Share

Keanehan Sarah

Author: Catatan_Sajak
last update Last Updated: 2025-05-13 10:10:01

Hari beranjak pagi, sinar matahari menembus tipis dari celah jendela. Aku baru saja selesai berwudhu dan bersiap untuk turun ke ruang makan. Hati masih terasa kosong tanpa keberadaan Mas Afnan. Biasanya, suara candanya sudah memenuhi kamar ini, menggoda dan menggangguku sejak pagi.

Perlahan, aku melangkah menuruni tangga. Tak lama kemudian, aku berpapasan dengan Sarah di lorong dekat dapur. Aku tersenyum ramah seperti biasa.

“Selamat pagi, Sarah,” sapaku lembut.

Tapi alih-alih membalas atau bahkan melirik, Sarah justru langsung melengos pergi begitu saja. Dingin. Bahkan, tanpa satu kata pun. Senyumku mengambang, lalu perlahan pudar.

Aku berdiri di tempat dengan bingung. Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Rasanya tidak. Atau mungkin tanpa sadar ya?

Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Mama muncul dengan wajah hangat seperti biasanya. “Safa, ayo sarapan, Nak,” ajaknya lembut sambil menepuk lenganku.

Aku segera mengangguk kecil dan memaksakan senyum. “Iya, Ma.”

Kami pun berjalan me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bukan Pernikahan impian   Fakta Tentang Sarah

    Sentuhan hangat Mas Afnan di tengkukku membuatku sedikit menunduk. Jemarinya mengusap lembut helaian rambutku yang terurai. Aku tahu ini bukan pertama kalinya ia menunjukkan sisi manisnya seperti ini, tapi tetap saja detak jantungku selalu tak terkendali.Tapi di saat itu, ketika aku hendak memejamkan mata dan membiarkan diriku menikmati momen kehangatan kami sebagai pasangan halal, mataku tanpa sengaja menatap ke arah luar dapur.Aku langsung membeku.Di ambang pintu, berdiri seseorang. Sosok itu tak lain adalah Sarah. Tubuhnya tegak mematung. Matanya mengarah lurus ke arahku dan Mas Afnan dengan ekspresi yang sulit kutafsirkan.Kaget. Terpukul. Atau ... kecewa?Seketika aku mendorong pelan dada Mas Afnan dengan kedua tanganku. “Mas,” bisikku gugup sambil memberi isyarat kecil ke arah luar, berharap ia segera menyadari situasi yang terjadi.Mas Afnan menoleh dengan lambat. Dan ketika pandangannya menyusul arah mataku dan menemukan Sarah di sana, reaksinya justru di luar dugaanku. Waj

  • Bukan Pernikahan impian   Sampai Akhirat Nanti

    Pagi ini, dapur terasa lebih sunyi dari biasanya. Tak ada suara Sarah yang biasanya bersenandung kecil sambil membuat teh. Tak ada tawa Mama yang sibuk dengan bumbu dapur. Hanya aku sendiri, berdiri di depan meja sambil mengupas apel perlahan.Udaranya segar dan tenang. Pagi seperti ini membuat hati terasa damai. Sesekali aku menyeka kulit apel dengan ujung jari, lalu memutar pisaunya pelan agar hasil kupasannya rapi.Tiba-tiba, ada dua tangan hangat yang melingkar dari belakang. Tubuhku tersentak kecil. Nafasku sempat tertahan, tapi aroma khas Mas Afnan langsung membuatku mengenalinya. Bahkan, sebelum ia berkata apa pun.“Mas, ini di dapur,” bisikku sambil menoleh setengah. “Gimana kalau ada yang lihat?”Tapi Mas Afnan hanya mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik dengan tenang, “Nggak akan ada yang lihat. Semua orang lagi pergi. Mama ke rumah Tante sama Sarah, Papa juga ada pertemuan dan aku jamin mereka nggak akan p

