“Bu?”Kirana yang mendengar panggilan Tya, menoleh dan melepaskan kacamata baca yang akhir-akhir ini Kirana butuhkan saat dirinya bekerja terlalu lama di hadapan layar komputer. “Ya? Ada apa?” tanya Kirana.Tya mendekat dan berkata, “Ini sudah waktunya butik tutup.”Kirana yang mendengar hal itu terkejut. Ia pun melihat jam pada monitor komputernya dan terkejut jika ternyata ini memang sudah tiba waktunya butik tutup dan para pekerja pulang. Kirana pun berkata, “Pulanglah setelah membereskan lantai satu. Seperti biasanya tutup dan kunci pintunya.”Tya yang mendengar hal itu pun mengernyitkan keningnya. “Apa Ibu akan lembur?” tanya Tya.Sebenarnya, bukan hal yang aneh bahwa Kirana lembur. Itu hal yang biasa. Hanya saja, sekarang Kirana sudah menikah. Untuk lembur, pasti dia perlu untuk meminta izin pada suaminya, walaupun Tya sendiri tahu jika keduanya menikah bukan karena rasa cinta, akan tetapi dipaksa oleh situasi. Namun, Tya rasa sepertinya baik Kavian maupun Kirana sama-sama berus
Kirana terlihat begitu gelisah. Kini dirinya sudah berbaring dia atas ranjang, di tengah kamar yang memang sudah dibuat gelap karena baik dirinya maupun Kaivan sama-sama tidak bisa tidur saat kamar dalam keadaan terang. Namun, kali in Kirana merasa begitu gelisah, mengingat dirinya harus berbagi ranjang dengan Kaivan. Sebenarnya, ini bukan kali pertama mereka berbagi ranjang atau tidur bersama. Sebelumnya, keduanya selalu tidur bersama. Hanya saja, hari ini terasa sangat berbeda.Selain karena mereka tengah dalam masa bulan madu, Kirana juga masih terkena efek pembicaraannya dengan Kaivan tadi pagi. Kaivan berhasil menyentuh hati Kirana dengan perkataannya yang tulus. Kaivan benar-benar menganggapnya sebagai seorang istri dan memperlakukannya selayaknya seorang istri yang sesungguhnya. Kirana sendiri sadar bahwa Kaivan tidak hanya berkata-kata saja. Apa yang ia katakan memang benar adanya. Karena selama ini dirinya mendapatkan perlakuan penuh perhatian dan lembut dari Kaivan.Saat men
“Selamat datang,” ucap Rama dan Helga secara bersamaan. Keduanya menyambut kepulangan putra serta menantu mereka yang baru saja tiba setelah liburan bulan madu yang menghabiskan waktu hampir satu bulan penuh tersebut. Setelah mencium tangan kedua orang tua mereka, Kirana dan Kaivan tersenyum menatap keduanya.Meskipun tidak menanyakan apa pun, tetapi sebagai orang tua, Rama dan Helga tahu jika ada yang sudah terjadi antara keduanya. Dalam arti lain, rencana bulan madu yang keduanya susun memang berhasil bagi pasangan muda itu. Bisa saja, keinginan mereka untuk menimang cucu akan segera dikabulkan oleh menantu mereka. Namun, karena mereka tidak ingin sampai Kirana merasa tertekan, keduanya memilih untuk tidak membicarakan hal seperti itu.“Ayo sekarang masuk dulu. Ibu sudah menyiapkan minuman segar untuk kalian, pasti perjalanan terasa sangat melelahkan,” ucap Helga lalu menggandeng menantunya dengan suasana hati yang sangat baik.Sementara Rama menatap putranya yang terlihat begitu sa
Seminggu berlalu setelah kepulangan Kirana dan Kaivan ke Indonesia seusai bulan madu mereka. Keduanya masih melakukan aktivitas seperti biasanya. Saat di hadapan orang tua dan orang-orang di sekitar, keduanya akan tampil menjadi pasangan suami istri yang harmonis, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Kaivan. Kirana juga sibuk dengan butiknya, karena secara bertahap ia kembali membuka butiknya dan menerima pesanan yang masuk.Tentu saja Kirana melakukan pembatasa pemesanan. Ia memprioritaskan para pelanggan, daripada klien baru yang kebanyakan datang karena status Kirana sebagai istri Kaivan, bukannya karena karya-karya yang Kirana hasilkan. Setidaknya, hal ini bisa membuat produk yang dihasilkan butiknya menjadi lebih eksklusif. Ini juga bisa membuat Kirana lebih santai karena pesanannya lebih terbatas daripada sebelumnya.Tya tengah menunjukkan beberapa kain yang baru saja datang, dan Kirana tampak fokus memeriksanya. Kirana menunjuk sebuah gulungan kain, “Warna kain ini kurang ses
