Share

Jomlo 8

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2022-02-04 23:08:07

*Happy Reading*

Aku pun dengan otomatis melirik Irfan, yang langsung terlihat gusar melihat wanita itu, sambil mencuri lirik ke arahku.

Bangke!!

Jadi aku sudah ditipu selama ini?

Baru aja aku hendak beranjak dari tempat dudukku. Alan tiba-tiba menginterupsi dengan santainya.

"Oke! Karena sekarang bini lo udah dateng. Gue pergi, ya? Ayo, Sayang," kata Alan kemudian, sambil mengulurkan tangannya ke arahku.

Apa?!

Jadi nih pengacara juga udah tau, kalau Irfan ini punya keluarga? Kenapa dia gak kasih tahu, sih? sengaja ya, mau bikin aku kehilangan muka?

Atau … jangan- jangan Dia sekongkol sama Irfan?

"Sayang?" panggil Alan lagi. Sambil memberikan kode lewat ekor matanya, untuk meraih tangannya.

Sayangnya, karena aku masih shock. Aku pun malah menatap uluran tangan itu dengan linglung. Memang apa yang harus aku lakukan? Menyambut tangan Alan dan ikut dramanya yang lain? Sialan! Kenapa aku harus terjebak dalam situasi seperti ini, sih?

Melihat tidak adanya respon dariku. Alan pun tiba-tiba berdecak kesal. Kemudian menghampiri dan berjongkok di hadapanku.

"Ck, gak usah ngerajuk gitu dong, Sayang. Iya, iya, deh. Kamu menang. Aku bakal ijin ngantor, dan nemenin kamu seharian ini. Oke? Seneng, kan?" Alan berucap lagi, sambil mengusap kepalaku dengan sayang. Yang justru ingin kutanggapi dengan tangisan.

Bukan karena Alan sudah berani lancang padaku lagi. Tapi karena benar-benar bingung dengan situasi ini, juga … tentu saja kecewa pada diriku sendiri, karena ...

Bisa-bisanya aku di bodohi seperti ini! 

"Sayang?" panggil Alan sekali lagi. Seperti meminta fokusku. 

Aku pun mencoba menelan semua kekecewaanku hari ini. Sebelum akhirnya mengangguk sambil tersenyum manis.

Baiklah! Lo jual, gue borong!

"Beneran?" Sekuat tenaga aku menekan gemuruh dalam hati, dan tangis yang sebenarnya ingin menyerbu keluar.

Alan mengulas senyum tipis, lalu mengangguk dan membelai kepalaku, "Tentu! Apa sih yang Nggak buat kamu."

Akting pria itu benar-benar luar biasa!

"Makasih, ya, A'?" ucapku kemudian. Sambil meraih tangannya yang masih ada di kepalaku, dan memegangnya erat-erat di pangkuanku. Membuat Irfan langsung melotot tak suka.

Wajar. Karena asal kalian tau saja, walaupun selama ini kami sudah PDKT cukup lama. Tapi aku tak pernah sekalipun mengijinkannya menyentuhku. Entah itu hanya sekedar salaman, rangkulan, gandengan, atau apapun yang berbentuk skinship. Karena aku dan dia bukan mahram.

Hanya pas berkenalan dengan Alan di swalayan tadi aku kecolongan membiarkannya merangkul pinggangku. Itupun langsung aku tepis dengan cepat.

Maka dari itu aku bilang, wajar jika dia kini terlihat tak suka dengan apa yang aku lakukan pada Alan. Dia pasti kesal sekali saat ini. Dia juga pasti menganggapku sok jual mahal selama ini.

Padahal, sejujurnya ini bukan perkara jual mahal atau apapun. Tapi, dari awal aku memang tak pernah merasa nyaman dengan Irfan. 

Aku memang sempat berharap lebih pada pria bermulut manis itu. Tetapi jauh dilubuk hatiku, selalu ada ganjalan yang tak bisa aku jelaskan tiap kali dekat dengannya.