  • Bukan Pernikahan impian   Kepulangan Afnan

    Pagi itu, rumah terasa lebih hidup. Mama sudah sejak subuh mondar-mandir di dapur, menyiapkan sarapan spesial. Karena satu hal: Afnan, suamiku, akan kembali pagi ini setelah tiga hari dinas di Luar Kota.Aku sudah berdiri di depan cermin sejak tadi. Memastikan kerudungku rapi, wajahku bersih, dan senyumku tidak terlalu mencurigakan. Jantungku berdebar, seperti menunggu seseorang yang baru saja kembali dari medan perang. Lucu, padahal hanya tiga hari. Tapi rinduku seperti mengendap selama berbulan-bulan.Langkah-langkah cepat terdengar dari luar, kemudian disusul suara deru mobil yang berhenti di halaman depan.“Kak Afnan sama Papa pulang!” Sarah berseru. Nyaris bersamaan dengan Mama yang bergegas menuju pintu.Aku ikut melangkah, berdiri tak jauh dari ambang pintu. Jantungku semakin berdebar saat kudengar suara pintu mobil terbuka dan langkah kaki Mas Afnan yang sangat kukenal.Tapi sebelum aku sempat menyapa atau melangkah lebih dekat,

  • Bukan Pernikahan impian   Semakin Curiga

    Setelah telepon selesai, suasana pagi kembali menjadi lebih tenang. Aku duduk di tepi ranjang sambil memeluk lututku dan menatap ponsel yang masih ada di tanganku. Telepon dari Mas Afnan terasa seperti angin segar yang menenangkan hatiku yang sedikit gelisah. Tapi di sisi lain, rasa itu masih mengendap di sudut pikiranku.Tentang foto itu. Tentang tatapan Sarah pada Mas Afnan.Aku menelan ludah. Aku berusaha menepisnya, tapi entah kenapa bayangan itu kembali muncul begitu saja. Aku tahu aku tidak boleh terjebak dalam perasaan ini. Ini perasaan yang tidak pasti dan hanya akan menciptakan keraguan di antara hubungan kami yang baru saja mulai utuh.Aku menghela nafas dan bangkit. Sambil menyimpan ponsel ke dalam laci, aku mencoba untuk tidak mengendapkan perasaan ini lebih lama lagi.“Mungkin aku terlalu banyak berpikir,” ucapku pada diri sendiri. “Mungkin aku hanya terlalu sensitif. Dia kan cuma adiknya Mas Afnan. Nggak mungkin dia &

  • Bukan Pernikahan impian   Tatapan Yang Mengganggu

    “Kamu nggak harus pura-pura kuat, Sarah. Nangis itu bukan kelemahan.”Sarah hanya diam. Hanya helaan nafas panjang yang ia keluarkan. Tapi tangisnya mulai terdengar lagi. Kali ini lebih lirih dan lebih jujur. Aku kembali mengusap-usap punggungnya sekedar menyalurkan kekuatan.“Tapi aku sayang banget sama dia, Kak ...,” suaranya pecah. “Tapi ternyata, dia cuma anggap aku sebagai adiknya aja, dia nggak cinta sama aku.”Aku mengerutkan kening, tapi tak langsung menimpali. Kubiarkan dia meluapkan perih yang selama ini mungkin ia pendam sendiri.“Aku udah doain dia, Kak. Aku udah berharap banget, tapi ternyata Allah nggak kasih.”Tanganku meraih tangannya, menggenggam erat. “Sarah,” ucapku lembut. “Kadang kita terlalu sibuk menggenggam doa yang kita mau, sampai lupa kalau Allah sedang menggenggam takdir yang jauh lebih baik dari yang kita minta.”Ia diam. Matanya menatapku pe

  • Bukan Pernikahan impian   Keanehan Sarah

    Hari beranjak pagi, sinar matahari menembus tipis dari celah jendela. Aku baru saja selesai berwudhu dan bersiap untuk turun ke ruang makan. Hati masih terasa kosong tanpa keberadaan Mas Afnan. Biasanya, suara candanya sudah memenuhi kamar ini, menggoda dan menggangguku sejak pagi.Perlahan, aku melangkah menuruni tangga. Tak lama kemudian, aku berpapasan dengan Sarah di lorong dekat dapur. Aku tersenyum ramah seperti biasa.“Selamat pagi, Sarah,” sapaku lembut.Tapi alih-alih membalas atau bahkan melirik, Sarah justru langsung melengos pergi begitu saja. Dingin. Bahkan, tanpa satu kata pun. Senyumku mengambang, lalu perlahan pudar.Aku berdiri di tempat dengan bingung. Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Rasanya tidak. Atau mungkin tanpa sadar ya?Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Mama muncul dengan wajah hangat seperti biasanya. “Safa, ayo sarapan, Nak,” ajaknya lembut sambil menepuk lenganku.Aku segera mengangguk kecil dan memaksakan senyum. “Iya, Ma.”Kami pun berjalan me

