Home / Romansa / Bukan Pahlawan / 5. Zayn Raynar Abisatya

Share

5. Zayn Raynar Abisatya

Author: AlanyLove
last update Last Updated: 2021-05-12 06:04:22

Bukan Pahlawan 5

Zayn Raynar Abisatya

Siapa yang tak mengenal  Zayn Raynar Abisatya, aku yakin semua orang di desa kami tahu siapa Zayn Raynar Abisatya bahkan mungkin  di desa-desa lainnya.  Zayn adalah sosok anak muda yang sukses  dengan usaha yang dirintisnya. Ya, dia adalah pemilik Rendezvous Café yang sangat terkenal dan sudah memiliki banyak cabang di berbagai kota.

Rendezvous Café didirikan Zayn saat dia masih kuliah lima tahun yang lalu, awalnya Zayn membuka café itu di kita tempat dia kuliah bersama dengan beberapa teman kuliahnya. Dalam beberapa tahun café itu berkembang dengan cepat dan menjadi tempat nongkrong anak muda nomor satu di kota itu. Zayn kemudian mulai membukanya di beberapa kota lain yang ada di sekitarnya dan mendulang sukses yang sama.

Orang-orang  mungkin mengenal Zayn sebagai anak tertua dari Teguh Abisatya, orang terkaya di desaku tinggal dan bekerja, Selain itu dia juga sangat tampan sehingga menjadi incaran banyak gadis yang ingin menjadi istrinya dan banyak orang tua yang ingin menjadikan Zayn sebagai menantunya. Sayangnya mereka harus kecewa karena Zayn sudah memilih Risya putri kedua kepala Desa.

Selain tampan dan sukses Zayn juga berjiwa social tinggi dan sikap ini sepertinya diturunkan dari kedua orang tuanya yang sangat murah hati. Ketika pertama kali aku di tempatkan di desa P, mereka langsung menampungku di rumahnya yang terbilang mewah untuk warga desa P dan menyayangiku layaknya anak mereka sendiri.

Ketika Zayn mendirikan café itu di kota kami dua tahun yang lalu, awalnya dia agak skeptis karena tempat itu tak begitu ramai. Kami tinggal  di sebuah kecamatan yang cukup jauh dari ibu kota kabupaten meski masih berada di jalur utama  menuju kota kabupaten.  Zayn sengaja mendirikan Rendezvous Café  di kota ini agar dia bisa mengurusi langsung

Lokasi café Rendezvous milik Zayn hanya sekitar satu kilometer dari puskesmas tempatku bekerja. Café ini berada di lokasi yang sama dengan Gudang kopi milik ayahnya. Tak perlu waktu lama bagi Zayn untuk membuat cafenya dikunjungi banyak pelanggan karena dia memang jago dalam hal itu.

Aku dan beberapa temanku akan datang ketempat ini sepulang kerja untuk sekedar minum-minum dan menikmati hidangan di sana. Harus akui hidangan di Rendezvous Cafe memang lezat dan sangat menggoda lidah mereka yang berselera muda. Karyawan puskesmas juga sering mengadakan rapat-rapat di sana karena tempatnya yang representative.

Hubunganku dengan Zayn tak sedekat seperti hubunganku dengan keluarga Abisatya yang lain terutama bu Teguh. Sejak awal bertemu, Zayn seperti selalu menjaga jarak dariku, aku merasa tak masalah dengan hal itu karena selama ini Zayn juga jarang di rumah. Selama ini Zayn berada di ibu kota propinsi  dan hanya pulang dua tiga bulan sekali sampai dua tahun yang lalu dia pulang ke desa karena kuliah paska sarjananya sudah selesai.

Meski Zayn selalu menjaga jarak dariku dia tak pernah keberatan kalau Bu Teguh memintanya mengantarku  entah ke puskesmas atau tempat lainnya. Kadang-kadang dia juga akan mejemputku di Puskesmas kalau kebetulan aku sedang piket. Kehadiran Zayn di tempat kerjaku jelas membuat rekan-rekanku menggodaku meski mereka tahu Zayn sudah seperti seorang kakak bagiku. Aku juga tahu beberapa temanku naksir pada Zayn tapi mereka menyerah saat tahu Zayn sudah memiliki kekasih.