Entahlah, mungkin itu salah satu pertanda dari Allah kalau dia bukan yang terbaik untukku. Sangat berbeda jauh sekali dengan apa yang aku rasakan dengan Alan.

Aku juga gak ngerti soal itu. Faktanya, sekalipun pria dihadapanku ini jarang bahkan tidak pernah berkata manis, malahan sering sekali membuat tensi darahku Naik karena emosi. Tetapi di dekatnya, aku selalu merasa nyaman.

Pertanda apa itu? Terserah. Aku gak mau memikirkannya untuk sekarang.

"Kita pergi?" tanya Alan lembut sekali. Kembali kujawab dengan anggukan dan senyuman penuh kamuflase tentunya.

Alan pun berdiri, dan mengajakku turut serta untuk berdiri di sampingnya, tanpa melepaskan tautan tangan kami sedikit pun. Aku menurut, aku memegang tangan Alan tak kalah erat, bahkan terkesan bergelayut manja pada lengan pria itu.

Tak ayal kelakuanku itu sukses membuat Irfan makin melotot horor. Juga menggeram tertahan dengan rahang yang mengeras. 

Terserah dia mau mengataiku murahan atau apapun setelah ini. Yang jelas, aku merasa terlindungi jika dekat pengacara lempeng ini.

"Oh ... jadi dia pacar kamu ya, Lan? Cie ... udah bisa move on nih, ceritanya?" goda wanita itu, yang tadi mencium Irfan di hadapanku.

Jadi, wanita ini juga mengenal Alan?

"Bukan pacar. Tapi udah halal, kok," jawab Alan dengan lugas.

Wanita itu pun terbelalak tak percaya, pun Irfan. Bahkan aku refleks langsung menoleh ke arah Alan, saat pernyataan itu terucap dari bibirnya.

Maksudnya apa?

"Serius, lo?" ucap wanita itu lagi dengan heboh.

"Sure. Kalau belum halal. Mana mau dia digandeng gini," jawab Alan meyakinkan. Sambil melirik tautan tangan kami.

Wanita itu pun tersenyum lebar. Kemudian memperlihatkan dua ibu jari tangannya.

"Lo emang pantes dapetin gadis baik-baik, Lan," ucap wanita itu lagi, "Ah, iya. Lupa gue. Selamat ya, buat kalian." Wanita itu menyalami Alan, kemudian beralih padaku.

"Oh ya, kita belum kenalan, kan? Nama kamu siapa, cantik? Aku Medina, panggil aja Dina. Aku istrinya pria brengsek ini," sambung wanita itu lagi, yang mengaku bernama Medina, sambil mencubit pipi suaminya dengan gemas.

Ya, Medina!

Laki lo emang brengsek!!!

"Hasmi," balasku seadanya. Masih dengan senyum palsu yang terus aku pertahankan.

Bagaimana pun, wanita ini gak salah, kan? Malah di sini. Posisiku yang sebenarnya salah.

PDKT dengan suami orang.

Sungguh, itu bukan sesuatu yang bisa di banggakan!

Walaupun sejujurnya. Aku juga korban di sini. Tetapi, tetap saja kalau Medina tau. Dia pasti akan lebih membela suaminya daripada aku, yang hampir jadi pelakor.

"Ya, udah. Kalo gitu kami pergi dulu, ya?" pamit Alan.

"Eh, mau kemana?" Medina terlihat tak rela.

"Biasalah, Din. Si nyonya lagi ngerajuk, nih. Makanya mau aku sogok dulu pake rayuan. Biar gak kabur." Alan mencoba berkelakar.

Namun entah kenapa, saat mengucapkan kalimat itu. Alan malah menatap Irfan dengan sinis.

"Oh, iya. Ngerti deh gue. Namanya juga pasangan baru. Pasti bawaannya pengen berduaan aja. Iya, kan? Ya udah, met seneng-seneng, deh. Next, boleh nih kita double date. Pasti seru tuh. Ya, kan, Sayang?" Medina merangkul lengan suaminya mesra. Sambil memberi usulan yang tak ingin aku setujui sama sekali.

