"No!""Tidak!"Sahut Daniel dan Selena berbarengan. Membuat Sandy mengulum senyum karenanya. "Jangan berani keluar dari sini tanpa perintah dariku," imbuh Daniel. Sandy hanya mengangguk pasrah. "Bagaimana dengan tawaranku, Selena?" ucap Daniel membuka suara pada gadis di depannya. Demi apapun juga, sebenarnya ia sangat gugup berhadapan dengan Selena. "Tentang?" "Tentang tawaran menikah denganku," sambung Daniel. Selena mengatupkan bibirnya rapat. Sebenarnya Selena juga merasa tidak enak jika ia dibantu tapi tak bisa membalas kebaikan pria itu. "Aku masih butuh waktu untuk berpikir," kata Selena."Tapi aku tak punya banyak waktu, Selena," ucap Daniel penuh penekanan. Ia menghela napas sebentar, melihat Selena sedikit terkejut dengan ucapannya. "Maaf, aku tak bermaksud, ...""Untuk berapa lama?" tanya Selena memberanikan diri. Daniel menganga mendengar pertanyaan Selena. Otaknya masih sedikit berpikir perihal ucapan Selena baru saja. "Apa maksudmu?""Kau bilang, pernikahan itu ha
"Ya?""Apa kau tidak membaca perjanjian ini?" tanya Rani heran. "Sudah. Memang kenapa?" tanya Selena bingung. Ia meraih kertas dari tangan Rani. Lalu seketika membuka mata lebar dengan tulisan yang ditunjuk Rani sebelumnya. "Ini?" Selena terbata. Ia seperti melewatkan sesuatu dalam poin perjanjiannya. "Tapi, Pak Daniel bilang hanya enam bulan-, tidak. Tidak mungkin. Dia sudah mengatakan dengan jelas padaku. Bahwa perjanjian ini hanya enam bulan, Ran," ucap Selena dengan bingung. "Meski dia berkata seperti itu. Seharusnya kau bisa membacanya lagi, Selena," ucap Rani dengan menhela napas pelan."Dia sudah membohongimu, Ran? Dia sudah menipuku!" teriak Selena meremas kertas pernjanjian itu dan berlari keluar kamar Ibunya. "Selena berhenti!" teriak Rani. Namun gadis itu sudah menghilang di pelupuk matanya. Rani hanya menarik napas panjang dan berharap semuanya baik-baik saja. *******Brak!!"Dasar brengsek!!" teriak Selena yang tiba-tiba masuk ke ruangan Daniel. Ia menerobos masuk t
"Kita akan mengatakan yang sejujurnya. Ibumu sedang sakit dan Ayahmu---" ucap Daniel terhenti dan menatap Selena. Karena ia memang tidak tahu tentang Ayah Selena."Ayahku sudah meninggal," jawab Selena lirih membuat Daniel mengulas senyum tipis. "Baiklah! Kita katakan yang sebenarnya seperti itu. Jika kakek menolak, aku tak akan menghiraukannya. Karena aku hanya akan menikahimu," ucap Daniel serius Membuat Selena memicingkan mata. "Ck, kau berkata seperti itu, seolah kita adalah benar-benar pasangan yang sedang tidak direstui saja," celetuk Selena sambil mengusap pipinya. Membuat Daniel tertegun dan salah tingkah. Sedangkan Sandy sedang menahan tawa karena merasa lucu dengan atasan sekaligus temannya itu. Namun, ia segera terdiam setelah mendapat lirikan tajam dari Daniel.*********"Kau lihat gadis tadi?" "Iya, Tuan!""Aku ingin kau segera mencari semua informasi dari gadis itu. Jangan sampai ada yang tertinggal. Cari tahu segala hal, bahkan hal terkecil sekalipun!" perintah San
Tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain. Degup jantung mereka pun, rasanya hampir terdengar di telinga masing-masing. Masih dalam posisi yang sama, Daniel meneguk salivanya susah payah. Selena, gadis itu sangat harum baginya. Saat berdekatan seperti ini, rasanya ia enggan untuk menjauh. Bahkan, ia sangat ingin terus mencium aroma harum yang memanjakan indera penciumannya. Namun, fokusnya menjadi buyar saat Selena bergerak melepas pelukan Daniel saat ia akan terjatuh itu. "M ... Maaf. Aku ... Hanya reflek tadi," ucap Daniel tergagap. "Terima kasih," lirih Selena tertunduk malu. "Tidak usah ganti baju lagi. Seperti ini saja. Kita makan dulu, sambil menunggu malam tiba untuk makan malam bersama Kakek," sambung Daniel menghentikan langkah Selena. Gadis itu melirik sebentar ke arah Daniel. Kemudian kembali menunduk dan menganggukkan kepala lemah. "Mmm... Begini saja. Biar adil, aku juga akan berganti pakaian resmi sepertimu. Kau tunggu di sini dulu. Duduk saja dulu, aku akan