Zayn memang memiliki pesona yang luar biasa tapi dia bukanlah orang yang suka tebar pesona. Yang aku tahu dia sangat mencintai Risya dan tak pernah ada gadis lain di hidupnya. Aku tak pernah melihat Zayn melihat gadis lain ke rumah selain Risya.

“Kamu ma uke café kan, Zayn? Sekalian antar Nana ke puskesmas, ibu gak mau dia kenapa-kenapa,” kata Bu Teguh saat kami sarapan.

“Baik, Bu,” jawab Zayn sambil tersenyum .

“Gak usah, Mas. Aku naik motor saja,” jawabku tak enak hati, aku sudah terlalu merepotkan keluarga ini.

“Gak, kamu diantar Zayn saja!” jawab bu Teguh.

Di seberang mejaku Zyan, adik Zayn langsung meleletkan lidahnya. Semua tahu kalau bu Teguh sudah membuat keputusan tidak ada yang bisa mengganggu gugat makanya Zayn langsung mengiyakan perintah ibunya. Di tempatnya duduk, Pak Teguh juga mendukung keputusan sang istri membuatku akhirnya hanya bisa pasrah.

Setelah selesai sarapan, Zayn sudah menungguku di halaman depan dengan mobil Honda CRV nya.  Aku membuka pintu depan dan duduk di sana, Zayn menoleh saat aku memasuki mobilnya.

“Sudah siap?” tanyanya.

Aku hanya mengangguk.

“Bagaimana perasaanmu?” tanyanya setelah mobil kami meninggalkan halaman rumah Adisatya dan meluncur di jalan beraspal yang melintasi desa kami.

Aku menggigit bibir bawahku, kehadiran Rizwan kemarin menjadi mood booster bagiku membuat ketakutan dan kecemasanku sedikit terkikis. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan seandainya Rizwan tidak bisa menerima keadaanku.  Meski keluarga Abisatya sangat membantuku tapi bagiku bagimana sikap Rizwan terhadapa kasus ini sangat penting bagiku karena dia adalah masa depanku.

“Lumayan,” jawabku pada Zayn tanpa menoleh, tatapanku mengarah keluar jendela pada pohon-pohon kopi dan sawah.

“Semangat, Ay,” aku terkejut saat merasakan tepukan di bahuku.   

“Terima kasih,” jawabku sambil menatapnya.

Setelah itu tak ada lagi hingga kami sampai di kota, Zayn terus menjalankan mobilnya meski kami telah berada di depan Café Rendezvous untuk mengantarku sampai di kantor. Ya, kalau dari rumah memang tempat kerjaku lebih jauh karena itu kalau mengantarku Zayn mesti balik lagi untuk kembali ke Café karena itu aku sering merasa rikuh kalau Zayn mengantarku.

“Aku turun di sini saja, Mas,” kataku.

“Kenapa?” Zayn menatapku.

“Aku naik bis saja, kan sudah dekat,” aku tersenyum.

“Tidak, aku antar kamu ke Puskesmas, kamu gak mau aku dimarahi ibu karena putri kecilnya aku telantarkan di jalan?” Zayn terkekeh, suaranya sangat merdu. Aku yakin banyak gadis yang terpikat padanya hanya karena mendengar suaranya.

Satu yang lagi yangmembuatku kagum pada laki-laki di sampingku adalah, dia sangat menghormati ibunya. Dia akan berusaha untuk melaksanakan perintah ibunya sepanjang perintah itu masuk akal dan tidak bertentangan dengan perintah agama dan setahuku memang semua perintah Bu Teguh tidak pernah neko-neko.

“Ibu gak akan tahu, Mas,” kataku dengan memohon.

“Jangan dikira ibu gak akan tahu, Ay,” Zayn terkekeh kembali, “Sudah gak usah protes, lagian Cuma sebentar kok.”

