Beranda / Romansa / Bukan Pahlawan / 4. Ayana Maheswari

Share

4. Ayana Maheswari

Penulis: AlanyLove
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-11 07:33:07

Bukan Pahlawan 4

Ayana Maheswari

Namaku Ayana Maheswari, sudah tiga tahun ini aku bertugas di desa , sebuah desa yang terletak di lereng gunung. Desa ini terdiri dari lima dusun dengan jumlah penduduk terbanyak sekecamatan. Desa ini adalah desa yang paling tinggi di banding desa lain yang ada di kecamatan. Sudah tidak ada lagi desa lain di atas  desa yang kutemui. 

Selama ini aku tinggal bersama dengan keluarga Bu Teguh di rumah mereka yang terhitung mewah untuk ukuran  warga desa sini sebelum aku menempati rumah yang juga berfungsi sebagai PKD sejak enam bulan yang lalu. Sebenarnya Bu Teguh dan keluarganya agak keberatan aku menempati PKD meski ada mbok Seni yang menemaniku. Mereka berharap aku tetap tinggal di rumah mereka meski aku melakukan pelayanan di PKD.

Dulu sebelum PKD selesai di bangun dan diresmikan, aku melakukan melakukan pelayanan di kantor PKK desa tapi setelah PKD diresmikan pihak pemerintah desa berharap aku mau menempati rumah itu agar kalau ada warga yang membutuhkan bantuanku bisa lebih dekat dan aku hanya menurut.

Selama enam bulan menempati rumah itu, selama itu tak pernah ada yang menggangguku, aku biasa pulang malam bahkan dini hari kalau ada warga yang membutuhkan terutama bila ada warga ingin melahirkan.

Malam itu, mungkin aku sedang sial hingga aku diperkosa  oleh orang tak dikenal. Aku benar-benar tak tahu siapa pelakunya. Tak ada jejak yang bisa mengarahkan siapa pelakunya sama sekali di PKD, tapi mungkin lebih baik aku tak melihat wajahnya.

Aku memang tak mau kasusku dibawa ke ranah hukum karena aku tak mau orang akan membullyku. Tahu sendiri kan yang namanya kasus pemerkosaan yang dihujat tidak hanya pelakunya tapi juga korbannya. Aku hanya ingin melupakan apa yang terjadi meski sesuatu yang berharga telah hilang dari diriku.

Aku sangat bersyukur dipertemukan dengan keluarga Abisatya karena mereka sangat menyayangi dan melindungiku. Kejadian ini membuatku semakin tahu  seberapa besar perhatian mereka padaku. Aku bisa melihat  bagaimana semua  anggota keluarga Abisatya ikut merasakan kesedihanku. Mereka juga berusaha  menghiburku.

Mereka juga yang berusaha menenangkan  ibuku yang marah saat tahu kecelakaan apa yang menimpaku. Ya, ibu memang akhirnya  datang ke rumah keluarga Abisatya bukan pada hari itu tapi pada keesokan harinya. Dia hanya datang  sendiri tanpa suaminya, ibu beralasan suaminya sangat sibuk jadi dia tak bisa ikut datang. Aku hanya tersenyum sinis karena aku tahu suami ibu sangat tidak menyukaiku. Mungkin ibu diam-diam mendatangiku karena Zayn memaksanya untuk  datang.

Kadang-kadang aku tak percaya kalau perempuan berwajah cantik yang terlihat polos tapi berhati iblis itu adalah ibuku. Orang yang tak mengenalnya  dekat akan  mengira dia adalah seorang malaikat karena  tutur katanya yang manis dan tingkahnya  yang menyenangkan  tapi perlakuannya kepadaku dan ayah sangat berbeda. Ibu selalu berteriak dan mengumpat kalau bicara apalagi setelah ibu bertemu  dengan suaminya  yang sekarang.

Ibu langsung marah dan mencaci makiku karena dia saat tahu kecelakaan apa yang menimpaku, dia malah mengata-ngataiku sebagai pelacur membuat Zayn mengusirnya. Zayn  terlihat  sangat  marah pada ibu tapi perempuan tak tahu malu itu bahkan merasa sangat senang Zayn mengusirnya karena dia bisa segera pergi dari  rumah Abisatya.

Aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya tapi aku tahu dia membenciku karena aku adalah anak ayahku, laki-laki yang sangat dia benci karena telah merenggut kebahagiannya dengan mantan pacarnya yang kini telah menjadi suaminya.

Aku masih menangis di kamarku di sebelahku Zayn berusaha menghiburku.  saat seorang laki-laki mengucap salam dan memasuki kamarku. 

Laki-laki itu  berdiri menjulang di depanku, wajah tampannya tampak muram saat menatapku membuatku merasa makin tak menentu. Laki-laki itu Rizwan Daniswara, laki-laki yang selama ini kucintai dan aku harapkan di masa depan untuk menjadi pendamping hidup di mana aku dan dia tumbuh dan menua bersama.

Laki-laki itu duduk di sisi tempat tidur dan menyuarakan namaku, aku berusaha menegakkan tubuhku dengan susah payah dan masuk ke dalam pelukannya dan menangis di situ. Rizwan memelukku erat, ada kesedihan yang menggantung di matanya yang membuatku makin merasa sedih.

“Kenapa?” tanyanya lembut sembari mengusap air mataku dengan jemarinya.

Pelakuan Rizwan yang lembut membuatku makin menangis, aku merasa makin sedih karena merasa seperti telah mengkhianatinya. Sesuatu yang yang seharusnya kuberikan untuknya hilang begitu saja di renggut oleh seseorang yang bahkan tak kutahu siapa.

Aku tak tahu apa yang harus aku katakan pada Rizwan, aku hanya bisa menangis yang membuat Rizwan semakin bingung. Rizwan berusaha menenangkanku tapi aku justru merasa semakin terpuruk.

Seorang pelayan datang membawakan minuman dan makanan kecil untuk Rizwan dan meletakkannya di atas meja. dia mempersilakan Rizwan dengan sopan dan Rizwan mengangguk sembari mengucap terima kasih. Tak lama kemudian bu Teguh masuk ke ruang tamu dan Rizwan  langsung menyalaminya, dia menyapa Rizwan. Aku masih meringkuk dalam pelukan Rizwan saat Bu Teguh meminta Rizwan untuk berbicara  dan dia mengajaknya duduk di kursi lain agak jauh dariku.

Aku tak tahu apa yang mereka tapi aku yakin mereka sedang berbicara tentangku. Aku bisa melihat wajah Rizwan yang menggelap dan kemarahan  tampak mengental di sana membuatku menggigil. Aku sangat mencintai Rizwan karena itu aku takut kalau dia akan memutuskan hubungan kami. Aku ingin dia tetap menerimaku apa adanya walau aku sudah ternoda.

“Tenang, Ay. Aku yakin Rizwan tidak akan menyalahkanmu, dia sangat mencintaimu,” bisik Zayn yang tiba-tiba saja ada di sampingku.

Aku menatapnya dan mengangguk sambil mengusap air mataku.  Setelah kejadian malam itu, Zayn jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah keluarga Abisatya untuk menghiburku. Biasanya dia lebih banyak berada di ibu kota kecamatan mengurusi cafenya yang memang sangat ramai.  Aku melihat kelelahan di matanya karena kejadian ini hampir membuatnya tidak tidur, dia selalu terjaga saat aku menjerit dalam depresiku  dan berteriak setiap mengingat kejadian itu.

“Benarkah?” aku menatapnya tak percaya.

“Kamu yakin masalah ini akan terlewati kamu hanya perlu bersabar,” katanya sambil menggenggam tanganku.

Aku menunduk, merasakan kehangatan telapak tangannya di punggung tanganku  membuatku merasa nyaman. Aku tersenyum kecil saat melihat Rizwan berjalan ke arahku,laki-laki itu kemudian kembali duduk di sisiku.

“Benarkah yang Bu Teguh bilang, Na?” tanya Rizwan sambil menatapku dengan tatapan kecewanya.

“Maaf ….,” aku menggigit bibir bawahku tak berani menatapnya.