"Siap! Atur aja." Namun, tentu saja berbeda dengan Alan. Yang notabenenya teman mereka. "Kami duluan. Bye!"

Lalu setelah itu, Alan pun merangkul pinggangku, dan membawaku pergi dari sana dengan cepat.

"Inilah kenapa, saya terus membayangi kalian dari tadi," bisiknya, di sela langkah kami keluar dari tempat sialan itu. Juga setelah jarak kami lumayan jauh.

Jadi, apa itu Artinya, Alan tidak sedang berkonspirasi dengan Irfan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Balfas
Alan manis bnget sma Hasmi,Alan sebenar.a ada rasa sma Hasmi kya.a si Irfan bner2 yah udah punya istri sma anak malah deketin hasmi
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
secara g langsung alan sedng nglindungi hasmi,,sweet banget sih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Mauku Menjomlo   Last ekstra part

    "Aduh! Terus kumaha iye? Mana si Bapak udah pergi? Saya telepon Bapak lagi aja, gimana? Pasti belum jauh, kan?" Asisten yang bernama Mbok Minah itu pun seketika panik. "Jangan, Mbok. Jangan ganggu Bapak," larang Hasmi yang kini berusaha mengatur napasnya, demi meredakan sakit yang semakin mendera perut bawahnya. "Ya, terus. Ini gimana, Bu? Saya harus apa?" Meski agak heran dengan permintaan sang nyonya. Mbok Minah pun kembali bertanya. "Suruh Pak Komang siapin mobil. Terus, tolong ambilin tas bayi di kamar yang sudah saya siapin. Mbok nanti temenin saya ke Rumah sakit, mau, ya?" pinta Hasmi setelah memberi titah pad sang asisten. "Iya, iya, Bu. Nanti saya temani. Kalau gitu, ibu tunggu bentar, ya? Saya nyari si Komang dulu." Mbok Minah pun pamit, mencari sopir yang sengaja Alan pekerjakan untuk mengantar-antar Hasmi jika ingin bepergian sendiri. Sementara Mbok Minah melaksanakan titah Sang nyonya. Hasmi sendiri kini tengah sibuk mera

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ektra part 5

    Ektra part 5*Happy Reading*Hasmi mendesah berat, saat terbangun dari tidur malamnya tapi tidak menemukan Alan di sisi tempat tidur. Melirik jam di atas nakas sejenak, yang menunjukan pukul dua pagi. Hasmi pun memutuskan turun dari tempat tidur, dan menghampiri suaminya itu. Ruang kerja menjadi tujuan Hasmi. Karena setelah makan malam, Alan memang pamit meneruskan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan di kantor. Sementara Hasmi, memilih langsung tidur setelah sholat isya.Kehamilan yang sudah semakin besar membuatnya mudah lelah. Itulah kenapa, Hasmi jadi sering mengantuk dan mageran. Ditambah lagi, sekarang ada beberapa asisten rumah tangga di rumahnya. Makin-makin saja kemagerannya itu. Hasmi kembali menghela napas panjang, saat menemukan kebenaran atas dugaannya. Di sana, di dalam ruang kerjanya. Alan tengah menatap layar laptopnya dengan tampang serius sekali. Membuatnya terlihat bersahaja dan tampan sekali. Ah, mema

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 4

    Ekstra part 4"Sudahlah, Alan. Biar aku saja yang jadi mengajak istrimu berkeliling. Aku janji tidak akan membuat istrimu lecet. Jadi, kau tidak harus menyusahkan diri sendiri seperti itu."Alan langsung mendengkus kesal, saat lagi-lagi Frans mengejeknya ketika jatuh dari motor.Ya. Demi Hasmi. Alan akhirnya memutuskan belajar motor kembali, agar bisa memenuhi ngidam sang istri. Meminta bantuan pada Frans yang memang lihai dalam hal kendaraan beroda dua itu. Awalnya Alan ingin minta di ajarkan lagi dalam mengendarai motor. Siapa sangka? Ternyata pria itu malah terus mengejeknya sepanjang latihan."Terima kasih, Frans. Aku masih bisa menuruti ngidam istriku seorang diri. Kau diam menyimak saja," balas Alan kemudian. Tidak akan pernah mengijinkan Frans berdekatan dengan istrinya lagi. Apalagi, setelah tahu perasaan pria itu pada sang istri. Alan tidak ingin memberi celah sedikitpun untuk sebuah perselingkuhan. Ah, ya! Satu rahasia ya

