Share

5. Zayn Raynar Abisatya

Bukan Pahlawan 5

Zayn Raynar Abisatya

Siapa yang tak mengenal  Zayn Raynar Abisatya, aku yakin semua orang di desa kami tahu siapa Zayn Raynar Abisatya bahkan mungkin  di desa-desa lainnya.  Zayn adalah sosok anak muda yang sukses  dengan usaha yang dirintisnya. Ya, dia adalah pemilik Rendezvous Café yang sangat terkenal dan sudah memiliki banyak cabang di berbagai kota.

Rendezvous Café didirikan Zayn saat dia masih kuliah lima tahun yang lalu, awalnya Zayn membuka café itu di kita tempat dia kuliah bersama dengan beberapa teman kuliahnya. Dalam beberapa tahun café itu berkembang dengan cepat dan menjadi tempat nongkrong anak muda nomor satu di kota itu. Zayn kemudian mulai membukanya di beberapa kota lain yang ada di sekitarnya dan mendulang sukses yang sama.

Orang-orang  mungkin mengenal Zayn sebagai anak tertua dari Teguh Abisatya, orang terkaya di desaku tinggal dan bekerja, Selain itu dia juga sangat tampan sehingga menjadi incaran banyak gadis yang ingin menjadi istrinya dan banyak orang tua yang ingin menjadikan Zayn sebagai menantunya. Sayangnya mereka harus kecewa karena Zayn sudah memilih Risya putri kedua kepala Desa.

Selain tampan dan sukses Zayn juga berjiwa social tinggi dan sikap ini sepertinya diturunkan dari kedua orang tuanya yang sangat murah hati. Ketika pertama kali aku di tempatkan di desa P, mereka langsung menampungku di rumahnya yang terbilang mewah untuk warga desa P dan menyayangiku layaknya anak mereka sendiri.

Ketika Zayn mendirikan café itu di kota kami dua tahun yang lalu, awalnya dia agak skeptis karena tempat itu tak begitu ramai. Kami tinggal  di sebuah kecamatan yang cukup jauh dari ibu kota kabupaten meski masih berada di jalur utama  menuju kota kabupaten.  Zayn sengaja mendirikan Rendezvous Café  di kota ini agar dia bisa mengurusi langsung

Lokasi café Rendezvous milik Zayn hanya sekitar satu kilometer dari puskesmas tempatku bekerja. Café ini berada di lokasi yang sama dengan Gudang kopi milik ayahnya. Tak perlu waktu lama bagi Zayn untuk membuat cafenya dikunjungi banyak pelanggan karena dia memang jago dalam hal itu.

Aku dan beberapa temanku akan datang ketempat ini sepulang kerja untuk sekedar minum-minum dan menikmati hidangan di sana. Harus akui hidangan di Rendezvous Cafe memang lezat dan sangat menggoda lidah mereka yang berselera muda. Karyawan puskesmas juga sering mengadakan rapat-rapat di sana karena tempatnya yang representative.

Hubunganku dengan Zayn tak sedekat seperti hubunganku dengan keluarga Abisatya yang lain terutama bu Teguh. Sejak awal bertemu, Zayn seperti selalu menjaga jarak dariku, aku merasa tak masalah dengan hal itu karena selama ini Zayn juga jarang di rumah. Selama ini Zayn berada di ibu kota propinsi  dan hanya pulang dua tiga bulan sekali sampai dua tahun yang lalu dia pulang ke desa karena kuliah paska sarjananya sudah selesai.

Meski Zayn selalu menjaga jarak dariku dia tak pernah keberatan kalau Bu Teguh memintanya mengantarku  entah ke puskesmas atau tempat lainnya. Kadang-kadang dia juga akan mejemputku di Puskesmas kalau kebetulan aku sedang piket. Kehadiran Zayn di tempat kerjaku jelas membuat rekan-rekanku menggodaku meski mereka tahu Zayn sudah seperti seorang kakak bagiku. Aku juga tahu beberapa temanku naksir pada Zayn tapi mereka menyerah saat tahu Zayn sudah memiliki kekasih.

