Share

bab 10

Dua wanita itu masih membahas perihal anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa. Mereka berdua kembali melayangkan ingatan pada momen masa lalu. 

Gina mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto Aruna saat kecil yang masih ia simpan. Membandingkannya dengan foto Aruna sekarang, "Gadis ini benar-benar tumbuh dengan penuh kasih, dia sangat manis dan cantik, persis seperti bundanya!" puji Gina serius. 

"Aris juga tumbuh dengan baik, wajah tampannya berhasil mengalahkan suamimu!" kata Rania membalas. 

Membahas Aris, membuat Gina menekuk wajahnya. Hanya dengan mendengar nama anaknya saja, wanita itu sudah kesal. 

"Jangan bahas dia! aku sedang kesal dengan anak itu," ujar Gina.

"Loh kenapa?" tanya Rania penasaran. 

Gina terdiam sejenak, ia sedang menyusun kalimat yang dapat memberikan alasan kenapa dirinya kesal dengan Aris. 

"Kamu tahu sendiri kan, sejak dulu aku selalu berharap bisa melihat putraku menikah secepatnya, Tapi anak itu malah memilih untuk menunggu kekasihnya," ujar Gina malas. 

"Loh, bukannya bagus? Tidak banyak orang yang mempunyai perasaan setia seperti Aris," ujar Rania yang malah memuji sikap Aris. 

"Aku senang karena anakku tumbuh menjadi laki-laki yang setia, tapi-" kalimat Gina menggantung. 

Rania masih setia menunggu penjelasan dari wanita yang duduk dihadapannya ini, Gina menghembuskan nafasnya kasar sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya. 

"Sudah delapan tahun Aris menunggu tanpa kepastian, dia bahkan tidak tahu di mana kekasihnya tinggal saat ini. Bukankah hubungan tidak akan pernah berhasil karena kurangnya komunikasi?" ujar Gina mempertanyakan keresahannya selama ini. 

Rania paham, sahabatnya itu merasa resah karena kekasih dari anaknya tak kunjung memberikan kabar. Namun ia tidak tahu harus merespon seperti apa. 

"Aku terus mencarikan perempuan-perempuan yang sesuai dengan seleranya, tapi tidak ada satu pun yang dia suka," tambahnya dengan suara sedih. 

"Aris pasti berpikir bahwa aku adalah ibu yang jahat, padahal aku hanya ingin melihat anakku bahagia, sudah cukup delapan tahun ia menunggu," wajah kini gantian Gina yang memasang wajah sedih. 

"Aris anak yang baik! Dia pasti akan menemukan pasangan hidupnya nanti, kamu tentu percaya dengan keputusan anak itu kan." 

Rania benar, meskipun Gina terkesan memaksa, namun ia tetap memilih untuk menunggu hingga Aris mau menyetujuinya. 

Meski banyak perempuan yang sudah ia coba sandingkan dengan Aris, jika anak itu masih tidak mau, maka Gina akan kembali mencari yang lain, sampai Aris menyetujuinya nanti. 

Gina sangat menyayangi anak semata wayangnya, apa pun yang Aris mau akan ia kabulkan secepatnya, meski pun Aris tidak melakukan hal yang sama kepadanya. 

"Yakin saja pada Aris, dia tidak akan pernah membuatmu kecewa." jawaban Rania berhasil menyadarkan Gina agar tidak terlalu memaksa anaknya. 

Mereka menghabiskan waktu untuk saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Nampak sekali dua wanita itu sangat bahagia dengan keluarganya saat ini. 

Meski pun diterpa masalah, namun mereka sama sekali tidak pernah menyerah, malah hal itu membuat keluarga mereka jadi semakin kokoh. 

**

Di tempat lain, Aris sedang sibuk dengan pekerjaannya yang menggunung. Sepertinya memang tidak ada waktu untuk istirahat. 

Matanya tetap terjaga bahkan saat jam dinding itu menunjukkan pukul sepuluh malam. Wira sudah ijin pulang sejak sore tadi, Aris lembur sendirian di perusahaan besar ayahnya. 

Memang Aris adalah pewaris kekayaan keluarganya, anak satu-satunya membuat Aris mendapatkan warisan yang banyak. 

Namun ia juga harus bisa mempertahankan jabatannya, karena jika ia membuat kesalahan fatal, maka segala yang ia dapatkan akan ditarik kembali oleh orang tuanya. 

Untungnya selama ia menjabat beberapa tahun terakhir, perusahaan sang ayah jadi lebih meningkat, tidak heran karena Aris lulusan di sebuah universitas ternama di luar negeri. 

Meski begitu hidup Aris tidak berjalan semulus yang dibayangkan, karena kisah cintanya membuat Aris terlihat sangat menyedihkan. 

Setelah menandatangi satu berkas lagi, akhirnya semua pekerjaan laki-laki itu sudah usai. Aris merileks-kan tubuhnya sejenak, punggungnya terasa sangat pegal akibat duduk seharian di depan komputer kerjanya. 

Laki-laki itu keluar dari ruangan kerjanya, matanya menelusuri sekitar yang sepi senyap akibat semua karyawan yang sudah pulang ke rumahnya masing-masing. 

Di dalam mobil, matanya disuguhkan dengan sebuah foto yang membuat bibir laki-laki itu terangkat. Baru kemarin Aris memasang foto kecil itu di mobilnya, sebagai pengingat bahwa dirinya adalah milik Anya. 

Meskipun sudah malam, namun jalanan di kota besar ini masih memperlihatkan beberapa pengendara yang melintasi jalan, sehingga Aris tidak merasa sendiri. 

 Sampai di dalam rumah, Aris terkejut mendapati kedua orang tuanya sedang membahas hal yang nampak cukup serius, mereka bahkan tidak sadar dengan kedatangan putra semata wayangnya. 

Karena merasa cukup lelah, akhirnya Aris menyelonong masuk tanpa menyapa mereka berdua. Tubuhnya terlalu lelah untuk berinteraksi dengan dua manusia lagi. 

Laki-laki itu membasuh tubuhnya yang terasa lengket, hanya bermodal handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, Aris memperlihatkan badan kekarnya di depan cermin. 

Sungguh tubuh yang sangat sempurna, banyak orang menginginkan proporsi tubuh semacam Aris. Terlihat sangat gagah dan kekar. 

Sejujurnya Aris sejak jaman sekolahan dulu adalah seseorang yang paling digilai para perempuan, wajahnya yang tampan dan otaknya yang pintar menambah ketertarikan perempuan padanya. 

Sampai akhirnya Aris bertemu dengan seorang perempuan manis yang akhirnya berhasil membuat hati dingin Aris meleleh saat bersamanya. 

Bahkan sampai sekarang, tidak pernah terlintas rasa bosan kepada Anya, bahkan ia rela menunggu selama ini demi membuktikan bahwa cintanya nyata. 

Setelah mengganti pakaian, akhirnya Aris meloncatkan tubuhnya ke atas ranjang, bak anak kecil. Wajahnya yang letih akhirnya ia biarkan untuk beristirahat sejenak. 

Waktu yang tepat untuk melupakan segala bentuk permasalahan yang membuat dirinya kehilangan konsentrasi. 

Aris harap istirahatnya kali ini dapat membangkitkan semangat untuk esok pagi, tidak lupa dirinya juga berdoa agar bertemu dengan sang kekasih di alam mimpi. 

Sepertinya memikirkan Anya kapan pun dan di mana pun adalah rutinitas Aris sejak lama, masih erat doanya untuk bertemu Anya secepatnya. 

"Selamat malam cantikku, Anya," ujarnya sebelum akhirnya benar-benar tertidur. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status