pak Lucas baru saja datang saat kamu pingsan, dan saya hanya berpikir agar kamu secepatnya dibawa ke rumah sakit. Saat itu mobil Pak Lucas yang paling siap untuk pergi,” kata Bu Farah. Suaranya terdengar rendah, wajahnya tampak menahan sesuatu.

“Apakah benar yang dilihat Viana, bahwa kamu berduaan di dalam kamar dengan Pak Lucas?”

Inge menelan ludah.

Bu Farah tampak hendak bicara lagi, ketika telepon genggam yang berada di tangan Inge berbunyi. Inge yang memang sedang menunduk, bisa membaca jika itu panggilan dari Lucas.

Inge terhenyak. Selain karena telepon dari Lucas, dia pun kaget sebab baru sadar jika dia datang ke sini hanya membawa telepon genggamnya saja.

“Angkatlah dulu!” seru Bu Farah keras. Dia tampak benar-benar terganggu dengan dering telepon genggam itu.

Inge yang sedang tidak bisa berpikir, hanya menurut.

“Kamu dimana, Ing?” suara Lucas segera menyerbu telinganya begitu Inge merespon.

“S-saya menghadap Bu Farah, Pak.”

“Di sekolah?!” Lucas berseru kencang.

“I-iya.”

Telepon segera ditutup.

Inge memandang Bu Farah dengan wajah lebih bingung.

“Saya masih menunggu penjelasan dari kamu, Ing.”

Inge kembali menunduk. Setelah terdiam cukup lama untuk memilah kata-kata yang menurutnya aman disampaikan, Inge pun berkata, “Ta-tadi Pak Lucas hanya membantu saya… .”

“Membantu apa?” cecar Bu Farah, tampak sangat tidak sabar menunggu ucapan Inge selanjutnya.

“T-tadi saya muntah.”

Bu Farah menyipitkan mata, terlihat tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Inge.

Pintu tiba-tiba diketuk, dan terbuka setelah itu.

“Pak Lucas!” Bu Farah menjerit tertahan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Panggil Aku Sayang

    “Temuilah Lucas, coba kalian bicara dulu dengan lebih tenang. Apa pun keputusanmu, Mama akan mendukungmu.”Inge bergerak memeluk sang mama. Dia mengucapkan terima kasih, tetapi satu detik kemudian perempuan itu terisak. Ketika Mama Niken terlihat cemas, Inge justru mengeluarkan tawa kecil. Tentu saja Mama Niken mengernyit heran.“Kamu kenapa? Jangan bikin Mama bingung, Ing.” Nada suara perempuan yang melahirkan Inge itu menjadi naik.Inge justru tertawa lebih kencang.“Inge!” Mama Niken menjerit tertahan. Untung saja semua pegawainya sedang sibuk di depan, menata katering di dalam mobil, untuk segera diantar pada para pelanggan.“Aku tiba-tiba ingat , Ma. Dulu waktu Mama nganter aku sekolah naik sepeda, Mama pernah bilang kan kalau besok suamiku adalah orang yang sangat kaya, jadi aku bisa diantar kemana-mana naik mobil. Terus suamiku punya restoran di mana-mana… . Ingat kan?” Mama Niken memandang Inge dengan lurus. Senyumnya merekah. “Mama rasa kamu enggak perlu cocoklogi begitu. D

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sebuah Petunjuk

    Inge yang masih memandangi pesan gantung di telepon Lucas, menjadi sangat terkejut ketika tiba-tiba mendengar Lucas berdehem tepat di belakang punggungnya.“Pak Lucas.” Inge salah tingkah. Dia merasa seperti tertangkap basah sedang melakukan hal yang kurang sopan. Dengan sedikit gemetar dia menyodorkan telepon itu kepada si empunya.Lucas menerima, kemudian memeriksa telepon tersebut. Dua detik kemudian dia merekahkan senyum. “Apa kamu baca pesan dari Mama ini?”“Maaf, benar-benar tidak sengaja, Pak.” Inge menunduk lebih dalam.Lucas tertawa kecil. “Baguslah. Jadi aku enggak perlu repot memberitahu kamu kalau Mama menunggumu di rumah. Ayo kembalilah ke rumah kita.”“Maksudnya… .” Inge sengaja menggantung ucapannya. Dia beranikan diri untuk menatap wajah Lucas.“Ini sedikit memalukan, Ing. Ternyata selama ini Mamaku menyewa orang untuk menyelidiki kamu.” Lucas bergerak mendekat. Dia mengambil kedua tangan Inge, lalu tersenyum melihat wajah sang istri yang tampak lucu dengan mata membel