“Bukan salah kamu,” katanya meraihku ke dalam pelukannya, “Maaf aku tak ada untuk melindungimu.”

Aku kembali menangis tapi kini aku merasa sedikit lega karena Rizwan mau mau menerimaku yang sudah ternoda. Bu Teguh dan Zayn meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Hampir dua jam aku dan Rizwan di kamarku hingga dia pamit untuk kembali ke kotanya.

Rizwan memang tidak tinggal di kota ini tapi dia tinggal di kota lain yang berjarak satu setengah jam dari desa ini. Rizwan sudah mengajukan proses pindah ke kota  kabupaten tempatku tinggal saat ini syukur-syukur ditempatkan di kota kecamatan jadi kami gak akan berjauhan lagi.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pahlawan   21. Maafkan Aku

    Aku sedang merias wajahku saat Zayn keluar dari pintu kamar mandi dengan handuk yang melilit sebagian tubuhnya. Rambutnya yang basah tempat masih mengalirkan beberapa tetes air ke tubuhnya membuatnya terlihat sangat seksi. Sejenak aku terpaku dan terpesona pada tubuh indahnya begitu pas untuknya. Dada bidang yang terlihat kekar serta otot perut yang terlihat roti sobek di atas handuk yang dikenakannya.Aku berusaha menahan nafasku untuk meredakan debaran dadaku yang tiba-tiba saja bergetar dengan cepat. Aku segera mengalihkan tatapanku sebelum Zayn menyadarinya. Aku tidak boleh terpesona padanya karena dia milik orang lain, meski saat ini kami terlibat hubungan sebagai suami istri.Aku menggigit bibir sambil merapikan jilbabku dan memasang Bros di dada. Setelah itu aku menghembuskan nafas secara kasar saat melihat bayangan Zayn di cermin di depanku. Aku mengeluh dalam hati, kenapa dia begitu tampan dan mempesona seperti tokoh utama pria dalam cerita-cerita novel terjemahan.Sulit seka

  • Bukan Pahlawan   20. Hanya Risya Yang Mengisi Hatinya

    Bukan Pahlawan 20 Selama Zayn mengadakan perjalanan bisnid keluar negeri, aku menjalankan aktivitasku sebagai bidan desa seperti biasanya. Zayn kerap menelponku untuk menayakan keadaanku dan janin yang ada dalam perutku meski ada perebedaan waktu belasan jam di antara kami. Aku tahu dia sengaja menelpon di siang hari agar tak mengganggu waktu tidurku. Zayn juga akan bercerita apa saja yang dia lakkukan di sana atau apa yang dilihatnya dia juga bertanya apa yang kuinginkan dan aku menceritakan banyak hal yang aku lakukan di sini. Kadang aku tak percaya laki-laki yang selama ini aku kenal dingin dan irit bicara itu terdengar begitu hangat dan cerewet. Sebulan kemudian Zayn Kembali dari perjalanan bisnisnya, dia membawakanku dan keluarga Abisatya banyak barang mewah dan makanan. Baju, tas, sepatu, aksesoris merek terkenal dan mahal, serta berbagai makanan khas negara-negara Eropa terutama coklat. Aku tentu saja senang dengan semua pemberiannya begitu juga kedua orang tua Zayn dan adik

  • Bukan Pahlawan   19. Rindukan Aku

    BP 20. Rindukan AkuTiga hari menjadi istri Zayn membuatku bisa melihat sisi lain Zayn yang biasanya dingin dan selalu membuat jarak denganku. Setelah menikah aku melihat Zayn menjadi laki-laki yang hangat dan penuh perhatian. Tadinya kupikir karena dia terpaksa menikahiku karena Bu Teguh yang memintanya, dia akan terus bersikap dingin atau bicara ketus padaku. Atau dia akan menyiksaku karena telah membuatnya berpisah dengan kekasihnya seperti yang kubaca dalam novel-novel. Untungnya dia memperlakukanku dengan baik seakan aku adalah orang yang sangat berharga baginya. Hal itu membuatku terharu dan makin berterima kasih padanya.Hal itu juga membuat rasa kagumku padanya semakin meningkat.Hari keempat setelah kami menikah, Zayn bersiap untuk bertolak ke Eropa. Dia akan melakukan perjalanan dinas selama satu bulan. Itu juga salah satu alasan Zayn menyegerakan pernikahan kami, agar dia lebih tenang meninggalkan aku sebagai istrinya. Ini memang bukan kali pertama Zayn pergi

  • Bukan Pahlawan   18. Zayn luar biasa kan, Na?

