Pov Gery
Hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidupku. Bagaimana tidak, setelah dua tahun aku tidak bertemu dengan wanita impianku karena dia menikah dengan pacarnya, hari ini wanita itu datang menghampiriku. Dan yang lebih mengejutkan lagi 'dia datang untuk melamar sebagai asisten pribadiku.
Benar-benar hari yang penuh kebahagiaan. Tina tidak pernah berubah, wajahnya tetap cantik dan tubuhnya tetap sexy seperti dulu. Membuatku tak sabar ingin segera menyentuhnya.
"Argh!.. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu lagi" gumamku dalam hati yang sedang berbunga bunga.
Besok adalah hari pertama Tina bekerja sebagai asisten ku. Sepanjang hari dia akan menghabiskan waktu bersamaku. Aku harus memberikan kejutan untuknya. Aku ingin dia terlihat spesial saat hari pertamanya bekerja.
Gegasku mengambil kunci mobil dan segera pergi meninggalkan kantor.
Sepanjang perjalanan aku hanya membayangkan apa yang akan kami lakukan besok. Pesona Tina memang membuatku candu, membayangkannya saja sudah membuat sekujur tubuhku bergairah.
Aku pun berhenti di sebuah toko baju dengan brand yang populer di kalangan para sosialita. Toko yang sangat besar dan berkelas, tidak sembarang orang bisa berbelanja di toko ini.
"Selamat datang, Pak! Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pegawai wanita berjas hitam lengkap dengan sepatu pantofelnya.
"Saya ingin lihat koleksi terbaru yang spesial!" jawabku singkat dan jelas.
"Mari, Pak, saya antar" ucap karyawati itu sambil mengantarku ke sebuah lemari kaca yang besar di dalamnya terdapat sebuah manekin mengenakan setelan rok mini dan crop top yang sexy dan elegan.
"Ini,Pak. Koleksi terbaru dari brand kami, ini produk limited edition! Diproduksi hanya 3 stel saja di Indonesia." ucapnya meyakinkan ku.
Kulihat, bajunya memang begitu indah walaupun terlihat simple. Namun, aku yakin jika dipakai oleh Tina akan membuatku melayang dan tak henti memandangnya.
"Oke saya ambil yang ini" jawabku sambil menunjuk baju seharga satu buah motor matic itu.
"Baik Pak, ada lagi?"
"Em … dimana tempat lingerie dan underwear?" tanyaku sedikit malu. Ini pertama kalinya aku memilih underwear untuk seorang wanita. Aku bahkan tidak berani menatap wajah pelayanan toko itu.
"Di sebelah utara, Pak! Mari saya antar" jawab karyawati itu sambil memegang satu stel baju yang kupilih barusan.
"Tidak perlu, saya bisa sendiri." jawabku pergi meninggalkannya begitu saja.
Aku Pun berjalan menuju counter underwear, kulihat di sepanjang etalase banyak sekali pilihan underwear dan lingerie yang sangat sexy. Namun, mataku hanya tertuju pada satu set underwear dengan warna senada yg indah.
Seketika pikiranku melayang jauh. Membayangkan Tina memakai ini dihadapanku. 'Argh! Sial. Belum apa-apa juniorku sudah merespon. Ini benar benar membuatku gila!' Segera ku ambil setelan underwear sexy ini dan bergegas membayarnya di kasir.
"Ini saja, Pak? Ada tambahan lagi?" tanya kasir kepadaku.
"Iya! Tolong dibungkus yang rapi!" jawabku sambil menyodorkan credit card kehadapannya.Pembayaran Pun selesai aku segera kembali ke dalam mobil.
Di saat aku menyalakan mesin mobil dering handphone ku berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Rika. Wanita simpananku yang sudah hampir tiga bulan menemani ku di atas ranjang.
"Hallo, ada apa?" tanyaku ketus.
"Kamu, ko 'jutek banget 'sih jawabnya? Santai dong sayang! Memangnya kamu nggak kangen sama aku?" tanya Rika menggodaku dengan manja.
"Aku sedang di jalan! Nanti aku telpon balik!" jawabku sambil mematikan ponsel.
Saat ini Rika pasti marah dan kesal padaku. Wanita jalang itu akan menelponku jika butuh uang.
Sudah saatnya aku membuang Rika ke jalan. Sepertinya aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Lagi pula permainannya sudah sangat membosankan. Dia sudah tidak bisa memberiku kepuasan.
*
"Sialan! Puluhan mobil dari tadi tidak bergerak? Kalo macet total seperti ini bisa-bisa meeting ku dengan klien dari Singapore batal!" ucapku frustasi.