Zayn memang memiliki pesona yang luar biasa tapi dia bukanlah orang yang suka tebar pesona. Yang aku tahu dia sangat mencintai Risya dan tak pernah ada gadis lain di hidupnya. Aku tak pernah melihat Zayn melihat gadis lain ke rumah selain Risya.

“Kamu ma uke café kan, Zayn? Sekalian antar Nana ke puskesmas, ibu gak mau dia kenapa-kenapa,” kata Bu Teguh saat kami sarapan.

“Baik, Bu,” jawab Zayn sambil tersenyum .

“Gak usah, Mas. Aku naik motor saja,” jawabku tak enak hati, aku sudah terlalu merepotkan keluarga ini.

“Gak, kamu diantar Zayn saja!” jawab bu Teguh.

Di seberang mejaku Zyan, adik Zayn langsung meleletkan lidahnya. Semua tahu kalau bu Teguh sudah membuat keputusan tidak ada yang bisa mengganggu gugat makanya Zayn langsung mengiyakan perintah ibunya. Di tempatnya duduk, Pak Teguh juga mendukung keputusan sang istri membuatku akhirnya hanya bisa pasrah.

Setelah selesai sarapan, Zayn sudah menungguku di halaman depan dengan mobil Honda CRV nya.  Aku membuka pintu depan dan duduk di sana, Zayn menoleh saat aku memasuki mobilnya.

“Sudah siap?” tanyanya.

Aku hanya mengangguk.

“Bagaimana perasaanmu?” tanyanya setelah mobil kami meninggalkan halaman rumah Adisatya dan meluncur di jalan beraspal yang melintasi desa kami.

Aku menggigit bibir bawahku, kehadiran Rizwan kemarin menjadi mood booster bagiku membuat ketakutan dan kecemasanku sedikit terkikis. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan seandainya Rizwan tidak bisa menerima keadaanku.  Meski keluarga Abisatya sangat membantuku tapi bagiku bagimana sikap Rizwan terhadapa kasus ini sangat penting bagiku karena dia adalah masa depanku.

“Lumayan,” jawabku pada Zayn tanpa menoleh, tatapanku mengarah keluar jendela pada pohon-pohon kopi dan sawah.

“Semangat, Ay,” aku terkejut saat merasakan tepukan di bahuku.   

“Terima kasih,” jawabku sambil menatapnya.

Setelah itu tak ada lagi hingga kami sampai di kota, Zayn terus menjalankan mobilnya meski kami telah berada di depan Café Rendezvous untuk mengantarku sampai di kantor. Ya, kalau dari rumah memang tempat kerjaku lebih jauh karena itu kalau mengantarku Zayn mesti balik lagi untuk kembali ke Café karena itu aku sering merasa rikuh kalau Zayn mengantarku.

“Aku turun di sini saja, Mas,” kataku.

“Kenapa?” Zayn menatapku.

“Aku naik bis saja, kan sudah dekat,” aku tersenyum.

“Tidak, aku antar kamu ke Puskesmas, kamu gak mau aku dimarahi ibu karena putri kecilnya aku telantarkan di jalan?” Zayn terkekeh, suaranya sangat merdu. Aku yakin banyak gadis yang terpikat padanya hanya karena mendengar suaranya.

Satu yang lagi yangmembuatku kagum pada laki-laki di sampingku adalah, dia sangat menghormati ibunya. Dia akan berusaha untuk melaksanakan perintah ibunya sepanjang perintah itu masuk akal dan tidak bertentangan dengan perintah agama dan setahuku memang semua perintah Bu Teguh tidak pernah neko-neko.

“Ibu gak akan tahu, Mas,” kataku dengan memohon.

“Jangan dikira ibu gak akan tahu, Ay,” Zayn terkekeh kembali, “Sudah gak usah protes, lagian Cuma sebentar kok.”

Aku hanya mengucutkan bibir, Zayn  malah tertawa  melihatku manyun.

“Jarang jarang kan kamu di antar cowok cakep kaya Mas?” Zayn tersenyum miring.

“Uh, ge-er!” entah mengapa aku merasa sangat senang melihat Zayn tertawa dan tersenyum hari ini karena biasanya dia selalu terlihat serius  dan jarang tertawa. Apalagi tiga hari terakhir setelah kejadian pemerkosaan yang menimpaku, aku melihat dia sama terpukulnya denganku.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status