Keesokan hari, Laura bangun lebih pagi dari biasanya."Jam berapa ini?" tanya Laura yang masih terbaring di atas ranjang seraya melihat ke arah jam beker."Ternyata masih jam 4. Ya ampun ... Bukankah ini terlalu pagi," lanjutnya berkeluh kesah.Tak ingin tidur lagi, Laura memilih untuk keluar kamar saja dan mencari kegiatan yang bisa dia kerjakan.Tanpa dipungkiri ternyata dirinya malah melihat Leon yang baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk."Selamat pagi, Laura," sapa Leon penuh kelembutan."Se---selamat pagi juga," balas Laura gugup."Ternyata dia bangun lebih cepat dariku. Apakah aku yang terlalu malas, atau dia yang kerajinan?" tanyanya pada diri sendiri.Saat itu juga Leon pergi ke dapur untuk membuatkan Laura sepotong roti lapis keju yang akan ia jadikan sebagai menu sarapan."Bolehkah aku membantumu?" tanya Laura yang tak ingin Leon kerepotan sendirian.Leon berkata bahwa dia bisa mengerjakan hal sepele itu tanpa bantuan Laura. Dia malah men
Hingga malam tiba, Leon dan Laura masih berada di luar dan menghabiskan waktu mereka bersama.Sekarang mereka berdua sedang berada di sebuah cafe sederhana yang tempatnya cukup terkenal untuk kalangan sekitar. Terutama bagi para pengunjung yang datang ke sana."Sebentar, ya. Aku mau ke toilet dulu," ucap Leon.Laura yang sedang duduk di sebuah kursi pelanggan pun hanya mengangguk kecil.Tepat setelah Leon pergi meninggalkan tempat, Laura merasa sangat mengantuk. Sejak tadi dia memang sudah menahan rasa kantuknya tersebut.Tanpa disadari dirinya malah tertidur dengan kepala bersandar di atas sebuah meja makan.Seketika semua orang yang lewat pun menjadikan Laura sebagai pusat perhatian. Antara merasa kasihan karena mengira tidak punya tempat untuk beristirahat, atau menganggap bahwa tidur di tempat umum adalah hal paling memalukan.Tak lama kemudian, dua orang pria mendekati Laura dan berniat menggodanya."Cantik juga nih cewek," ucap salah satu di antara mereka."Lumayan kalau di baw
Tiga hari kemudian ---Dengan segelas jus mangga yang menemani pagi ini, Launa tak henti menatapi layar laptop miliknya.Apa yang sedang dia lihat? Tentu saja pemandangan menarik yang selama ini ia kumpulkan. Ya, beberapa dokumentasi foto maupun video kemesraan Leon dan Laura selama mereka berada di Bali."Cih! Sepertinya kamu benar-benar menikmati masa sekarang ya, Laura. Dasar adik tidak tahu diri! Selalu merasa bahwa kehidupan ini hanya untuknya," ujar Launa sembari menyantap beberapa snack yang sedang dia pegang.Di saat yang bersamaan, Devano datang dan langsung merampas jus milik Launa dari atas meja. Melihat kedatangan Devano, tentu Launa tidak merasa kaget karena sudah tau bahwa pria itu telah memperhatikannya sejak tadi."Devano, kamu apa-apaan sih! Jangan main asal ambil, dong. Itu 'kan punyaku. Kalau mau, kamu bisa membuatnya sendiri."Masalah kecil itu sempat menjadi sumber pertengkaran mereka pagi ini. Tapi tak butuh waktu lama untuk mereka bisa akur kembali."Kenapa dar
Dengan fokus tingkat tinggi, Leon membaca beberapa berkas yang sudah menumpuk di meja kerja."Permisi, Kak Leon," ucap Felix menyapa sang kakak dengan penuh kesopanan."Ada perlu apa?" tegas Leon sembari membaca berkas-berkas tersebut.Dengan percaya diri Felix memberikan beberapa dokumen lain yang harus Leon tanda tangani."Baiklah. Letakkan saja di situ. Akan aku kerjakan secepat mungkin," balas Leon bernada datar.Tak mau mengganggu kakaknya lagi, Felix segera berbalik badan dan hendak pergi meninggalkan ruangan Leon.Di saat yang bersamaan, Leon memanggil Felix dan membuat sang adik menghentikan langkahnya sejenak."Nanti kamu pulang bareng aku saja," ajak Leon masih dengan penuh keseriusan.Felix yang tidak merasa keberatan sama sekali pun tak menolak. Secepat mungkin ia pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk melanjutkan pekerjaan lainnya.Dengan sangat teliti, Leon mulai menandatangani seluruh dokumen yang Felix berikan barusan. Tentu baginya ini cukup melelahkan. Tapi yang n