Sepertinya aku tidak bisa mengantar paket ini sendiri. Lebih baik aku suruh kurir untuk mengantarnya. Aku tidak boleh kehilangan proyek besar ini.
Akhirnya aku putuskan kembali ke kantor, sesampainya di kantor aku pun memesan ojek online, aku pilih top driver untuk mengantar hadiah kepada Tina, tak lupa kutulis nama di secarik kertas untuk menandakan hadiah ini dari ku.
Hari sudah semakin sore, waktu untuk meeting dengan klien akan segera dimulai. Akupun bergegas menyiapkan berkas-berkas yang harus ku serahkan kepada klien ku nanti.
"Pak, sudah di tunggu di ruang rapat!" ucap karyawan mengingatkan ku.
"Para tamu sudah datang semua?" tanyaku memastikan.
"Sudah,Pak, tinggal Pak Dimas saja yang belum datang"
Mendengar Dimas belum datang emosiku mulai naik. "Kalau bukan karena dia itu adik kandung Papah, aku sudah memecatnya dari dulu" gumamku dalam hati geram.
Akupun segera pergi menuju ruang rapat, disana terlihat para investor dari Singapura dan beberapa investor lokal sudah menanti kedatanganku.
☆☆☆☆☆☆☆
Dua jam kemudian
Rapat selesai, investor dari Singapura setuju dengan rancangan bisnis yang kubuat. Aku memang tidak pernah gagal menggaet investor untuk berinvestasi di perusahaanku.
Dari awal rapat mulai hingga rapat selesai aku sama sekali tidak melihat Dimas. 'Dimana orang itu? Kenapa dia tidak datang? Dia pikir, dia itu siapa? Seenaknya saja bolos di agenda rapat penting ini!' gumamku kesal.
Kring!...kring!
Ponsel yang ku taruh di saku jas berdering. Kulihat panggilan dari Rika. Untuk apa lagi dia menelpon ku? Malas sekali rasanya aku harus mengangkat telpon dari wanita itu. Tanpa menghiraukan nya aku pun segera kembali ke ruanganku tak sabar rasanya ingin segera menghubungi Tina. Dia pasti suka dengan hadiah yang ku kirim.
Ku buka pintu ruanganku segera ku merebahkan diri di atas kasur empuk yang berada di pojok ruangan kantorku.
Ruangan VVIP ini memiliki fasilitas lengkap. Mulai dari tempat tidur, kamar mandi, ruang ganti, ruang TV, ruang makan dan fasilitas VVIP lainnya semua tersedia.
Ponselku kembali berdering. Lagi-lagi kulihat nama Rika yang keluar dari layar.
"Shitt!!!! ... Sialan! Jalang ini terus saja menggangguku. Sebenarnya apa yang dia inginkan dariku?" ucapku kesal.
"Hallo, ada apa lagi? Kenapa terus menelponku? Kamu butuh uang, hah? Saat ini juga aku akan transfer 10 juta! Setelah kamu terima uang itu berhentilah menggangguku!! Anggap kita tidak pernah bertemu," ucapku dengan nada tinggi dan segera mematikan telponnya tanpa memberinya kesempatan untuk bicara.
Segera kubuka aplikasi M-banking, dan transfer uang 10 juta ke rekening Rika. "Uang sudah ku kirim ke rekening mu! Mulai saat ini jangan pernah menghubungiku lagi! Atau kau akan menyesal!" tulisku membarengi bukti transfer yang ku kirim pada Rika.
Ini mungkin terdengar menyakitkan, setelah hampir tiga bulan Rika menjadi pemuas nafsu ku di atas ranjang. Dan sekarang aku membuangnya tanpa perasaan bersalah sedikitpun.
Ah biarlah, sedari awal aku memang tidak mencintai Rika. Aku hanya butuh tubuhnya untuk menghangatkan tubuhku.
**
Tina adalah satu satunya wanita yang bisa memberiku kepuasan, tak sabar rasanya ingin bertemu dia besok. Membayangkan dia datang menghampiriku mengenakan pakaian yang kupilihkan tadi.
"Oh ya, aku harus menelpon Tina memastikan hadiah yang ku kirim sudah ia terima. Sialan! Aku lupa minta nomor teleponnya" sungutku jengkel.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Argh sial! Kenapa aku sebodoh ini? Harusnya saat aku bertemu dengannya tadi, aku langsung meminta nomor HP nya!