  • Bukan Pernikahan impian   Perpisahan Sementara

    Aku berjalan di samping Mas Afnan menuju teras depan rumah. Mobil dinas sudah terparkir, dan sopir Papa tampak bersiap menunggu di balik kemudi. Tapi tangan Mas Afnan masih menggenggam tanganku begitu erat, seolah enggan melepaskan walau hanya untuk sebentar.Aku menatapnya, lalu membungkuk sedikit untuk mengecup punggung tangannya dengan takzim. “Selamat bekerja, Suamiku,” ucapku lembut sambil tersenyum manis. “Semangat ya!”Tapi bukannya beranjak ke mobil, Mas Afnan malah menarikku ke pelukannya. Pelukan hangat dan erat yang penuh berat hati. “Masyaa Allah, Saf ... kamu semanis ini mah ikut sama aku aja yuk. Sekalian jalan-jalan.”Aku tertawa kecil, menahan rasa gugup yang sempat datang sesaat sebelum kami keluar tadi. “Mas nggak akan fokus kerja kalau aku ikut,” sahutku menggoda, mencoba membuat perpisahan ini terasa lebih ringan.Mas Afnan meringis, lalu cemberut seperti anak kecil yang permintaannya dit

  • Bukan Pernikahan impian   Hadiah Sebelum Pergi

    Pagi itu udara terasa berbeda. Mungkin karena kenyataan bahwa hari ini Mas Afnan akan pergi untuk beberapa hari. Atau mungkin, karena pemandangan di hadapanku sekarang.Mas Afnan berdiri di depan cermin. Mengenakan celana bahan hitam dan kemeja putih yang rapi. Sebuah jas formal berwarna hitam ia kenakan menyempurnakan penampilannya. Baru kali ini aku melihatnya dalam balutan pakaian seperti itu. Dan jujur saja, aku terpaku. Dia tampak sangat ... tampan.Mataku menelusuri setiap detailnya. Rahangnya yang tegas, rambutnya yang disisir rapi, dan sorot matanya yang penuh percaya diri. Suamiku. Lelaki yang dulu kuanggap hanya jodoh titipan, sekarang berdiri di sana seperti tokoh utama dari cerita hidupku sendiri.Mas Afnan menoleh dan menemukan aku yang berdiri terdiam menatapnya. Senyum jahilnya langsung mengembang. “Kenapa? Baru sadar suaminya ganteng banget pakai jas kantor?” godanya sambil merapikan kerahnya.Aku buru-buru memalingkan wajah, m

  • Bukan Pernikahan impian   Kembali Ke Kantor

    “Kalau aku tahu ini yang mau Papa katakan,” ucap Mas Afnan terdengar dingin dan tegas. “Aku nggak akan pernah mau datang ke sini.”Aku menoleh ke arahnya. Nafas Mas Afnan masih memburu dengan rahang yang mengeras.Azzam yang duduk di seberang malah menyeringai kecil. “Kau pikir aku sudi kau datang kembali ke rumah ini?”Suasana langsung menegang. Mas Afnan menajamkan pandangan dan bersiap menyahut, tapi suara Papa mendadak menggelegar.“Sudah cukup kalian berdua!”Seketika ruang makan itu hening. Mas Afnan memalingkan wajahnya, sementara Azzam tampak menahan ejekannya.Papa melanjutkan, kali ini dengan nada lebih tenang tapi jelas berat, “Papa mohon, Nak. Ini semua juga demi masa depan kamu.”Aku bisa merasakan bagaimana hati Mas Afnan memberontak. “Dari awal aku udah bilang kan, kalau aku nggak mau ikut campur soal kantor.”Dan seperti yang kuduga, Azzam k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status