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 3

    *Happy Reading*Entah sudah jadi sugesti atau memang kebetulan saja. Sejak mengetahui jika sudah berbadan dua, tubuh Hasmi pun mulai merasakan kodisi yang biasa ibu hamil rasakan. Mual-mual dan lain macamnya. Namun, yang paling membuat Hasmi kewalahan adalah muntah-muntah yang di alaminya. Karena hal itu bukan cuma saat pagi hari saja, tetapi bisa seharian full dan membuatnya tidak bisa berjauhan dari kamar mandi. Selain muntah yang berlebihan, Hasmi juga tidak berselera makan sejak hamil. Semakin dia makan, semakin sering dia muntah. Terutama dengan makanan pokok negara kita, yaitu nasi. Jangankan memakannya, mendengar namanya saja dia sudah mual. Dengan kondisinya yang seperti itu, sudah bisa dipastikan. Hanya dalam hitungan hari saja, Hasmi pun drop. Mengharuskannya bedrest total dan mendapat asupan makanan dari selang infus.Sebagai seorang suami, Alan pun dirundung kesedihan melihat kondisi Hasmi. Seandainya saja dia bisa menggant

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 2

    *Happy Reading*"Nah, udah kelar! Lo? Udah kelar juga, gak?" Hasmi melirik Mira, menanyakan pekerjaan gadis itu. "Bereslah! Miwra gitchu, loh!""Najis! So imut bet lo!" Hasmi misuh-misuh kesal melihat tingkah Mira. "Emang imoet kakak ...." sahut Mira sengaja mengedip-ngedipkan mata seperti orang cacingan. Ingin menggoda Hasmi"Semerdeka lo aja dah, Mir. Males debat gue." Hasmi mengalah. "Dahlah, yuk sholat dulu. Udah masuk waktunya, kan?" Hasmi memilih mengalihkan obrolan pada yang lebih berfaedah. "Udah, sih. Tapi lo duluan aja.""Lah, Ngapa? Lagi males atau ngerasa udah banyak pahala?" sindir Hasmi."Bukan, gela! Gue lagi dateng bulan."Owh ... pantas saja. Soalnya setahu Hasmi, meski si Mira ini bar-bar dan adminnya lambe jemblehnya rumah sakit ini. Tetapi perkara sholat, gak pernah ketinggalan. Bahkan bisa dikatakan jempolan, soalnya gak nunda-nunda waktu. "Oh gitu ...." Hasmi menganggu

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 1

    *Happy Reading*(Author pov)Hari ini sabtu dan Alan sedang libur. Pria itu sengaja tidur lagi sehabis sholat subuh, karena memang tak punya rencana apapun hari ini. Hanya bersantai ria dengan istri tercinta yang pastinya sedang sibuk membersihkan rumah.Jangan salah kira. Alan bukannya mau menjadikan istrinya itu sebagai pembantu di rumahnya sendiri. Hanya saja, Hasmi memang suka bebenah orangnya, dan tidak ingin memiliki pembantu dulu."Nanti saja punya pembantunya, A. Sekarang Hasmi belum butuh. Lagian, di rumah ini juga hanya kita berdua. Hasmi masih bisa mengurus semuanya sendirian."Itu katanya, saat Alan tawarkan seorang pembantu untuk membantunya mengurus rumah mereka. Meski sudah dibujuk bagaimana pun. Jawaban wanita itu tetap sama. Belum butuh. Begitu saja terus. Sampai Alan menyerah dalam membujuk wanitanya. Karena tak ingin malah jadi ribut nantinya. Kadang, istrinya itu memang sangat keras kepala. Makanya Alan memilih me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status