    Bukan Pahlawan 18 Zayn luar biasa kan, Na? Setelah pesta usai dan para undangan serta kerabat telah meninggalkan tempat ini, aku dan Zayn masih bertahan di tempat ini di temani ayah dan ibu Zayn. Hal itu karena masih ada beberapa tamu yang datang walau terlambat untuk memberi selamat kepada kami. Sebenarnya aku berharap ibuku datang ke acara pernikahanku dengan Zayn tapi hingga acara usai, ibu kandungku sama sekali tak menampakkan batang hidungnya. Aku merasa sedih, satu-satunya keluarga yang kumiliki sama sekali tak perduli padaku, untungnya ada Bu Teguh yang selalu menganggapku sebagai putri kandungnya. Saat melihat kesedihan di mataku, perempuan separuh baya itu segera memeluk dan menghiburku dan Zayn juga mengatakan beberapa hal untuk tidak membiarkan aku bersedih tanpa banyak kata. Zayn juga memintaku untuk percaya padanya kalau dia tidak akan membuat ku kecewa. Setelah sholat Maghrib, kedua orang tua Zayn pulang ke rumah mereka di de

  • Bukan Pahlawan   17. Tak Pernah mencintai

    Bukan Pahlawan 17 Tak Pernah mencintai Risya POV Suasana di Kafe Rendezvous masih ramai saat aku tiba di tempat itu. Ada ribuan orang yang masuk dan keluar dari Kafe terbesar di kota kecil ini. Mereka adalah para tamu undangan resepsi pernikahan Zayn dan Ayana yang terdiri dari berbagai kalangan. Pernikahan ini memang digelar dengan meriah mengingat Zayn adalah putra sulung keluarga Abisatya yang sangat dibanggakan dan pewaris kerajaan bisnis Abisatya yang menguasai sebagian besar perdagangan di kota ini. Pesta ini adalah resepsi pernikahan terbesar yang pernah kulihat di daerah ini. Maklum saja keluarga Abisatya adalah keluarga kaya dengan relasi yang sangat banyak, relasi mereka tidak hanya sesame pengusaha tapi juga para pejabat yang berasal dari berbagai kota. Tentu saja bagi kebanyakan orang menjadi suatu kehormatan diundang di resepsi pernikahan ini. Aku hanya bisa merasa iri pada Ayana, gadis itu

  • Bukan Pahlawan   16. Resepsi

    Bukan Pahlawan 16 Resepsi Setelah sarapan, kami berangkat menuju Kafe Rendezvous. Butuh waktu setengah jam dari kediaman Abisatya sampai ke kafe. Sepanjang perjalanan, aku hanya diam hanya sesekali aku bicara untuk menjawab pertanyaan Bu Teguh yang duduk di kursi belakang bersamaku. Sesekali tatapanku bertemu dengan tatapan Zayn yang mengemudikan mobil membawa kami melalui kaca spion di atasnya. Setelah sampai di sana, aku dan Zayn dibawa ke ruangan terpisah untuk dirias dan berganti pakaian. Aku terpana saat bertemu Zayn di pelaminan. Dia terlihat sangat gagah dan tampan dengan pakaian yang dikenakannya. Dia terlihat bak pangeran dari negeri dongeng dalam balutan setelan putih yang di desain model seorang pangeran. Aku melihat wajah Zayn yang tampak sumringah dengan senyuman hangat di bibirnya. Aku tak pernah melihat senyuman Zayn sehangat ini sebelumnya. Tampaknya dia benar-benar ingin menunjukkan kepada setiap orang yang hadir di tempat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status