Di salah satu minimarket yang tidak jauh dari rumah Leon, Laura sedang mencari sabun cuci wajah yang biasa dia pakai selama ini.Satu, dua, hingga tiga putaran sudah Laura lakukan dengan mengelilingi minimarket tersebut tapi tak kunjung menemukan apa yang dia cari.Laura bingung harus membeli yang mana karena takut sabun wajah merek lain tidak cocok untuk kulitnya yang lumayan sensitif."Astaga, kemasan ini lucu sekali," ujar Laura sambil meraih salah satu facial wash yang belum pernah dia pakai."Seandainya kulitku cocok dengan semua jenis skincare, maka aku akan membeli sabun wajah mana pun yang aku suka. Tapi sayangnya itu tidak mungkin, karena kulitku mudah kering jika salah pakai," ucap Laura."Lagipula sabun wajah yang biasa aku beli juga selalu menjadi incaran banyak orang karena harganya jauh lebih terjangkau," lanjutnya.Si kasir yang sedang memantau keadaan, terus mengawasi Laura dari kejauhan. Penampilan Laura memang sama sekali tak mencurigakan. Hanya saja tingkah lakunya
Saat makan malam tiba, seluruh anggota keluarga Halton terlihat sedang berkumpul bersama di meja makan.Dengan sangat sopan Angel memberikan sepiring buah Naga pada Felix yang ternyata benar-benar melakukan apa yang Leon katakan tadi pagi."Untukku mana?" tanya Damian merasa iri.Menerima pertanyaan yang terdengar di telinganya, Angel langsung merasa tidak enak dan meminta maaf karena buah tersebut sudah habis."Jika Tuan mau, saya akan membelikannya lagi malam ini," ucap Angel dengan sangat lembut."Tidak usah. Saya juga sedang tidak ingin makan buah-buahan, karena di depan saya sudah ada yang jauh lebih manis."Damian menggoda Angel di hadapan semua orang."Angel, aku sarankan kamu segera kembali ke dapur sekarang juga. Jika tidak, mungkin kamu akan merasa trauma kalau terus-terusan ada di dekatnya," sahut Felix."Apa kamu bilang? Memangnya aku ini apa?" bantah Damian yang tidak terima."Playboy kelas atas," balas Felix santai."Cih! Dasar bocah menyebalkan!" kesal Damian yang terus
Hari ini, tepatnya pukul 6 sore, Leon yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya hendak beranjak menuju rumah salah satu mantan karyawati yang tadi malam baru saja membuat janji dengannya.Setibanya di rumah itu, Leon langsung disambut baik oleh wanita bernama Reta. Tidak hanya itu saja, bahkan Reta juga mengajak kedua orang tuanya untuk menemui Leon juga.Hal ini tentu membuat Leon keherananan dan merasa Reta terlalu berlebihan."Bu, Pak, ini atasan Reta dulu waktu Reta masih bekerja di perusahaan Halton Group. Beliau juga yang sering membantu Reta untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita dengan cara melebihkan gaji bulanan Reta," jelasnya di hadapan Leon."Oh, ini Nak Leon. Terima kasih ya atas kebaikanmu pada Reta selama ini," kata ibunya Reta.Leon tak tersenyum, tapi dia menundukkan kepala untuk menunjukkan rasa hormatnya pada kedua orang tua tersebut."Senang bertemu kalian," kata Leon dingin."Astaga, kami juga sangat senang bertemu dengan Anda. Benar-benar keberuntungan yang lua
Beberapa hari kemudian, kalung yang Leon pesan sudah jadi.Merasa tidak percaya dengan orang lain karena harga barang yang mau dikirim terlalu mahal, Reta memutuskan untuk datang sendiri ke rumah Leon.Leon juga sudah memberinya izin, dan kebetulan Leon sedang berada di rumah saat itu."Terima kasih, Reta. Tidak salah saya memesannya padamu. Saya benar-benar puas dengan hasilnya. Sekali lagi, terima kasih banyak," kata Leon."Iya, Tuan. Sama-sama. Justru ini sudah menjadi kewajiban saya untuk membuatnya sebaik mungkin. Apalagi ini untuk pasangan Anda," balas Reta sambil meledeknya.Leon ingin tersenyum karena tersipu malu.. Tapi ia mengurungkan niat dan tetap memasang ekspresi wajah profesional.Setelah memenuhi keinginan Leon dan menerima sisa bayaran, Reta langsung pulang karena ada pekerjaan susulan yang harus ia kerjakan."Oke, kalau begitu ... saya pamit dulu ya, Tuan. Jangan lupa orderan selanjutnya. He-he-he," kata Reta sambil bercanda.Leon berkata bahwa ia berjanji akan memes