Share

7 - Berita Aneh

Mengantar suami kerja sampai teras rumah adalah hal menyenangkan bagi ibu rumah tangga sepertiku.

“Jangan kemana-mana, kalaupun mau ke suatu tempat langsung telepon Mas saja.” Itu katanya sebelum pergi.

Padahal aku mau keliling Jogja, setidaknya hapal jalanan sini. Sudah seminggu di sini tapi belum tahu menahu soal daerahnya, ini di desa mana atau kacamatan. Atau jogja ini sebenarnya adalah kacamatan? Aduh, aku mendadak pening memikirkannya padahalkan ada banyak pekerjaan yang bisa aku kerjakan apalagi Mas Alvis tidak mau memperkerjakan pembantu permanen. Hanya bekerja di jam 5 pagi sampai 8.

“Apa kita jalan-jalan saja tanpa memberitahu Ayah?” gumamku sambil menatap Kanza di gendonganku.

“Tapi mau ke mana?” karena lelah berdiri, aku memutuskan masuk ke dalam untuk bermain dengan Kanza. Aku sudah mandi tadi pagi dan Mas Alvis yang menjaga Kanza katanya tidak baik memperkerjakan pembantu nanti malah terjadi hal yang tidak-tidak. Sarapan pun sudah, kami sarapan bersama tadi.

“Kanza, Bunda bingung mau bikin apa. Apa kita nonton TV saja ya?”

Kutinggalkan Kanza sebentar di ranjang kecil, sengaja Mas Alvis di situ katanya saat aku bosan bisa nonton TV di temani Kanza di mini ranjangnya. Menggemaskan sekali suamiku itu, sangat perhatian padaku.

Kecelakaan naas yang menimpa keluarga konglomerat sangat meninggalkan duka mendalam. mereka bah...” suara pembawa berita mendadak teredam dengan suara tangisan Kanza yang menggema membuatku bergegas menggendongnya, membawanya jalan-jalan keliling ruang tamu agar tidak nangis lagi.

“Bunda berisik ya? Maaf Sayang, TV-nya di matikan saja.” Tanpa menatap benda lebar itu. Aku mematikannya, sepertinya Kanza tidak suka diabaikan maunya di perhatikan terus.

“Anak Bunda sukanya manja-manja ya? Haha, aduh gemasnya. Kita bersyukur loh bisa dapat Ayah yang sangat perhatian, apa-apa Ayah semua yang urus Bunda asal terima saja. Apa kita minta Ayah jemput saja untuk jalan-jalan ke kantornya? Engga usah ah, takutnya malah mengganggu.” Untungnya lima menit kemudian, Kanza sudah diam malah sibuk senyam senyum saat aku ajak cerita.

“Kanza, tahu engga? Bunda sebenarnya penasaran bagaimana wajanya Nadhila, apa cantik juga seperti Bunda? Atau tidak identik? Mas Alvis bilang engga baik menyimpan foto orang yang sudah meninggal. Bunda kok merasa pengap ya? Risih banget rambut tergerai begini.” Merasa Kanza sudah mau di ajak bekerja sama, ku tidurkan kembali di ranjang mininya dan memberikannya mainan berbahan elastis.

“Kayaknya di kamar ada ikat rambut. Bunda ke kamar sebentar sekalian matiin TV yang sempat Ayah nyalakan pas menunggu Bunda selesai mandi.” Kanza hanya tertawa, aku berlari kecil ke kamar mengambil satu ikat rambut.

“Nadhila Meeaz bahkan sudah tidak dikenali wajahnya akibat kecelakaan naas itu. Model cantik dan juga pengusaha ternama ini juga meninggalkan duka untuk semua orang, penggemarnya bahkan masih tidak menyangka Nadhila kesukaannya sudah tidak ada di dunia ini.” Ikat rambut yang ada di tanganku hampir saja terjatuh memandang gambar-gambar di layar sana. Itu Nadhila? Adikku yang harus meregang nyawa karena keegoisanku.

Ternyata wajah kami tidak sama, hanya warna mata saja yang sama.

“Kembar-“ TV-nya kumatikan takutnya Kanza menangis lagi atau ada tamu mendadak.

Saat sampai di ruang tamu aku bernapas lega, ternyata Kanza sibuk bermain sendirian. Nadhila ternyata seorang model ternama bahkan pengusaha juga? Lalu pekerjaanku apa? Atau benar-benar ibu rumah tangga saja? Yang menunggu suaminya pulang? Tidak papa, lagian semuanya sudah membaik.

Aku punya Kanza dan Mas Alvis yang selalu bersamaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status