“Istirahatlah,” ucap Kaivan lalu mencium kening Kirana dengan lembut. Akhir-akhir ini, Kirana memang sangat sibuk, dan sangat sulit untuk tidur. Karena itulah, setiap malam Kaivan memiliki tugas untuk membuat Kirana merasa nyaman dan terlelap.Namun kali ini, Kaivan harus meninggalkan Kirana untuk sementara waktu karena ia harus menghadiri sebuah pesta. Sebenarnya Kaivan dan Kirana yang harus menghadiri pesta tersebut menggantikan kedua orang tua Kaivan yang berhalangan hadir. Hanya saja, karena berbagai alasan, Kaivan memilih untuk menghadiri pesta tersebut seorang diri. Apalagi saat melihat Kirana tertidur dengan lelap seperti ini.Toh ini bukan pesta yang terlalu penting yang memang membutuhkan kehadiran Kaivan dengan istrinya. Kaivan sendiri hanya akan berada di sana sekitar satu jam, sebelum kembali pulang. Tentu saja Kaivan lebih memilih untuk tidur bersama istrinya, daripada menghabiskan waktu di tengah pesta orang lain. Tidur dengan Kirana adalah hal yang lebih menyenangkan b
Semua orang dibuat panik, karena Kirana tiba-tiba jatuh pingsan. Hal tersebut terjadi ketika Kirana dan Kaivan yang mengjungi rumah kedua orang tuanya, serta menikmati makan malam. Kirana yang memang sejak awal terlihat kurang sehat, mulai merasa mual dan pada akhirnya jatuh tidak sadarkan diri ketika menguras isi perutnya di dalam kamar mandi. Untungnya, Kaivan memang mengikuti Kirana menuju kamar mandi, hingga bisa meminimalisir hal buruk yang kemungkinan terjadi.Kini, Kaivan, Rama dan Helga tengah menunggu hasil pemeriksaan yang tengah dilakukan okeh para dokter. Ketiganya tengah berada di rumah sakit terdekat dari kediaman Mahaswara, di mana Kirana mendapatkan penanganan. Sebenarnya, Rama bisa saja memanggil dokter pribadi keluarga mereka untuk memeriksa kondisi sang menantu. Namun, Kaivan yang rupanya panik, segera membawa Kirana ke rumah sakit, karena berpikir ada hal buruk yang terjadi pada sang istri.Sebagai orang tua, Helga dan Kaivan sama sekali tidak pernah melihat Kaivan
Kini, kehamilan Kirana sudah menginjak usia tiga bulan. Usia yang terbilang masih riskan bagi seorang ibu hamil. Mungkin, karena itulah Kirana tidak mendapatkan izin untuk bekerja seperti biasanya di butik. Kaivan melarang Kirana untuk melakukan aktivitas apa pun yang bisa membuatnya merasa lelah, termasuk berolahraga berat. Setelah dikertahui hamil, Kirana harus hidup sesaui dengan aturan yang dibuat oleh Kaivan dan dokter.Hingga saat ini pun, Kirana masih belum percaya bahwa saat ini ada janin yang tengah tumbuh di dalam kandungannya. Lebih tidak percaya jika apa yang ia dan Kaivan lakukan saat bulan madu benar-benar berhasil menghasilkan buah hati yang tinggal menunggu waktu untuk dilahirkan ke dunia ini. Kirana mengurut pelipisnya, saat kesulitan untuk memilah perasaan yang tengah ia rasakan. Jujur saja, Kirana bingung apakah saat ini dirinya tengah merasa senang atau tidak. Ia benar-benar bingung, apalagi saat dirinya teringat dengan taruhan yang ia buat dengan Kaivan sebelumnya
“Hati-hati,” ucap Kaivan sembari menggenggam tangan Kirana yang tengah turun dari mobil.Kini, Kaivan dan Kirana tengah berada di rumah sakit. Tidak ada yang sakit di antara keduanya, hanya saja keduanya datang untuk memeriksakan kondisi kandungan Kirana yang sekarang sudah menginjak usia lima bulan. Benar, kini usia kandungan Kirana sudah masuk trimester kedua. Namun, Kaivan masih belum memberikan izin pada Kirana untuk bekerja, dan hal tersebut membuat Kirana harus tetap menghabiskan waktu di dalam rumah. Ia hanya merancang beberapa buah gaun selama dua bulan ini, dan hal tersebut membuat butiknya semakin eksklusif saja.Karena itulah, Kirana meminta Tya untuk mengambil alih tugasnya selama Kirana masih belum bisa mengunjungi butik. Jujur saja, karena Kirana selama ini selalu sibuk bekerja, dan hampir tidak memiliki waktu luang di akhir minggunya sekali pun, saat dirinya mendapatkan waktu luang yang tidak terbatas ini, Kirana merasa sangat bosan. Kirana tidak tahu apa yang harus ia