Setelah lama berfikir akhirnya aku putuskan untuk menelpon Ayu, walaupun ini sangat beresiko tapi tidak ada pilihan lain. Segera ku telpon ayu untuk meminta nomer telpon Tina. bagaimanapun juga Ayu adalah sahabat baik Tina, dan Ayu juga yang menyarankan Tina untuk melamar sebagai asistenku, jadi tak ada salahnya jika aku meminta nomor telepon Tina kepada Ayu. Tanpa basa basi aku pun segera menelpon Ayu.
Drt… drt… drt..
Bunyi pesan singkat dari Ayu yang berisi nomor telepon Tina. Tanpa menunggu lama aku pun langsung menekan sebelas digit nomor yang dikirim Ayu.
"Hallo ... ini siapa?" terdengar suara halus dan sexy di balik telepon yang langsung membangkitkan gairahku.
Pov TinaKring!..Kring!Handphone ku berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak kukenal."Nomor siapa ini?" ucapku sambil memandang layar benda pipih itu."Hallo, ini siapa?" tanyaku penasaran."Aku Gery!" terdengar suara lantang diseberang sana. "Cuma mau mastiin kalo hadiah yang ku kirim sudah kamu terima" ucapnya padaku.Mendengar suara Gery di telpon aku sedikit kikuk dan tak tau harus menjawab apa. 'Kenapa Gery bisa menelponku? Siapa yang memberi tahu nomer ku kepada Gery?' gumamku dalam hati bertanya tanya."Gak usah bingung. Aku tau nomor kamu dari Ayu" jawab Gery seolah tau apa yang sedang aku pikirkan."Aku mau--besok kamu pakai semuanya! Tanpa terkecuali dan aku gak mau dengar alasan apapun! Ingat Tina, TANPA TERKECUALI! Atau kau akan menyesal"Belum sempat aku menjawab Gery sud
"Tina?" ucap pria itu terkejut melihat ke arahku."Ma-mas Dimas?" jawabku tak percaya akan bertemu dengan nya disini.Dia adalah Dimas Prayoga 'Om nya Gery sekaligus mantan pacarku saat masih duduk di bangku SMA. Lebih tepatnya dia adalah cinta pertamaku."Kamu sedang apa disini?" tanya Mas Dimas dengan tatapan penuh curiga.'Ia melihatku keluar dari kamar mandi dengan baju yang sangat sexy dan rambut yang masih berantakan serta peluh yang masih bercucuran, akankah Mas Dimas mau mendengar penjelasanku?' gumamku dalam hati.Wajah Mas Dimas terlihat penuh curiga, matanya menatap ke arah Gery yang mengenakan kemeja dengan kancing yang masih terbuka."A--aku kerja disini, Mas!" jawabku terbata-bata.Perlahan kulangkahkan kaki telanjangku berjalan menghampiri mereka. Kulihat tatapan mata Mas Dimas tertuju padaku, meliha
Ciuman kasar yang menyakitkan membuatku tidak bisa bernafas.Gery menarik tanganku dengan tangan kirinya. Aku pun memberontak berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan tanganku dari cengkraman Gery."Tenanglah,Tina! Hentikan perlawanan mu! Jangan memaksaku untuk bertindak kasar! Diamlah!" bentaknya lagi."Kenapa kamu seperti ini, Ger! Kenapa melampiaskan semuanya padaku? Hiks hiks!" ucapku terisak. Gery yang saat itu sedang dibakar amarah seolah ingin menjadikan ku pelampiasan.Entah apa yang ada di pikirannya, dia menatapku bringas seolah mendapatkan mangsa yang siap di terkam.Aku menangis ketakutan tapi Gery tidak menghiraukan itu, kini tangan kanannya yang berlumuran darah mendarat di perutku, memelukku dengan erat, mencengkram ku seolah tak akan melepaskannya.******Suaraku hampir habis, tapi tidak ada seorang pun yan
Aku berusaha untuk tidak menghiraukan ucapan mereka. Terserah mereka mau berbicara apa tentangku. Yang jelas, aku harus segera keluar dari kantor ini.Sesampainya di lobby aku dihampiri seorang pria paruh baya, dia pun berkata. "Ibu mau pulang? Mari saya antar buk!"Dengan sedikit heran aku pun menjawab. "Tidak usah pak, saya bisa pulang sendiri.""Jangan,Bu! Biar saya antar saja" jawab bapak itu sedikit memaksa."Tidak usah, Pak! Saya bisa pulang sendiri" jawabku sambil menyeka air mata yang terus menetes."Saya mohon, Bu. Ibu harus mau saya antar pulang. Kalau tidak--nanti saya bisa dipecat, Buk!" jawabnya penuh harap. Ia pun mengeluarkan kertas putih bermaterai lalu menyerahkannya kepadaku.Sebuah kertas perjanjian, disana tertulis 'jika Pak Karyo tidak berhasil mengantarkan aku ke rumah dengan selamat, Pak Karyo akan dipecat tanpa