Aku hanya mengucutkan bibir, Zayn  malah tertawa  melihatku manyun.

“Jarang jarang kan kamu di antar cowok cakep kaya Mas?” Zayn tersenyum miring.

“Uh, ge-er!” entah mengapa aku merasa sangat senang melihat Zayn tertawa dan tersenyum hari ini karena biasanya dia selalu terlihat serius  dan jarang tertawa. Apalagi tiga hari terakhir setelah kejadian pemerkosaan yang menimpaku, aku melihat dia sama terpukulnya denganku.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Pahlawan   21. Maafkan Aku

    Aku sedang merias wajahku saat Zayn keluar dari pintu kamar mandi dengan handuk yang melilit sebagian tubuhnya. Rambutnya yang basah tempat masih mengalirkan beberapa tetes air ke tubuhnya membuatnya terlihat sangat seksi. Sejenak aku terpaku dan terpesona pada tubuh indahnya begitu pas untuknya. Dada bidang yang terlihat kekar serta otot perut yang terlihat roti sobek di atas handuk yang dikenakannya.Aku berusaha menahan nafasku untuk meredakan debaran dadaku yang tiba-tiba saja bergetar dengan cepat. Aku segera mengalihkan tatapanku sebelum Zayn menyadarinya. Aku tidak boleh terpesona padanya karena dia milik orang lain, meski saat ini kami terlibat hubungan sebagai suami istri.Aku menggigit bibir sambil merapikan jilbabku dan memasang Bros di dada. Setelah itu aku menghembuskan nafas secara kasar saat melihat bayangan Zayn di cermin di depanku. Aku mengeluh dalam hati, kenapa dia begitu tampan dan mempesona seperti tokoh utama pria dalam cerita-cerita novel terjemahan.Sulit seka

  • Bukan Pahlawan   20. Hanya Risya Yang Mengisi Hatinya

    Bukan Pahlawan 20 Selama Zayn mengadakan perjalanan bisnid keluar negeri, aku menjalankan aktivitasku sebagai bidan desa seperti biasanya. Zayn kerap menelponku untuk menayakan keadaanku dan janin yang ada dalam perutku meski ada perebedaan waktu belasan jam di antara kami. Aku tahu dia sengaja menelpon di siang hari agar tak mengganggu waktu tidurku. Zayn juga akan bercerita apa saja yang dia lakkukan di sana atau apa yang dilihatnya dia juga bertanya apa yang kuinginkan dan aku menceritakan banyak hal yang aku lakukan di sini. Kadang aku tak percaya laki-laki yang selama ini aku kenal dingin dan irit bicara itu terdengar begitu hangat dan cerewet. Sebulan kemudian Zayn Kembali dari perjalanan bisnisnya, dia membawakanku dan keluarga Abisatya banyak barang mewah dan makanan. Baju, tas, sepatu, aksesoris merek terkenal dan mahal, serta berbagai makanan khas negara-negara Eropa terutama coklat. Aku tentu saja senang dengan semua pemberiannya begitu juga kedua orang tua Zayn dan adik

  • Bukan Pahlawan   19. Rindukan Aku

    BP 20. Rindukan AkuTiga hari menjadi istri Zayn membuatku bisa melihat sisi lain Zayn yang biasanya dingin dan selalu membuat jarak denganku. Setelah menikah aku melihat Zayn menjadi laki-laki yang hangat dan penuh perhatian. Tadinya kupikir karena dia terpaksa menikahiku karena Bu Teguh yang memintanya, dia akan terus bersikap dingin atau bicara ketus padaku. Atau dia akan menyiksaku karena telah membuatnya berpisah dengan kekasihnya seperti yang kubaca dalam novel-novel. Untungnya dia memperlakukanku dengan baik seakan aku adalah orang yang sangat berharga baginya. Hal itu membuatku terharu dan makin berterima kasih padanya.Hal itu juga membuat rasa kagumku padanya semakin meningkat.Hari keempat setelah kami menikah, Zayn bersiap untuk bertolak ke Eropa. Dia akan melakukan perjalanan dinas selama satu bulan. Itu juga salah satu alasan Zayn menyegerakan pernikahan kami, agar dia lebih tenang meninggalkan aku sebagai istrinya. Ini memang bukan kali pertama Zayn pergi

  • Bukan Pahlawan   18. Zayn luar biasa kan, Na?