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Karina Kepada Inge

    Naomi memandang wajah Inge sejenak, sebelum akhirnya mengangguk samar. Dia pun menurut saat dibawa masuk ke dalam kamar.“Mimi,” panggil Karina dari layar telepon Lucas. Tampak wajah cantiknya masih sedikit pucat. Latar belakang ranjang rumah sakit juga ikut terekam dalam panggilan video. Tampaknya Karina sedang sendirian di ruang tersebut.Inge mengajarkan Naomi untuk melambaikan tangan sekaligus mengucapkan salam pada ibu kandungnya itu. Lagi-lagi Naomi menurut, meski dengan sedikit canggung.“Mimi senang ya main sama Mama Inge?” ujar Karina.“Iya.” Naomi yang dipangku Lucas menyahut dengan menundukkan kepala .“Mimi sayang sama Mama Inge?” tanya Karina lagi.Naomi spontan memandang Inge, sehingga Inge sekuat tenaga melempar senyum. Segumpal perasaan bersalah menyergap hatinya. Dia begitu tertohok dengan pertanyaan Karina.Lucas cepat menguasai keadaan. Dia pun bersuara dengan meminta Naomi untuk menjawab ujaran sang ibu. Sementara tangan Lucas perlahan mengulur untuk menyentuh ping

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Segelas Susu Hangat

    Inge menunduk. Perasaannya berkecamuk.“Pak Lucas, boleh saya bicara dengan Bu Karina?” Alih-alih menjawab, Inge justru melempar pertanyaan. Lehernya bergerak sehingga kepala Inge kini tegak dan memandang Lucas yang duduk di sampingnya.“Saya ingin menjelaskan hubungan kita,” ucap Inge.Respon pertama kali Lucas adalah menghela napas. Kemudian dia mereguk susunya kembali, sebelum akhirnya menyahut, “Tentu saja boleh. Tapi tolong jangan terus merasa aku dan Karina bercerai karena kamu.”Inge mengulas senyum. “Tapi pikiran dan pandangan orang pasti akan seperti itu. Bayangkan saja, Bu Karina baru bangun setelah koma empat tahun, tiba-tiba diceraikan, lalu Pak Lucas melanjutkan hidup bersama saya sebagai suami istri. Apa kata orang nanti?”Lucas meraih tangan Inge. Dia remas sedikit sembari memberi tepukan kecil.“Apakah anggapan orang sangat berarti buat kamu?” tanya Lucas. Nadanya tegas. “Kita sudah melewati sejauh ini bukan?”Inge kembali menunduk. Tanpa sadar dia membalas remasan Luc

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Tolong Jujur

    Inge terbangun dengan kaget, tiba-tiba dia merasa ada tangan yang memukul kandungannya. Ketika dia membuka mata, dia mendapati tangan mungil Naomi sudah terparkir manis di atas perut. Sedang tubuh kecil Naomi terlihat bergerak merapatkan diri pada Inge, sepertinya si kecil mencari kehangatan, sebab udara pagi di kota kecil ini memang lebih dingin dibanding di rumah Naomi.Inge menghela napas. Semalam dia akhirnya tertidur setelah berdiam diri memandangi wajah Lucas dan Naomi berganti-ganti. Entah mengapa hatinya merasa lebih tentram. Demikian juga dengan si bayi, dia terus bergerak tetapi gerakannya sangat halus.‘Eh, kemana Lucas?’ Inge tidak menemukan lelaki itu di samping Naomi. Bantal bekas dipakai Lucas sudah terlihat rapi.Tidak berapa lama, sayup-sayup telinga Inge mendengar tawa renyah di luar kamarnya. Dapat dipastikan suara itu berasal dari para ibu yang membantu mamanya. Mereka juga terdengar saling berbalas kalimat seperti biasa.Inge pun bangun dengan hati-hati. Sedikit m