Jantungku berdetak kencang, rasa bersalah dan takut seolah saling melengkapi. Tidak terbayang jika Anto mengetahui apa yang terjadi denganku kemarin."Sayang, ko' bengong?" tanya Anto dengan wajah penasaran."I … ini karena … " Aku menggantung ucapanku."Karena apa?""Ka-karena aku kerok dengan uang logam tadi sore sebelum kamu pulang. Kan tadi aku uda bilang, kalo aku gak enak badan. Kepala ku pusing, a-aku kira masuk angin. Makanya aku kerokin pakai uang logam," jawabku dengan perasaan was-was. Takut jika Anto tidak percaya dengan apa yang aku katakan."Sejak kapan kamu suka kerokan? Bukannya kamu nggak bisa nahan sakit?" tanya Anto sedikit heran"I-iya! A-aku cuma nyoba aja, siapa tau kali ini nggak begitu sakit. Tapi ternyata sama aja kaya dulu, sakit!" jawabku.Raut wajah Anto masih menyimpan ras
"Kamu kenapa, sih' Tin? Dari tadi pagi jutek banget sama aku! Marah-marah gak jelas?" tanya Gery seolah tidak bersalah."Kamu tuh yang kenapa? Ngapain masuk kesini. Uda tau ini toilet cewek," jawabku ketus.Seketika Gery menggelengkan kepala dan menautkan kedua alisnya."Jangan negatif thinking dulu! Aku kesini untuk mengajakmu kembali ke depot! Tuh' jus alpukatnya sudah siap dari tadi, ntar keburu nggak dingin. Bukannya kamu nggak suka kalo minum jus yang uda gak dingin!" ucap Gery sambil menarik tanganku dan mengajakku keluar dari toilet.Perasaan kesal dan jengkel menjadi satu, saat melihat Gery memegang erat tangan ku dan menarikku menuju depot minuman.☆☆Di depot ku lihat Mas Dimas sudah duduk di kursinya, di atas meja 3 minuman dingin sudah tersaji."Ko, lama sekali ke toiletnya, Tin?" tanya Mas Dimas padaku.
"Aku nggak ngelakuin apa-apa, Tin! Percaya sama aku! Awalnya memang aku berniat menyalurkan hasratku yang sudah lama terpendam! Tapi, semuanya gagal, Tin! Aku tidak jadi melakukan itu. Aku hanya mengecupmu! Udah, itu aja!" jelas Gery padaku."Kamu serius kan, Ger? Kamu tidak berbuat lebih dari itu?" sahut ku memastikan."Aku serius, Tin. Tapi-please beri aku satu kesempatan""Kesempatan untuk apa?""Beri aku kesempatan untuk bisa dekat denganmu lagi! Aku yakin kamu tau kalau sampai saat ini aku masih cintai sama kamu, nggak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku!""Kamu gila, Ger! Aku uda punya suami. Dan kamu juga uda punya istri, Ayu itu sahabat aku Ger. Jangan ngaco, kamu!""Aku nggak cinta sama Ayu. Dia nggak bisa memberiku kepuasan! Dia selalu sibuk dengan anaknya. Gak ada waktu buat layanin aku. Terlebih … " Gery mengh
Kenapa ada kondom di saku celananya. Untuk apa dia memakai kondom. Selama kita menikah Anto tidak pernah memakai kondom saat berhubungan, apalagi dia sangat menginginkan anak dariku. Dia selalu berharap aku cepat hamil agar cepat dapat momongan. Tapi untuk apa dia beli kondom ini!Ku periksa dengan teliti bungkusan kondom dengan gambar buah strawberry itu. 'Disini tertulis isi tiga pieces. Tapi saat ku buka hanya ada dua pc. Itu berarti yang satu lagi sudah dipakai. Tapi dengan siapa Anto melakukannya?' Semua pertanyaan tercecar di benakku.Ya-tuhan suami yang selama ini aku percaya ternyata dia bermain api dibelakangku. Tega sekali dia menghianatiku. Aku bergegas menyembunyikan kondom ini di dalam tas ku, akan aku pakai sebagai bukti suatu saat nanti.Kini aku hanya d