"Apa kau bilang?!" tanya Selena marah. Daniel merutuki kebodohannya. Karena tak bisa mengontrol mulutnya. "Kau tak berhak menilai kekasihku! Kau tak tahu apapun tentang dia! Dan lagi, kau tak tahu keadaan yang sesungguhnya!!" teriak Selena mulai marah. Bahkan, matanya sudah membendung air mata. Daniel terdiam. Ia merasa telah melampaui batas. Tak seharusnya ia berkata begitu. "Selena, aku tak ber...""Kau tak berhak menilaiku ataupun kekasihku! Kau tak tahu apa-apa!!!'" teriak Selena menumpahkan kesedihannya. Entah bagaimana, seketika itu juga ia mengingat Alvaro, dan seakan membenarkan perkataan Daniel. Bahkan hingga kini, Alvaro pun masih belum menghubunginya. "Selena. Maaf. Aku tak bermaksud begitu." Daniel merasa bersalah karena Selena menangis begitu saja. Jika begini, maka makan malampun akan batal. Bagaimana ini?"Selena, aku minta maaf. Aku tak bermaksud menilai ataupun menyinggungmu. Aku...""Saya tidak bisa melanjutkan ini lagi. Saya harus pergi," ucap Selena hendak men
Daniel semakin menggenggam erat jemari Selena. Lalu memberikan isyarat dengan senyuman manisnya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Selena menarik napas panjang. Lalu membalas genggaman Daniel semakin erat. Daniel tersenyum tipis, memandangi gadis pujaan hatinya yang sedang gugup. Ah, rasanya ia sangat menggemaskan di mata Daniel. "Selamat malam, Kek. Apa kami terlambat?" tanya Daniel menyapa Sanjaya. Tak ada jawaban berarti dari Kakeknya itu. Membuat Selena semakin salah tingkah karenanya. Namun, lagi-lagi Daniel menenangkannya lalu mengajaknya duduk. "Tenang Selena, tenang. Bukankah lebih baik kau bersikap tidak baik di depan Kakek Daniel ini? Dengan begitu, mungkin saja, Kakek Daniel menolak pernikahan ini dengan Daniel," batin Selena yang seakan mendapat bisikan untuk mencari jalan keluar."Apa kakek menyiapkan makanan ini untuk kami?" tanya Selena antusias. Daniel sedikit tertegun karenanya. Padahal, tadi Selena sangat gugup dan takut untuk bertemu kakeknya. Lalu darimana keb
********"Setidaknya, kau hubungi Selena dulu, Al. Kasihan. Dia selalu.menunggu kabar darimu," ucap Rani melalu sambungan telepon. "Aku sudah bilang, Ran. Hanya dua bulan. Dua bulan lagi aku akan memberikan kejutan padanya. Dan saat itu, kau harus meyakinkan Selena bahwa aku masih sangat mencintai dan merindukannya. Dua bulan lagi aku akan memberikan kejutan padanya. Lihat saja," ucap Alvaro dengan sangat yakin. "Tapi, Al--,""Baiklah, Rani. Kuliahku segera dimulai. Tolong jaga Selena untukku.""Tapi, Selena akan menikah, Al! Dia sedang kesulitan sekarang!"Tut tut tut!"Halo, Al! Alvaro!" pekik Rani kesal karena Alvaro selalu memutuskan panggilan sepihak sebelum Rani selesai menjelaskan. Wanita itu menghela napas kasar. "Jangan salahkan aku, jika Selena tak lagi bisa menjadi milikmu, Al," gumam Rani kesal. Ia sangat ingin memberitahukan hal yang menimpa Selena. Berharap Alvaro bisa membantu Selena keluar dari masalah ini. Namun, sepertinya Alvaro tak mengindahkan semua yang ingin
Alvaro masih terngiang tentang berita dari Daniel yang memintanya untuk segera pulang, karena kakaknya akan menikah. Meski dalam hatinya penuh dengan tanda tanya pada kakaknya itu, tapi Alvaro malah senang karena ia bisa menggunakan kesempatan itu untuk bertemu Selena nanti. Ia berniat akan mengatakan segala hal tentang kebenarannya selama ini. Bahkan, ia berniat melamarnya dan mengikat Selena dalam sebuah ikatan yang serius, meski tidak dalam waktu dekat. Alvaro hanya ingin mengikat Selena. Lalu, saat ia selesai dengan studynya, ia akan benar-benar menikahi kekasih yang sangat ia cintai itu. Hingga Alvaro menghubungi Rani, untuk tetap menunggu Alvaro, karena ia akan membuat kejutan untuk Selena nanti. Tanpa ia tahu, bahwa Selena-lah yang akan menjadi calon istri dari Kakaknya. Sekarang ini, Alvaro sedang mengemasi barang-barangnya. Karena, semalam Daniel mengabari lagi untuk segera pulang. Karena ia takut, Alvaro tak sempat menyaksikan prosesi pernikahan kakaknya. "Selena, tung