    Bukan Pahlawan 18 Zayn luar biasa kan, Na? Setelah pesta usai dan para undangan serta kerabat telah meninggalkan tempat ini, aku dan Zayn masih bertahan di tempat ini di temani ayah dan ibu Zayn. Hal itu karena masih ada beberapa tamu yang datang walau terlambat untuk memberi selamat kepada kami. Sebenarnya aku berharap ibuku datang ke acara pernikahanku dengan Zayn tapi hingga acara usai, ibu kandungku sama sekali tak menampakkan batang hidungnya. Aku merasa sedih, satu-satunya keluarga yang kumiliki sama sekali tak perduli padaku, untungnya ada Bu Teguh yang selalu menganggapku sebagai putri kandungnya. Saat melihat kesedihan di mataku, perempuan separuh baya itu segera memeluk dan menghiburku dan Zayn juga mengatakan beberapa hal untuk tidak membiarkan aku bersedih tanpa banyak kata. Zayn juga memintaku untuk percaya padanya kalau dia tidak akan membuat ku kecewa. Setelah sholat Maghrib, kedua orang tua Zayn pulang ke rumah mereka di de

  • Bukan Pahlawan   17. Tak Pernah mencintai

    Bukan Pahlawan 17 Tak Pernah mencintai Risya POV Suasana di Kafe Rendezvous masih ramai saat aku tiba di tempat itu. Ada ribuan orang yang masuk dan keluar dari Kafe terbesar di kota kecil ini. Mereka adalah para tamu undangan resepsi pernikahan Zayn dan Ayana yang terdiri dari berbagai kalangan. Pernikahan ini memang digelar dengan meriah mengingat Zayn adalah putra sulung keluarga Abisatya yang sangat dibanggakan dan pewaris kerajaan bisnis Abisatya yang menguasai sebagian besar perdagangan di kota ini. Pesta ini adalah resepsi pernikahan terbesar yang pernah kulihat di daerah ini. Maklum saja keluarga Abisatya adalah keluarga kaya dengan relasi yang sangat banyak, relasi mereka tidak hanya sesame pengusaha tapi juga para pejabat yang berasal dari berbagai kota. Tentu saja bagi kebanyakan orang menjadi suatu kehormatan diundang di resepsi pernikahan ini. Aku hanya bisa merasa iri pada Ayana, gadis itu

  • Bukan Pahlawan   16. Resepsi

    Bukan Pahlawan 16 Resepsi Setelah sarapan, kami berangkat menuju Kafe Rendezvous. Butuh waktu setengah jam dari kediaman Abisatya sampai ke kafe. Sepanjang perjalanan, aku hanya diam hanya sesekali aku bicara untuk menjawab pertanyaan Bu Teguh yang duduk di kursi belakang bersamaku. Sesekali tatapanku bertemu dengan tatapan Zayn yang mengemudikan mobil membawa kami melalui kaca spion di atasnya. Setelah sampai di sana, aku dan Zayn dibawa ke ruangan terpisah untuk dirias dan berganti pakaian. Aku terpana saat bertemu Zayn di pelaminan. Dia terlihat sangat gagah dan tampan dengan pakaian yang dikenakannya. Dia terlihat bak pangeran dari negeri dongeng dalam balutan setelan putih yang di desain model seorang pangeran. Aku melihat wajah Zayn yang tampak sumringah dengan senyuman hangat di bibirnya. Aku tak pernah melihat senyuman Zayn sehangat ini sebelumnya. Tampaknya dia benar-benar ingin menunjukkan kepada setiap orang yang hadir di tempat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status