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Aku Datang Mama

    Mesin mobil segera mati, dan Pak Ali perlahan turun. Dia membungkukkan sedikit badannya kepada Lucas dan juga orang tuanya, kemudian mengundurkan diri tanpa sepatah kata pun.“Mama kita perlu bicara.” Lucas menatap Mama Helen.Sedetik kemudian Naomi menjerit-jerit. Dia seperti sudah mempunyai firasat jika sang papa akan menggagalkan rencana mereka untuk pergi ke rumah Inge. Namun Edward sigap menenangkan gadis kecil itu. Edward membujuk Naomi untuk turun.Akan tetapi Naomi masih terus menjerit, sehingga Lucas akhirnya mendekati sang putri. Lelaki itu menatap Edward sejenak, sebelum akhirnya mengulurkan tangan pada Naomi.“Kita jemput Mama Inge, tapi kita siapkan dulu strawberry untuk Mama Inge. Tadi Mama Inge telepon minta dibawain strawberry,” ujar Lucas terpaksa sedikit berbohong. Dia perlu waktu untuk bicara dengan Mama Helen.Naomi terlihat langsung menghentikan kehebohannya. Dengan mata basahnya dia tersenyum lebar. “Mimi yang siapin, Pap?”Lucas mengangguk. “Coba tanya Bi Yati a

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Bingkai Telah Retak

    Karina buru-buru menyeka air matanya. Dia memandang sejenak kepada Papa Benny. Saat ayahnya mengangguk, perempuan cantik itu ikut pun melakukan hal yang sama. Kemudian dia memberanikan diri untuk menatap wajah Lucas, sembari menahan debaran di dadanya.Entah mengapa Karina melihat serpihan diri Edward dalam wajah Lucas. Dan di sinilah dia menjadi lebih paham apa yang Papa Benny maksudkan tadi. Karina mungkin tidak dapat melepaskan dirinya dari bayang-bayang Edward. Itu akan seperti mengantongi bom yang dapat meledak sewaktu-waktu, yang mungkin saja ledakannya lebih hebat dari pada empat tahun yang lalu.“Aku juga punya kabar yang harus kamu dengar, Luc,” kata Karina lirih.Mendengar hal tersebut, Papa Benny memberi kode kepada Mama Emma untuk keluar. Ketika sang istri terlihat masih terpaku, Papa Benny berjalan memutari ranjang Karina untuk mendapatkan tangan perempuan itu. Dalam diam, dia membawa Mama Emma keluar ruangan.Lucas tersenyum samar serta mengangguk pada kedua mertuanya, s

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Lepaskan

    “Di sini juga ada Lucas, yang bisa ikut mendengar,” tambah Pak Benny.Inge tercekat. Dia menggigit halus bibir bawahnya sendiri. Berusaha untuk tidak memperdengarkan sesuatu yang bisa menampakkan kegugupannya, meskipun jantung dalam dadanya berdebar begitu kencang.“Dengar baik-baik, Inge. Saya ingin membatalkan perjanjian di antara kita,” kata Pak Benny. Suaranya serak tetapi diucapkan dengan mulus tanpa getaran. “Pernikahan antara kamu dan Lucas itu sah, hanya kamu dan Lucas yang berhak menentukan kelanjutannya.”Telinga Inge dapat mendengar suara Lucas terpekik kecil menyerukan kata ‘papa’ di belakang suara Pak Benny. Sebenarnya dia pun sama terkejutnya dengan Lucas, tetapi dia dapat mengendalikan diri. Inge telah belajar dari pengalaman bahwa berbicara dengan Pak Benny atau Bu Emma selalu saja muncul hal-hal tidak terduga.“Apa kamu dengar, Ing?” tanya Pak Benny.“I-iya, Pak.”Inge pun terbata-bata kembali mengiyakan ketika Pak Benny menanyakan apakah dia paham dengan yang dimaksu

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Keputusan Mendadak

    Keluar dari ruang perawatan Karina, Lucas langsung menuju ke arah barat rumah sakit. Di situ ada taman dengan kolam ikan yang suasananya lumayan sejuk, sebab beberapa pohon rindang berjajar melingkupi area tersebut. Beruntung taman tampak tidak seramai biasanya.Lucas duduk di salah satu kursi di situ, dia menghela napas. Kesejukan dan kedamaian suasana taman, sama sekali tidak dapat meredakan panas di hatinya. Rasa sakit pada pagi hari itu, empat tahun lalu, bahkan masih terasa sampai sekarang. Siapa yang tidak sakit jika ternyata istri yang dicintai menyimpan rasa untuk lelaki lain. Apalagi jika lelaki tersebut adalah orang yang selama ini tidak dia sukai.Ya, Lucas menganggap Edward pengkhianat. Edward Kavell adalah sepupu dari papa kandungnya, yang artinya masih paman Lucas. Dia menikahi Mama Helen tepat tiga bulan setelah kematian papanya. Ada desas desus yang beredar di kalangan keluarga besarnya sendiri, bahwa Mama Helen telah hamil dengan Edward. Namun seiring berjalannya wakt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status